Antiokhus Epiphanes berkuasa
sebagai kaisar Romawi sekitar tahun 175-164 SM. Ia seorang yang sangat fanatik
dengan budaya dan kepercayaan Yunani. Kebudayaan, tradisi dan agama di wilayah
kekuasaannya harus tunduk pada keyakinan yang dianutnya. Pada 170 SM, Antiokhus
menyerang Yerusalem. Setidaknya ada 80 ribu orang Yahudi binasa dan entah
berapa ribu lagi dijadikan budak. Harta benda Bait Allah yang selama ini
dianggap sakral, digasak. Tidak hanya itu, kaisar yang mengaku sebagai
penampakan yang ilahi ini memberlakukan hukuman mati bagi siapa saja yang masih
mempunyai salinan Taurat atau menyunatkan anak laki-laki mereka. Ibu-ibu yang
menyunatkan anak laki-lakinya akan disalibkan bersama anak-anaknya yang
tergantung pada lehernya. Halaman Bait Allah dinajiskan. Ruangan-ruangan di
Bait Allah diubah menjadi kamar-kamar pelacuran. Dan akhirnya Antiokhus
mengambil langkah mengerikan, ia menjadikan mezbah utama Bait Suci itu sebagai
mezbah untuk dewa Zeus. Di atas mezbah itu, ia persembahkan kepala babi!
Orang Yahudi tidak tahan
membiarkan itu terjadi. Bangkitlah seorang Makabeus dan saudaranya untuk memimpin
pemberontakan terhadap kaisar. Di akhir 164 SM Yudas Makabeus dan pasukannya
memenangkan perang itu. Segera sesudah itu Bait Suci dibersihkan. Mezbah
dibangun kembali, segala peralatan yang sudah tercemar diganti. Hari itulah
kemudian dikenang sebagai Hari Raya Penahbisan Bait Suci. Yudas Makabeus
berpesan, “hari-hari penyucian dan
penahbisan Mezbah itu hendaknya dipelihara pada musimnya tahun demi tahun,
selama delapan hari, dari tanggal lima samapai dua puluh lima pada bulan
Kislew, dengan sukaria” (1 Makabeus 4:59).
Setelah hampir dua abad
lamanya, ketika kepahlawanan Makabeus yang berhasil mengalahkan hegemoni
kekuasaan Romawi, bangsa itu kembali dalam keterpurukan dan di bawah penindasan
kekaisaran yang sama, Romawi. Kini, mereka membayangkan ada sosok Makabeus
muncul kembali. Seorang Mesias yang akan mengalahkan Kaisar Romawi dan memulihkan
takhta Daud. Maka tepat pada Hari Raya
Penahbisan Bait Allah, di mana setiap orang Yahudi mengenang kembali
keperkasaan Yudas Makabeus, pada waktu itulah Yesus berjalan-jalan di Serambi
Salomo. Orang-orang Yahudi itu bertanya, “Berapa
lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau
Mesias, katakanlah terus terang kepada kami.” (Yohanes 10:24).Tidak dapat
diragukan ada dua macam sikap yang melatarbelakangi pertanyaan itu. Pertama,
mereka sungguh-sungguh ingin mengetahui apakah Yesus ini benar seorang Mesia.
Ya, mesias versi mereka, mesias seperti Yudas Makabeus itu! Yakni dengan pembuktian
pemberontakan terhadap kaisar. Namun, kelompok lain ingin menjebak-Nya. Maksudnya,
dengan pertanyaan itu, mereka menginginkan jawaban dari Yesus : “Ya, Akulah
Mesias seperti Makabeus itu!” Dengan jawaban seperti ini, mudah bagi mereka
untuk segera mengadukan kepada kekaisaran Roma bahwa ada seseorang yang tampil
seperti Makabeus itu yang hendak memberontak terhadap kaisar. Dengan demikian,
keinginan mereka untuk melenyapkan Yesus segera terwujud dengan meminjam tangan
kekuasaan kaisar.
Yesus tidak terpancing dengan
jawaban yang mereka inginkan. Yesus menjawab mereka, “Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya;
pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberi
kesaksian tentang Aku, tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk
domba-domba-Ku.” (Yo.10:25,26). Di balik jawaban Yesus itu, jika seseorang
mencermati dengan baik akan kiprah-Nya, perbuatan-perbuatan yang dilakukan-Nya,
mau tidak mau orang-orang yang belajar kitab suci pada jaman itu akan
menyatakan bahwa benarlah apa yang dikerjakan-Nya adalah penggenapan dari mimpi
Nabi Yesaya, “Pada waktu itu mata
orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka.
Pada waktu itu orang lumpuh akan berlompat seperti rusa, dan mulut orang bisu
akan bersorak-sorai; sebab mata air memancar dari padang gurun, dan sungai di
padang belantara.” (Yesaya 35:5,6). Dialah Sang Mesias itu!
Demikian juga dengan
perkataan-perkataan-Nya. Musa telah mengatakan bahwa TUHAN akan membangkitkan
Nabi yang harus didengar (Ulangan 18:15). Jika seseorang mencermati kebenaran
perkataan-perkataan Yesus, Ia yang mengembalikan Taurat pada tatanannya semula.
Cara-Nya mengajar dengan penuh kuasa, maka cukup jelas bahwa Dia adalah Yang
Diurapi oleh TUHAN, Dia adalah Mesias! Akan tetapi kebanyakan orang Yahudi
tidak dapat menerima-Nya. Mengapa? Sebab mereka punya konsep sendiri tentang
Mesias itu. Mereka rindu Mesias itu seperti Makabeus. Ambisi dan keinginan
mereka telah menutup mata batin mereka untuk melihat Mesias yang sesungguhnya
itu! Kita juga bisa seperti mereka, tidak bisa melihat karya Mesias ketika kita
sudah punya konsep dan ambisi sendiri tentang Mesias itu.
Yesus menyebut mereka yang
tidak menyadari dan menanggapi karya-Nya itu dengan, “tatapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku.” (Yoh.10:26).
Di Palestina, setidaknya pada jaman Yesus, domba-domba itu mengenal panggilan
atau suara unik dari gembalanya. Mereka seolah mengerti dan memberi respon. Itulah
yang dimaksudkan Yesus bahwa para pengikut-Nya akan peka dan mengerti serta
merespon positif apa yang dilakukan dan dikata-Nya. Banyak orang tidak
mengherti, atau tidak mau mengerti bahkan ada banyak orang yang menolak-Nya,
sekalipun mungkin nurani mereka membenarkan-Nya. Meskipun demikian ada juga
orang yang menyambut-Nya. Itulah domba-domba-Nya yang sejati. Kepada mereka
ini, Yesus menjanjikan hidup yang kekal.
“…dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai
selama-lamanya dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan-Ku”
Yesus menjanjikan, jika mereka menerima-Nya sebagai “gembala”, mereka akan
menjadi anggota dari kawanan domba gembalaan-Nya, tak satu pun binasa dan tidak
ada yang dapat merampas dari lindungan Sang Gembala. Gembala yang memenuhi kriteria Mazmur 23. Dialah
Gembala baik itu, yang rela memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya. Yesuslah
Sang Gembala, sekaligus Anak Domba yang menebus dosa manusia. Mereka yang
menyambut-Nya kelak akan menikmati persekutuan dengan-Nya dalam hidup yang
sepenuhnya kekal, hidup yang bebas dari penderitaan, “Mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi, dan matahari atau
panas terik tidak akan menimpa mereka
lagi. Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan
mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari
mata mereka.” (Wahyu 7:16,17)
Namun, apakah hidup kekal itu
hanya dapat diraih di seberang kematian saja.
Atau apakah seperti amortalitas?
Kehidupan yang bebas kematian? Apa jadinya jika kematian tidak pernah terjadi. Dunia
akan kehilangan keseimbangan yang kemudian bergerak kepada kehancuran atau
kematian itu sendiri! Lalu seperti apa? Hidup kekal sering ditanggapi secara
harafiah: hidup yang tidak pernah berakhir. Kekekalan dalam tafsir seperti ini,
melulu dihubungkan dengan kuantitas hidup
yang tanpa batas. Mestinya kehidupan kekal itu dihubungkan juga dengan kualitas
hidup kini dan di sini. Disebut kekal bukan karena hidup terus, melainkan
seseorang yang mampu menghasilkan nilai-nilai yang besifat kekal di dalam
hidupnya seperti cinta kasih. Nilai-nilai kekekalan itu bukanlah kesenangan,
kesuksesan dan kemenangan yang banyak dikejar orang. Bukankah kesenangan,
kesuksesan dan terutama kemenangan itu yang diharapkan oleh orang-orang Yahudi
yang menuntut pembuktian kemesiasan Yesus itu? Justeru untuk orang-orang yang
berambisi demikian, Yesus menyebut mereka bukan domba-domba-Nya. Sebab
orang-orang seperti ini tidak mau atau tidak mau tahu bahkan menolak suara
Yesus itu!
Salah satu aspek kualitas
hidup Yesus adalah cinta kasih. Di dalam diri-Nya orang melihat cinta kasih dan
cinta kasih itu kekal. Yesus hidup sampai sekarang. Bukan wujud fisik-Nya yang
hidup terus. Cinta kasih-Nya itu yang menginspirasi banyak orang. Mereka
berusaha menghidupkan kembali cinta kasih itu di sepanjang sejarah dunia. Cinta
kasih itu hidup dalam diri Petrus, Benediktus, Martin Luther King, Jr. Ibu
Teresa, dan siapa saja yang menjadi domba-domba-Nya. Jika Anda salah satu
domba-Nya, nilai-nilai kekekalan juga akan terpancar dalam diri Anda! Ia tidak
lekang oleh waktu dan tidak binasa di telan jaman. Jika Anda mendengar
suara-Nya, pastilah hidup kekal menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Anda!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar