Anda masuk bekerja dalam perusahaan itu bersama-sama dengan sahabat Anda. Menjalani wawancara dan tes psikologi juga bersama-sama bahkan sering kali Anda yang memberikan kemudahan kepada sahabat Anda itu. Berjuang bersama-sama, merangkak dari bawah. Kini Anda dan sahabat Anda menjadi staf dalam perusahaan itu. Suatu hari, Anda mendengar kabar bahwa sahabat Anda itu akan dipromosikan menjadi menejer dan tentunya Anda akan menjadi bawahannya. Bagaimana perasaan Anda? Turut senang karena sahabat sendiri yang menduduki jabatan itu? Ataukah hati Anda meradang dan berpikir kenapa bukan saya yang menduduki posisi itu?
Hati-hati dengan perasaan tak nyaman mana kala orang lain berhasil meraih sukses. Perasaan itu jika dibiarkan akan membuat Anda melakukan tindakan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Kisah klasik Kain dan Habil (Kejadian 4:1-17) menjadi pelajaran berharga. Kain, dikuasai oleh perasaan iri hati dan membuat dirinya tidak nyaman mana kala persembahan Habil, adiknya itu diindahkan Tuhan sedangkan persembahan dirinya ditolak. Alih-alih mengusahakan memberi yang lebih baik lagi, justeru Kain membunuh sang adik.
Banyak orang merasa tidak nyaman dengan keberhasilan orang lain. Itulah benih-benih iri hati. Iri hati tampaknya naluri alamiah manusia namun membahayakan. Anda harus mengatasinya! Bersyukur dan ikut merayakan keberhasilan orang lain jauh lebih baik. Belajar dari kesuksesan orang lain jauh lebih bergunan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar