“Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar
lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring”
(Amsal 6:10)
“Kriiiing...., kriiiing,....” Alarem pagi berbunyi. Saya
terbangun melihat jam, lalu mematikan
alarem itu, menyetel kembali untuk lima menit ke depan dan kembali mendekap
bantal guling. Pikir saya, nanti lima menit lagi baru bangun. “Kriiiing.....,
kriiiing,...” Alarem itu bunyi lagi. Kali ini saya bangun dan mematikan
alarem itu, lalu kembali berniat melanjutkan mimpi yang terputus. Akhirnya,
hari itu seluruh rencana tidak berjalan dengan baik. Kendaraan dipacu
secepatnya karena takut terlambat. Pekerjaan dilakukan tergesah-gesah, apa
adanya karena kurang persiapan. Hari yang seharusnya diisi dengan kegembiraan
berubah penuh letupan emosi yang setiap saat siap meledak!
Sulit
membuka mata dan enggan untuk bangun serta menyiapkan diri menyongsong pagi
rupanya menjadi kebiasaan banyak orang, dari dulu sampai sekarang tidak banyak
berubah. Amsal mencatat, “Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring?
Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? ‘Tidur sebentar lagi, mengantuk
sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk berbaring’-“
Sebenarnya
bukan perkara sulit untuk menciptakan setiap hari itu indah. Amsal meminta kita
untuk belajar kepada semut, katanya: “Hai pemalas, pergilah kepada semut,
perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak;”. Semut mengajarkan kepada kita
disiplin dan giat bekerja. Andai saja kita bijak, setiap hari melakukannya
dengan sukacita maka kita akan menemukan hari-hari yang Tuhan sediakan itu
indah!
Bila pagi menjelang, jangan
biarkan mata tertutup kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar