Kamis, 24 Mei 2012

BERSAKSI BERSAMA ROH KUDUS

Ada kisah menarik dari Boynton Beach, Florida sebagaimana dikutip oleh harian nasional, Kompasi tanggal 24 Mei 2012 yang lalu. Pegawai Chase Bank di Florida kini sibuk mencari pemilik uang 1.800 dollar AS (sekitar Rp. 16,8 juta) yang tertinggal di mesin ATM bank tersebut. Harian Palm Beach Post memberitakan, Adriana Alen menemukan uang itu di ATM saat mau mengambil uang lalu menyerahkannya ke polisi.

“Uang itu ada di sana. Tuhan sedang mengujiku,” kata Alen. “Aku harap orang yang kehilangan uang itu akan mendapatkannya kembali. Jumlahnya banyak sekali. Siapa tahu dia memerlukannya untuk belanja makanan atau anaknya sedang sakit. Aku tak pernah berpikir untuk mengambilnya,” ujar Alen. Juru bicara polisi Boynton Beach, Stephanie Slater, mengatakan, uang itu dikembalikan ke manajer bank dan mereka akan menggunakan kamera keamanan dan informasi transaksi ATM untuk mencari pemiliknya.

Kisah di atas sangat menarik. Di negara yang katanya liberal dan tidak membutuhkan polisi moral ternyata hati nurani sebagai pintu dan benteng terakhir dari suara kebenaran masih mendapat tempat yang semestinya. Yang tidak kalah menarik harian Kompas ternyata usil dengan membubuhkan sebuah kalimat di akhir Kilasan Kawat Sedunia itu, bunyinya, “Coba hilangnya di Jakarta…..” Lalu apa makna kalimat ekor itu? Saya menafsirkannya kalau hal itu terjadi di Jakarta, ya sudah pasti raiblah. Alih-alih memikirkan siapa si empunya uang itu yang mungkin sedang kebingungan dan resah lalu berusaha mencarinya, eh…malah dimaknai sebagai bentuk pertolongan Tuhan. Apalagi kalau sebelumnya punya masalah dengan keuangan dan berdoa, meminta kepada Tuhan untuk dapat membayar utangnya. Masuk ke ruang ATM dan di sana ada segepok uang, maka segeralah ia akan bersyukur bahwa Tuhan telah menjawab doanya!

“Coba hilangnya di Jakarta….” Bisa juga ditafsirkan bahwa citra atau gambaran masyarakat Jakarta tidak lebih baik dari perilaku orang-orang di Boynton Beach. Bagaimana pun itulah citra, gambaran bahkan fakta yang sulit dibantah bahwa kesaksian hidup secara komunal dari masyarakat kita belumlah sebanding dengan sebutan masyarakat yang bermoral, Pancasilais, agamis, dan yang serupa dengan itu. Label-label keagamaan yang begitu kuat mencuat ke permukaan toh pada akhirnya tidak dapat menekan angka korupsi. Semboyan-semboyan yang luar biasa bagusnya tidak juga dapat meredakan kriminalitas. Kesaksian hidup jauh dari apa yang dipercayai.

Kalangan moralis, humanis apalagi agamawan percaya bahwa nurani manusia merupakan wahana di mana suara kebenaran itu berbisik. Semakin serius di asah maka suara itu akan semakin berisik manakala manusia melakukan tindakan yang bertentangan dengan kebenaran. Bagi umat Kristiani sangat jelas, Roh Kuduslah yang berperan menginsafkan dan menyadarkan manusia akan tindakannya yang keliru. “Dan kalau ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman” (Yohanes 16:8). Roh Kudus adalah Allah sendiri yang berperan di dalam diri manusia. Roh Kudus itulah yang membuat manusia tidak merasa sejahtera apabila ia melakukan apa yang keliru! Kini manusia harus menentukan apakah ia mendengar dan mengindahkan suara Roh itu atau sengaja membungkamnya. Apabila manusia menuruti suara kebenaran itu pastilah perilakunya juga akan benar. Ia akan mengerjakan hal-hal yang benar! Manusia menjadi media untuk Roh Kudus bekerja. Itulah kesaksian. Tidak ada manusia yang dapat menyaksikan karya Tuhan berdiri sendiri. Kesaksian yang benar pastilah di dalamnya ada peran Roh Kudus.

Pemahaman manusia bersaksi bersama Roh Kudus membawa dampak. Pertama, pasti kesaksian itu tidak akan memuliakan yang bersaksi itu melainkan siapa atau apa yang disaksikannya, yakni Yesus Kristus dan karya-Nya. Jika ia dapat melakukan hal-hal yang spektakuler, ia tidak akan sombong tetapi tetap rendah hati oleh karena ia memahami bukan dirinya yang hebat, melainkan ada kuasa Roh yang bekerja di dalam dirinya. Adalah godaan yang sangat besar bagi orang yang ingin bersaksi ketika dirinya mencoba mencuri kemuliaan yang semestinya hanya untuk Tuhan. Kedua, kelemahan dan keterbatasan dirinya tidak akan menghalangi karya Tuhan untuk disaksikan kepada sesama. Ia menyadari segala kelemahan dan keterbatasannya tetapi hal itu tidak digunakannya sebagai alasan untuk tidak bersaksi.

Para murid Yesus memberi keleluasaan Roh Kudus itu bekerja atas diri mereka. Momentum Pentakosta (Kisah Rasul 2:1-13), yang dalam tradisi Yudaisme merupakan perayaan pengucapan syukur atas panen dan peringatan akan turunnya Taurat menjadi peristiwa yang menakjubkan, Roh Kudus yang dijanjikan itu tercurah. Mereka orang-orang sederhana dari Galilea namun mampu dan berani menyampaikan kebenaran. Mereka mampu berbicara dalam pelbagai bahasa yang sebelumnya tidak pernah mereka kuasai. Roh Kudus memakai para murid untuk menjadi saksi Injil Yesus Kristus! Kini Injil dipahami dalam bahasa mereka sendiri. Bukan sebaliknya membuat orang tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan.

Peran Roh Kudus bukan saja diyakini menghasilkan perkara dasyat. Roma 8:26 mengingatkan kita bahwa Roh itu menolong kita dalam kelemahan bahkan ketidakberdayaan kita. Ia menolong dan bahkan membantu kita dalam doa. Kini kita percaya bahwa Roh Kudus memberi keberanian kepada kita untuk dapat melakukan apa yang sudah diajarkan dan dicontohkan oleh Yesus. Itu artinya bahwa apa yang kita percayai sebagai kebenaran tidak hanya berhenti dalam pemahaman, melainkan menjadi gaya hidup nyata yang dapat dilihat oleh semua orang.

Roh Kudus memberi kuasa kepada kita untuk hal-hal yang sederhana, misalnya: dapat mengampuni orang yang telah menyakiti bahkan menghianati kita. Masalahnya apakah kuasa itu direspon dengan baik, yakni kemauan untuk menerima dan mengampuni? Atau justeru kita mengeraskan hati dan bersih kukuh untuk membalasnya. Jika Anda berhasil menerima kembali dan mengampuni orang yang menyebalkan ini, maka Anda telah memberi diri dikuasai Roh Kudus itu. Itulah kesaksian Anda bersama Roh Kudus. Roh Kudus memberikan pencerahan untuk kita berbicara tentang hal-hal yang benar kapan dan di mana pun juga. Apakah ketika tidak ada keuntungan sama sekali bahkan  Anda akan menerima ancaman dan kerugian lalu atas dasar itu Anda urung mengatakannya? Jika pada situasi dan kondisi itu Anda tetap menyuarakan kebenaran; itulah kesaksian Anda bersama Roh Kudus!

Roh Kudus memberi kemampuan kepada setiap orang percaya untuk dapat meneruskan cinta kasih Tuhan. Ketika Anda dibebaskan untuk mengasihi orang lain tanpa pertimbangan apa yang nanti akan aku dapatkan, sesungguhnya itulah kesaksian Anda bersama Roh Kudus. Karena Anda membiarkan Roh itu bekerja dengan leluasa tanpa dihalangi oleh kepentingan-kepentingan Anda sendiri!

Ketika Anda menemukan setumpuk uang di ATM, Anda bebas untuk membawanya. Tetapi Anda tidak berpikir untuk menikmatinya apalagi sebagai pemberian Tuhan. Anda berpikir bahwa sekarang ada seseorang yang sedang kebingungan mencari uangnya.  Lalu Anda memberikannya kepada sekuriti bank itu supaya mereka mengembalikan kepada yang empunya. Di situlah Anda sedang bersaksi dengan Roh Kudus! Stop bicara tentang kesaksian yang hanya kedengaran merdu di gereja, namun dalam praktek sehari-hari sama saja dengan orang yang tidak mengenal Tuhan, malah lebih parah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar