“Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan
berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa.”
(Lukas 15:18)
Salah satu ciri orang bijak adalah
berani minta maaf, manakala ia melakukan kesalahan. Namun, sayangnya sebagai
orang Indonesia, kita hidup dalam sebuah budaya yang sulit untuk minta maaf.
Buktinya, kalau terjadi kecelakaan atau bencana pasti mereka akan saling lempar
tanggungjawab dan cuci tangan. Hal ini berbeda jika terjadi di luar negeri. Ketika
ada kekeliruan, apalagi yang membawa dampak bencana, para pejabat yang
berwenang segera minta maaf dan mengundurkan diri sebagai bentuk tanggungjawab.
Kesalahan
sama seperti penyakit. Penyakit akan sulit disembuhkan kalau orang yang sakit
itu tidak merasa bahwa dirinya sakit. Atau bisa saja ia tahu dirinya sakit tapi
segera menutupinya lantaran malu. Orang bijak, ketika sakit akan segera pergi
ke dokter, ia menceritakan keluhannya dan
bersedia melakukan apa pun yang diperintahkan dokter. Itulah kunci kesembuhan. Hal
Inilah yang dilakukan oleh si bungsu dalam cerita perumpamaan anak yang hilang.
Betapa
pun besarnya kesalahan si bungsu terhadap bapanya, toh masih ada hal yang positif di dalam dirinya.
Keberaniannya untuk kembali kepada sang bapa dan tekadnya untuk meminta maaf
patut diapresiasi. Ia mengatakan, “Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku
dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap
bapa.” Tekad itu ia wujudkan. Si bungsu segera kembali ke rumah bapanya.
Masih adakah keberanian dalam diri kita untuk minta maaf dan memperbaiki
kesalahan? Jadilah bijak dengan mau mengakui kesalahan!
Salah satu ciri orang bijak adalah
berani mengakui kesalahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar