Sabtu, 06 April 2013

KIRANYA KEHENDAK-MU SAJA YANG TERJADI!

Ada cerita menarik yang ditulis oleh J.P. Vaswani  dalam buku Menulis di Atas Pasir. Alkisah, ada seorang perempuan sedang bercakap-cakap dengan keponakannya tentang keampuhan doa. Tiba-tiba anak kecil itu bertanya, “Jika aku berdoa, memohon kepada Tuhan agar Dia membantuku menemukan kelereng-kelerengku yang hilang, akankah Dia menjawab doaku?”

“Tentu saja!” perempuan itu meyakinkan kepada ponakannya. “Dia selalu menjawab doa-doa kita!”

“Bolehkah aku berlutut dan berdoa kepada Tuhan sekarang?” tanya anak itu. Segera setelah mendapat persetujuan dari bibinya, anak kecil itu berlutut di kursinya, menutup mata dan berdoa di dalam hatinya. Kemudian ia bangkit dan mulai pencarian kelerengnya dengan hati lega dan gembira.
Hari berikutnya, perempuan itu bertanya kepada keponakannya apakah ia telah berhasil menemukan kelereng-kelerengnya. Perempuan itu berharap iman sederhana anak kecil itu tidak perlu menghadapi kekecewaan. “Belum, Bibi, aku belum menemukan kelereng-kelerengku, jawab anak itu. “Tetapi sekarang, Tuhan telah membuatku tidak ingin lagi menemukan kelereng-kelereng itu!” Tuhan tidak selalu menjawab doa-doa kita sesuai dengan keinginan dan harapan kita, tetapi jika kita tulus, Dia akan menghapuskan kita dari keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya!

Bukankah kita sering mengakhir doa-doa kita dengan ucapan, “Kiranya kehendak-Mu saja yang jadi!” atau yang senada dengan itu. Namun, seringkali pula kita tidak sepenuhnya membiarkan dan melepaskan semua harapan kita itu kepada-Nya. Buktinya, kita dibayang-bayangi oleh keinginan yang menurut kita adalah yang paling ideal. Sebenarnya kita belum rela membiarkan Tuhan berkarya sesuai dengan kehendak-Nya! Mengapa? Karena jika, “yang ideal” itu tidak terpenuhi, kita menyimpulkannya bahwa Tuhan tidak mendengar doa-doa kita. Misalnya, ketika kita mengalami sakit serius, umumnya kesembuhan adalah jawaban yang ideal. Karena itu yang diharapkan dalam doa-doa kita. Namun, bisakah kita tiba pada keyakinan jika hal itu tidak terjadi, maka ada kehendak-Nya yang lebih baik untuk kita. Sehingga kita dapat seperti anak kecil itu yang tidak lagi berminat menemukan kelereng karena yang lebih berharga dari itu sudah ia dapatkan.

Hal ini sama seperti yang dialami Paulus, ketika ia sakit, ada duri di dalam daging yang selalu menyiksanya. Paulus berdoa tiga kali kepada Tuhan agar dapat disembuhkan, namun Tuhan menjawabnya, “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justeru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.”(2 Kor.12:9). Bukan berarti kesembuhan tidak penting! Bukan pula tidak usah berdoa memohon kesembuhan manakala kita sakit. Namun, selalu ada dimensi lain bagi orang yang sungguh-sungguh menyerahkan hidupnya dalam kehendak Tuhan. Hal ini berlaku tidak hanya dalam pergumulan sakit penyakit, tetapi juga dalam semua aspek pergumulan hidup yang kita bawa di dalam doa-doa kita. Tuhan akan memberikan yang lebih berharga dari apa yang kita minta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar