Jumat, 24 Agustus 2012

KESALAHAN FEMINISME


Seorang perempuan benar-benar merasa bingung dan panik. Dia berdiri persis di posisi paling depan tempat duduk penumpang sambil berteriak, “Aku terlalu muda untuk mati!” Kemudian ia berteriak lagi, “Baiklah, kalau saya harus mati, saya ingin menit-menit terakhir dalam hidupku di dunia ini menjadi benar-benar mengesankan! Belum pernah seorang pun membuatku merasa sebagai seorang perempuan sejati! Baik, aku tahu! Apakah ada orang di dalam pesawat ini yang dapat membuatku merasa sebagai seorang perempuan sejati?”

Sesaat hening. Semua orang lupa bahwa mereka sedang dalam keadaan bahaya. Mereka semua menatap, tepaku, pada perempuan putus asa di bagian depan pesawat itu. Lalu seorang laki-laki berdiri di belakang. Orang itu tinggi tegap, kekar dan kecoklatan dengan rambut hitam legam, dan dia mulai berjalan pelan-pelan sepanjang lorong, sambil membuka kancing bajunya. “Saya dapat membuatmu merasa seperti perempuan sejati!” Katanya.

Tak seorang pun bergerak. Sewaktu orang itu mendekat, si perempuan itu mulai bergairah. Orang itu kemudian melepaskan bajunya. Ototnya melintang di dadanya ketika dia meraihnya, menjulurkan tangannya yang memegang bajunya ke perempuan yang gemetar itu, dan berkata, “Setrika ini!”

Apa yang dipikirkan seorang perempuan ketika menghendaki dirinya merasa benar-benar sebagai perempuan seringkali berbeda dengan pemahaman seorang lelaki untuk menjadikan perempuan merasa dirinya sebagai perempuan. Tidak mengherankan ada begitu banyak konflik dalam hidup bersama antara lelaki dan perempuan. Empati dan belarasa mutlak dibutuhkan agar hubungan lelaki dan perempuan saling mengisi dan memberdayakan. Bukan memperdayakan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar