Senin, 11 Februari 2013

BURUNG YANG SEHAT

Ada dua orang sufi besar, mereka adalah Ibrahim bin Adham dan muridnya Syaqiq al Balki. Ibrahim dulunya seorang pangeran, setelah mendapat pencerahan maka ia memutuskan meninggalkan kehidupan duniawi yang serba gemerlap. Kini ia memilih menjadi seorang sufi. Sedangkan Syaqiq al Balki adalah mantan pengusaha. Al Balki meskipun menempuh kehidupan sebagai sufi namun hatinya masih selalu gelisah mengenai darimana mendapatkan rezeki.

Suatu hari keduanya berjalan-jalan di pinggir hutan dan mereka melihat seekor burung menggelepar di tanah karena sayapnya patah. Tetapi tiba-tiba pemandangan menakjubkan terjadi. Seekor burung lain hinggap di sisi burung yang tidak berdaya itu. Burung itu membawa makanan dan melolohkan ke paruh burung yang patah sayapnya itu. Melihat itu al Balki bergumam, “Luar biasa kalau burung saja dijamin rezekinya oleh Allah, apalagi saya!” Mendengar ucapan si murid, Ibrahim malah menegurnya, “Aneh kamu ini, kenapa kamu hanya melihat burung yang patah sayapnya dan tidak berdaya? Mestinya kamu belajar dari burung yang sehat itu, yang dengan kemampuannya mencari nafkah tidak hanya untuk dirinya tetapi dapat menolong yang lain!”

Manusia pada umumnya sering memusatkan perhatian pada diri sendiri. Kesusahan dan penderitaan yang dialaminya dianggap sebagai alasan untuk dikasihani. Kita sering memposisikan diri seperti burung yang tidak berdaya. Dalam nasihatnya kepada Jemaat di Filipi (2:4), Paulus yang sedang mengalami penderitaan akibat penganiayaan tidak memposisikan diri seperti burung yang tidak berdaya itu tetapi dalam segala keterbatasannya ia terus memberdayakan umat agar mampu menolong sesamanya. Paulus mengajak umat tidak egois melainkan mengutamakan kepentingan orang lain. Hidup tidak egois dapat menolong kita terbebas dari rasa kuatir yang berlebih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar