Kamis, 13 Desember 2012

NATAL : KRISTUS YANG MENGOSONGKAN DIRI MENJADI MANUSIA

Sepasang suami isteri hidup harmonis dan mereka dikenal sebagai orang baik. Si suami dengan setia selalu mengantar isterinya setiap kali pergi ke gereja. Ya, si suami itu hanya sekedar mengantar! Ia tidak masuk, apalagi ikut beribadah. Bukan karena sambutan aktifis gereja yang kurang ramah, atau Pak Pendeta gereja itu yang tidak pernah melawat, namun ia memilih untuk tidak munafik! Akalnya menolak keyakinan kristiani bahwa Allah mau menjadi manusia apalagi merendahkan diri sedemikian rupa sampai mati di kayu salib. “Bukankah Ia itu TUHAN yang Mahakuasa? Bukankah Ia dapat melakukan apa saja termasuk kalau mau menyelamatkan manusia mestinya tidak sampai seperti itu.

Menjelang Natal, seperti biasa, setelah menghantar istrinya, ia hendak pulang. Tiba-tiba ia melihat pemandangan di sekitarnya penuh dengan salju. Ada banyak burung-burung terperangkap kedinginan dan kelaparan. Sebagian sudah tidak bernyawa. Ia terenyuh, iba melihat burung-burung itu. Ia membayangkan di rumahnya ada garasi yang terhubung dengan perapian. Ruangan itu cukup luas untuk menampung burung-burung malang itu lagi pula tersedia makanan berlimpah. Namun, bagaimana caranya supaya mereka dapat masuk ruangan itu? Ia memeras otak. Akhirnya dapat ide. Ia membuka garasi rumahnya lebar-lebar, kemudian lari ke belakang kawanan burung itu, merentangkan tangannya dan mencoba menggiring burung-burung itu. Apa yang terjadi kemudian? Burung-burung itu lari, mengepakan sayap dengan sisa daya yang ada. Mereka ketakutan. Kembali kedinginan dan sebagian ada yang mati lagi.

Ia kembali berpikir. “Burung-burung itu pasti lapar, mereka butuh makanan, kali ini aku akan menaburkan makanan dengan mengarahkannya ke ruang garasi itu. Sesudah mereka masuk, baru aku tutup pintunya.” Segera ia melaksanakan idenya itu. Apa reaksi burung-burung itu? Jangankan mau diarahkan ke ruang garasi itu, mereka tidak mau menyentuh makanan itu. Dalam keputusasaannya kini ia melakukan upaya terakhir menolong burung-burung yang malang itu. “Burung-burung itu kedinginan, mereka memerlukan kehangatan. Oleh karena itu aku akan membuat perapian di tengah-tengah mereka supaya mereka dapat berdiang!” Pikir pria itu. Segeralah ia mengumpulkan kayu bakar dan membakarnya menjadi sebuah perapian. Apa yang terjadi? Burung-burung itu terkejut, kini mereka benar-benar menghindar. Akibatnya banyak di antara mereka yang stres dan mati. Pria ini sekarang benar-benar prustasi. Ia menyesali diri mengapa tidak dapat menyelamatkan burung-burung itu.

Dalam kekecewaannya yang mendalam, ia bergumam, “Coba andaikan saja aku bisa menjadi  seekor burung, salah satu dari antara mereka. Aku akan berbicara, mengajak mereka untuk masuk dalam ruangan yang nyaman. Di sana ada kehangatan, ada banyak makanan. Pasti mereka terhindar dari badai salju, kedinginan, kelaparan  dan kematian!” Saat itulah seolah dia disadarkan. “Sekarang aku mengerti, mengapa Allah mau menjadi manusia! Mengapa Dia mau menderita!”

Allah mau menjadi manusia di dalam diri Yesus Kristus. Ia diam di antara manusia, menjadi hamba bahkan menderita sampai mati di kayu salib. Paulus mencatat dalam Filipi 2:5-11 bahwa Yesus telah mengosongkan diri-Nya sedemikian rupa. Bukan saja supaya cinta kasih Bapa dikenal dan dirasakan manusia, tetapi juga supaya manusia yang mengenal cinta-Nya itu melakukan juga tindakan cinta kasih yang bukan pura-pura, tapi mau mengosongkan diri, memberi tempat bagi sesama. Berbagi ruang dan waktu!

Sebagai sebuah gereja yang hadir dalam konteks Indonesia mestinya teladan Yesus Kristus yang mengosongkan diri tidak hanya menjadi wacana dan bahan pembinaan saja, melainkan mewujud dalam tindakan dan program nyata dalam pelayanan gerejawi. Dan gereja itu bukankah adalah setiap kita yang menanggapi karya Allah di dalam Yesus Kristus.

Kembali ke cerita burung, andai saja Anda adalah salah satu dari burung-burung malang itu. Anda mendengar kabar gembira bahwa ada ruang nyaman, hangat dan berlimpah makanan. Anda masuk dalam ruang itu dan menikmatinya. Lantas apa reaksi Anda ketika melihat di luar sana masih banyak burung-burung malang yang sedang menanti ajal? Apakah berdiam diri dan menikmati kenyamanan serta berebut makanan dengan sesama burung lain di dalam ruangan itu? Ataukah mau terbang keluar dan membawa kabar sukacita itu dan berbagi ruang dengan mereka supaya tidak satupun binasa? Selamat merayakan Natal dan memasuki Tahun Baru 2013!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar