Jumat, 14 Oktober 2011

MENJALANKAN PERAN DARI TUHAN DENGAN BAIK DAN BENAR

Saat-saat yang paling membuat frustasi dalam kehidupan seorang komposer ialah ketika ia menggarap sebuah karya musik tetapi seperti ada yang menghalangi pikirannya. Pikirannya terbentur tembok putih, sehingga tidak tahu ia harus menulis apa. Tampaknya tidak ada yang berhasil, dan ia tidak dapat memecahkannya. Pada saat-saat seperti itu, hanya musisi yang bertekad kuatlah yang terus bertekun hingga mencapai hasil akhir.

Justin Hayward adalah seorang penyanyi, gitaris, dan penulis lagu untuk Moody Blues. Ia mengalami kebuntuan. Selain itu ia mendapat tekanan tambahan untuk menyelesaikan lagu itu dengan cepat, karena hari berikutnya studio sudah disewa dan akan segera merekam lagunya yang baru. Ia sudah menggarap dua lagu yang berbeda dengan tempo yang berbeda pula. Tetapi duanya tidak bisa terselesaikan juga. Akhirnya setelah berjam-jam berjuang, tibalah jawabannya. Hayward kemudian menjelaskan,”Saya hanya menggabungkan keduanya dan merangkai lirik bersama-sama untuk membuatnya jadi – dan memang benar-benar jadi! Keduanya memang ada pada kunci yang sama serta nada yang sama. Hanya karena temponya yang berbeda tidak pernah terpikir oleh saya untuk menggabungkannya.” Komposisi yang baru itu ,”Question”, menjadi fitur kunci pada album terlaris kelompok itu ,Question of Balance.

Hayward bisa saja menyerah, dan tak seorang pun bisa mendengar lagu itu. Tetapi ternyata lagu itu menjadi lagu hit. Keunikan lagunya memberi kenangan tersendiri bagi sang penggubah yang telah bekerja keras itu, “Lagu ini menjadi lagu kesukaan saya karena lagu ini sangat berbeda.”

Hayward sama seperti Thomas Alva Edison. Tidak kenal menyerah! Bahkan untuk berhasil menciptakan sebuah bola lampu, Edison mencobanya sampai 1448 kali. Sahabatnya menertawakannya sbagai sebuah kegagalan, namun ia menjawabnya,”Saya tidak pernah gagal! Namun, namun saya telah menemukan 1448 cara lampu itu tidak bisa menyala dan pada kali ke 1449 kutemukan bagaimana caranya lampu itu bisa menyala! Bayangkan jika pada langkah ke 1448 Edison menyerah? Dunia sampai kini tidak mengenal lampu pijar.

Saat-saat paling sulit mengambil peran sebagai pengikut Yesus adalah manakala kita berhadapan dengan kenyataan bahwa diri kita dan lingkungan di sekitar tidak selalu sejalan dengan apa yang dikehendaki Tuhan. Dalam kondisi seperti inilah Tuhan menuntut kita untuk konsisten dan mempunyai integritas. Konsisten berarti bahwa di setiap kondisi, kapan dan di mana pun Firman Tuhan tetap berlaku. Integritas bermakna bahwa apa yang dipercaya dan diucapkan menjadi gaya hidup sehari-hari. Maka untuk mewujudkan peran seperti ini kita memerlukan ketekunan, semangat pantang menyerah!

Pantang menyerah, tabah! Itulah hupomone yang dimaksudkan Paulus ketika menuliskan suratnya kepada jemaat Tesalonika. 2 Tesalonika 1:4-5, Paulus menyukuri atas ketabahan iman jemaat itu. Ketabahan, hupomone, dapat diterjemahkan dengan “daya tahan”, “kegigihan”, “pantang menyerah”, mempunyai makna kemampuan menanggung pukulan-pukulan hidup, bukan pasif, melainkan aktif. Kesulitan hidup dapat mengubahnya menjadi batu loncatan untuk kebaikan-kebaikan baru. Bagi Paulus, ketegaran mereka di tengah kesukaran karena iman yang mereka pegangi itu membuktikan bahwa mereka layak bagi Kerajaan Allah (2 Tes.1:5). Jemaat Tesalonika berhasil memerankan diri mereka seperti yang Tuhan inginkan, menjadi agen Kerajaan Allah.

Kepada setiap ciptaan-Nya, Tuhan memberikan peran tertentu yang harus dijalanninya dengan ketekunan sehingga menghasilkan karya atau buah yang baik. Koresy menjalankan peran sebagai seorang raja yang baik. Ia berhasil mempersatukan para suku Persia. Berhasil pula mengalahkan raja Media Astiages pada tahun 550 SM. Kemenangannya atas raja Lidia Kresus membuatnya menjadi penguasa Asia Kecil. Pada tahun 539 SM ia merebut Babilon. Koresy adalah seorang raja yang bijaksana dan sabar, sehingga memperoleh kepercayaan para bawahannya, juga dari orang-orang Yahudi dalam pembuangan. Yesaya 44:28; 45:1-4 menyebutnya : Gembala" Yahwe atau "yang diurapi" (Mesias)". Orang-orang Yahudi bisa menaruh harapan padanya! Pada tahun 538 SM ia mengumumkan perintahnya yang terkenal, bahwa bangsa Yahudi diijinkan pulang ke Yerusalem dan membangun kembali Bait Allah (2 Taw.36:22-23; Ezr.1:1-4). Meskipun Koresy bukanlah orang Yahudi, ia bangsa dan raja asing namun ia berhasil menjalankan peran yang Tuhan inginkan.

Sayang peran yang baik tidak selalu diperagakan oleh orang yang meyakini bahwa Tuhanlah sebagai Sang Sutradara Agung. Contohnya seperti yang diperagakan oleh orang-orang Farisi. Orang-orang Farisi seringkali beradu argumen dengan Yesus. Dalam pelbagai kesempatan mereka mencari celah untuk mencari-cari kesalahan. Di Matius 22:15-22 mereka berunding bagaimana untuk menjerat Yesus. Isu yang diangkat adalah tentang membayar pajak.

Para imam dan pemimpin Yahudi tahu bahwa membayar pajak kepada pemerintahan Romawi adalah suatu kewajiban yang dikenakan oleh pemerintahan Romawi. Ketidaktaatan dalam menjalankan kewajiban ini dipandang sebagai bentuk makar/pemberontakan terhadap kaisar dan pemerintah Romawi. Para imam dan kaum Farisi mengharapkan Yesus menjawab pertanyaan itu dengan jawaban ,”boleh” atau “tidak boleh” salah satu jawaban itu sudah cukup untuk mendeskriditkan dan menjerat Yesus. Namun, jawaban Yesus sungguh di luar dugaan mereka. Yesus mengajak mereka bernalar dengan menggunakan gambar yang ada dalam mata uang yang berlaku saat itu. Yesus menjawab mereka, “Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”

Dari jawaban tersebut dapat ditafsirkan bahwa memang benar sang Kaisar yang empunya mata uang tersebut. Karena itu, ia berhak meminta pajak. Tetapi Yesus juga mengatakan bahwa kepada Allah harus diberikan apa yang wajib diberikan kepadaNya. Apa yang wajib diberikan kepada Allah? Tidak lain adalah ketaatan mutlak! Ibadah yang sejati! Kaisar tidak berhak menerima penghormatan yang berlebihan. Yang mutlak hanyalah Allah. Hanya ketaatan kepada Allah yang memberi batas sejauh mana kaisar perlu ditaati. Dengan demikian Yesus mengajak para pendengar-Nya memainkan peran secara cerdas, kritis dan bijak di hadapan kaisar dalam prespektif ketatan total kepada Allah.

Bagaimana dengan kita? Peran apa yang sedang kita lakoni sekarang? Apakah seperti raja Koresy yang mendukung pembangunan Rumah Tuhan? Ataukah seperti jemaat di Tesalonika, walaupun teraniaya tetapi mampu menyaksikan Injil Tuhan Yesus? Ataukah peran yang paling mudah, yakni yang diperankan oleh orang-orang Farisi? Mereka gemar menghakimi orang lain, mencari-cari kesalahan sedangkan kebenaran yang mereka pelajari hanya sebatas kebanggaan dan bukan menjadi gaya hidup. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar