Jumat, 15 Februari 2013

PENGAKUAN IMAN YANG MENDATANGKAN UCAPAN SYUKUR

Dalam program acara “Indonesia Bersuara” Metro TV tanggal 14 Februari 2013, salah satunya mengulas “dunia pengacara (pengacara probono)” di Indonesia. Banyak anak muda tertarik menekuni studi hukum, salah satu sebabnya adalah adanya jaminan kehidupan yang menjanjikan. Bayaran yang tinggi, rumah dan mobil mewah, menjadi tenar dan di kelilingi wanita cantik! Tanpa malu-malu, salah seorang pengacara kondang di bidang asuransi mengatakan bahwa dirinya pernah dibayar dalam menangani sebuah kasus asuransi sebesar Rp. 16 M! Konon, kasus yang paling murah katanya adalah perceraian. Minimal Rp. 50 Juta untuk kasus ini. Percakapan awal tarifnya US $ 200/ jam, minimal percakapan 2 jam!

Pertanyaannya, apakah tidak ada pengacara atau penegak hukum yang sungguh-sungguh punya hati untuk membela dan menegakan kebenaran? “Pengacara Probono!” itulah yang kemudian dikupas oleh Metro TV. Apa itu “Pengacara Probono”? Secara umum adalah seorang ahli hukum yang terpanggil oleh nuraninya untuk membela kasus seseorang dengan tidak mengharapkan imbalan sama sekali. Jadi orientasi advokat semacam ini bukanlah materi, melainkan murni memberikan bantuan hukum demi keadilan dan kebenaran. Inti sebenarnya adalah melekat pada etik advokat itu sendiri, yakni membela bukan untuk dibayar!

Uang, kekuasaan, ketenaran, telah lama menjadi impian banyak orang! ketiga hal ini dapat merampas etika, moralitas, iman dan spiritualitas seseorang. Bukan hanya di bidang advokasi atau hukum. Di setiap bidang kehidupan pun tidak luput dari serangan ini. Kita bisa tengok, lembaga mana yang terkorup di negeri ini? Ternyata bukan di lembaga-lembaga yang tampaknya “basah”, misalnya Kementrian Perindustrian, Kementrian Perdagangan, atau Kementrian Keuangan. Namun, di lembaga-lembaga yang terhormat yang diharapkan menjaga moralitas negeri ini: Kementrian Agama dan  Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan!

Sudah menjadi rahasia dan alasan umum ketika manusia terjebak dalam sebuah tindakan kriminal, korupsi, perancurian, perampokan dan pelbagai manipulasi jawabannya adalah kesulitan ekonomi dan tidak tahan akan godaan si jahat! Apakah dengan alasan pemenuhan kebutuhan ekonomi orang kemudian boleh ditoleransi melakukan tidakan kriminal, mengingkari etika dan moralitas? Apakah dengan mengatakan itu semua karena godaan Iblis, kemudian menisbikan tanggungjawab diri sendiri?

Makanan, Uang, kekuasaan dan ketenaran telah lama menjadi batu uji bagi manusia. Sebenarnya dalam diri setiap insan, Tuhan telah mengaruniakan sensitifitas atau kepekaan memilah apa yang baik, benar dan pantas. Firman itu dekat, ada di setiap hati manusia, “Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan dalam hatimu.” (Roma 10:8). Manusia terbiasa mengungkapkan apa yang baik dan benar. Hatinya pasti akan bergetar bahkan berguncang hebat manakala ia melakukan kecurangan dan memilih menuruti godaan. Namun, masalahnya tidak selamanya manusia berpegang teguh pada kebenaran Sang Firman manakala si penggoda mulai meneliksik dirinya.

Kita dapat belajar kepada Yesus ketika Dia dicobai (Lukas 4:1-13). Si pencoba, dalam hal ini Iblis, tampaknya berusaha mencari sisi lemah manusia. Ia menawarkan agar Yesus menjadikan roti dari batu-batu yang ada di sekitar-Nya. Iblis tahu benar,kebutuhan utama Yesus saat itu adalah makanan. Telah 40 hari dan 40 malam lamanya Yesus berpuasa. Ia lapar, maka makanan menjadi batu uji pertama bagi-Nya. Banyak orang tidak tahan dengan batu uji pertama ini. Demi kebutuhan perut, manusia rela meninggalkan imannya. Melacurkan diri dengan pelbagai keserakahan demi menyelamatkan perut. Di semua level sosial kita bisa menyaksikan: dari mulai pencuri kelas teri sampai koruptor kelas kakap, semua mencerminkan ketidaktahanannya terhadap nasi dan kebutuhan hidup. Nurani yang kita tahu pasti, di situlah tempat kebenaran dinyatakan, demi makanan, tidak lagi digubris! Yang ada sekarang aji mumpung! Mumpung berkuasa dan mumpung ada kesempatan.

Mengapa? Mengapa ada banyak politisi, pejabat bahkan orang yang dikenal sebagai rohaniawan dapat jatuh dalam pencobaan ini? Jawabnya sederhana: mereka memilih suara egoismenya ketimbang Sang Firman itu. Betapa pun laparnya, betapa pun Yesus punya kuasa untuk menjadikan roti dari batu, Ia tak bergeming, Firman yang tertanam dalam diri-Nya mampu menangkal, “...manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN.” (Ulangan 8:3).

Gagal dalam rode pertama, kini Iblis menawarkan kekuasaan dunia. Iblis membawa Yesus ke tempat tinggi dan di sana diperlihatkan gemerlapnya dunia! Siapa yang tak tergiur? Banyak orang berlelah, berjuang, tidak menghiraukan perasaan orang lain bahkan menutup rapat-rapat Kitab Suci demi untuk mendapatkan gemerlapnya dunia. Setiap hari, setiap saat penggoda itu masuk dalam ruang-ruang privasi kita. Muncul dalam bentuk iklan, sinetron, dan kisah sukses para milyader! Itu semua bisa diperoleh, namun syaratnya satu: menyembah dan takluk kepada Iblis!  Setiap nurani manusia pasti peka, tawaran seperti itu jika digubris akan mendukakan Allah. Mengapa? Pada hakekatnya manusia diciptakan untuk mengabdi kepada Allah, bukan kepada Setan! Firman itu menjadi daya tangkal ampuh, Yesus menjawab tawaran itu, “Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalag engkau berbakti!” (Lukas 4:8). Mengapa Firman ini menjadi ampuh di mulut Yesus? Ya, karena Dia tidak sekedar mengucapkan-Nya. Ia melakukan-Nya!

Tidak berhasil di rode pertama dan kedua, kini babak final. Iblis meminta agar Yesus naik ke bubungan Bait Allah dan kemudian menjatuhkan diri, niscaya Dia tidak akan binasa. Ada malaikat TUHAN yang menatang. Di situ Yesus akan menjadi tenar. Ya, bahwa Dia pernah jatuh dari ketinggian bubungan Bait Allah namun Allah menyelamatkan dengan mengirim para malaikat-Nya. Mungkin ada banyak manusia yang dapat melalui batu uji pertama. Kehidupannya sudah mapan, ia sudah tidak lagi cemas dengan makanan. Ketenaran, sering menggoda. Demi ketenaran banyak orang rela melakukan tindakan amoral, berprilaku tidak wajar bahkan menantang kemahakuasaan Allah. Dalam kehidupan rohani sering kita jumpai banyak orang menjadi sombong ketika telah melalui kesulitan ini dan itu. Manusia sering mengira bahwa Allah akan terus memberikan apa yang ia ingini termasuk untuk menjadikan dirinya populer. Jika Allah seperti itu, maka sebenarnya manusia tidak lagi menjadi Allah sebagai pemilik kekuasaan mutlak absolut. Ia bisa diatur manusia! Allah tidak dapat diperlakukan seperti itu! Untuk menangkal batu uji ini, kembali Yesus mengutip Perjanjian Lama, “Janganlah kamu mencobai TUHAN, Allahmu.” (Ulangan 6:16)

Setiap firman yang digunakan Yesus dalam menangkal serangan Iblis selalu berhasil. Mengapa ada banyak orang yang menghadapi pencobaan dan menggunakan Firman seperti itu, namun hasilnya tetap jatuh dalam pencobaan? Ya, sekali lagi jawabnya sederhana! Yesus menggunakan Firman itu utuh. Ucapan dan prilaku-Nya tepat. Ia tidak asal bunyi, melainkan mengenal benar Firman itu dan mempercayakan kehidupan-Nya bergantung kepada Bapa-Nya. Sama seperti pemahaman pemazmur yang meyakini bahwa Allah adalah tempat perlindungan-Nya (Mazmur 91). Mazmur 91 ini ditulis dalam konteks pemazmur mengalami bahaya dalam peperangan. Bukankah setiap hari, setiap saat kehidupan kita ini bagaikan peperangan. Perang melawan begitu banyak penggoda. Apakah dalam situasi seperti itu keyakinan iman kita tetap berpaut kepada Allah, Sang Pelindung sejati? Dan dengan keyakinan itu kita berjalan menuruti firman-Nya? Ingatlah orang yang berlindung kepada Tuhan tidak akan dipermalukan!

Melalui “peperangan”, pencobaan dan kehidupan yang sulit, di sanalah iman kita kepada Allah diuji, apakah kita adalah anak-anak-Nya yang setia, yang mengandalakan TUHAN di atas segalanya? Justeru lewat batu uji satu ke batu uji lain, TUHAN menjadikan kita semakin kuat dan semakin dewasa, semakin banyak melihat keajaiban dan dibentuk oleh-Nya untuk menjadi saluran berkat bagi yang lain. Jadi dengan keyakinan iman yang semakin kokoh, kita akan semakin bersyukur kepada-Nya. Tepatlah bahwa pengakuan iman itu akan bermuara kepada pengucapan syukur!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar