Bayangkan Natal tanpa ada
pohon cemara yang dihias? Hambar! Namun, sejak kapan cemara dihias dan
dijadikan ornamen “wajib” di hari Natal. Ada yang menghubungkan pohon Natal ini
dengan kisah penginjil Winfrid Bonifasius, lahir sekitar tahun 680 di Inggris.
Suatu ketika ia memasuki wilayah Jerman yang pada saat itu penduduknya memuja
Thor, Dewa kilat dan perang. Bonifasius tercengan ketika melihat kerumunan
penduduk dipimpin oleh Hunrad, pendeta Dewa Thor. Hunrad menyatakan bahwa malam
itu Thor sedang sedih. Sudah lama tidak ada darah yang menyirami pohon oak
besar tempat mereka memuja Thor. Dampaknya kemalangan menimpa mereka. Bencana
dan penyakit banyak terjadi. Kekalahan perang membuat mereka semakin menderita.
Kini harus ada darah yang mengalir dari seorang anak tak berdosa agar Dewa Thor
terhibur dan memberi perlindungan kepada mereka.
Seorang anak kecil di bawa untuk dipersembahkan. Tangan
dan kakinya diikat. Kini martil sudah berayun di tangan Hunrad akan menuju
kepala anak tak berdosa. Sebelum sampai kepala, Bonifasius berhasil menangkis
martil itu dengan tongkatnya yang berbentuk salib. Seluruh penduduk takjub
melihat adegan itu. Bonifasius kemudian memberi pencerahan, “Mulai dari malam
ini tidak akan ada lagi darah mengalir sebagai persembahan bagi Thor, sebab
malam ini adalah malam kelahiran Kristus, Juruslamat dunia, Ia datang
mengurbankan diri-Nya agar manusia diselamatkan! Semua kurban harus disudahi!” Yesaya 53 memberi penegasan
bahwa oleh kurban dan penderitaan Yesus manusia diselamatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar