Kamis, 09 Juni 2011

TIDAK DIUTUS DENGAN TANGAN HAMPA


Presiden Susilo Bambang Yudoyono melalui Kepres no.12 tahun 2011 menetapkan pembentukan Panitia Seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi. Panitia ini mempunyai tugas menyeleksi dan menentukan nama calon pimpinan KPK. Kali ini panitia seleksi tersebut dipimpin oleh orang yang sama dari panitia seleksi sebelumnya, yakni Patrialis Akbar. Pembentukan panitia ini sesuai dengan pasal 30 ayat 2 Undang-undang Nomor 30 tahun 2002 yang mengamanatkan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Dengan syarat dan ketentuan yang super ketat panitia ini bekerja, mencari orang-orang yang dianggap layak untuk diutus memberantas korupsi di Indonesia. Orang-orang yang dianggap layak ini dilengkapi dengan berbagai kewenangan untuk menjalankan tugasnya itu. Sehingga banyak orang menyebut lembaga itu dengan super body.

Bagaimana perjalanan selanjutnya dengan KPK, apakah kelengkapan dan wewenang yang diberikan kepadanya sanggup untuk menjalankan tugasnya tanpa pilih bulu, atau tebang pilih? Sebagian besar orang ragu dengan jargon itu. Mengapa? Kwik Kian Gie, mantan Menko Perekonomian jaman Megawati Soekarno Putri memastikan bahwa praktek korupsi di kalangan internal pejabat publik dan partai politik yang berkuasa itu ada, namun sulit dibuktikan. Sama halnya orang memastikan bahwa Tuhan itu ada tetapi sulit untuk dibuktikan keberadaanNya. KPK ditugaskan untuk memberantas korupsi di Indonesia, namun praktek korupsi terus ada bahkan semakin menjadi-jadi, apakah KPK diutus dengan tangan hampa? Jelas tidak! Lalu apa yang menjadi hambatan menjalankan tugas itu? Dari sekian banyak argumen koq saya merasa ada masalah internal. Masalahnya KPK tidak berani memakai kelengkapan dan otoritas yang ada dengan optimal karena berbagai pesan sponsor dan tekanan.

Refleksi ini tidak bertujuan mengkritisi KPK, namun kita dapat berkaca dari KPK di Indonesia ini. Bagi orang Kristen tugas pengutusan adalah mutlak. Tidak bisa ditawar. Anda menjadi pengikut Kristus, Anda dipanggil dan dipilih oleh Kristus, maka saat itu juga Anda mengemban tugas mulia, diutus ke dalam dunia. Yesus megatakannya dengan, “Kamu adalah garam dunia…….Kamu adalah terang dunia.”(Matius 5:13,14). Jika Tuhan mengutus Anda, maka Tuhan melebihi KPK, Ia memberikan kelengkapan untuk menunaikan tugas tersebut. Tindakan pengutusan tanpa disertai pembekalan atau kelengkapan yang cukup adalah tindakan gegabah. Tuhan tidak pernah gegabah!

Peristiwa Pentakosta, Roh Kudus yang dijanjikan dicurahkan bagi para murid adalah bukti kelengkapan yang diberikan Tuhan bagi umat-Nya. Setelah Hari Kenaikan Tuhan Yesus Ke Sorga, murid-murid menantikan  pencurahan Roh Kudus, sesuai yang di nubuatkan dalam Perjanjian Lama (misalnya Yoel 2:28-32) dan yang dijanjikan  Tuhan Yesus sendiri. Janji itu digenapi tepat pada peristiwa Pentakosta (Kisah Rasul 2:1-13).

Pentakosta dalam Perjanjian Lama dirayakan sebagai hari raya umat Israel yang disebut sebagai hari raya Shavuot. Perayaan hari raya Pentakosta tersebut dilaksanakan pada hari keenam di bulan Sivan yaitu sekitar akhir bulan Mei dan awal bulan Juni. Semula umat Israel merayakan hari raya Pentakosta untuk memperingati peristiwa turunnya Taurat yang diwahyukan oleh Allah kepada Musa di gunung Sinai. Kemudian Pentakosta dirayakan oleh umat Israel sebagai pengucapan syukur atas hasil panen gandum; yang mana pengucapan syukur tersebut dirayakan selama 7 minggu. Dengan demikian hari raya Shavuot atau Pentakosta merupakan kesempatan umat Israel untuk mempersembahkan persembahan sulungnya berupa gandum, roti dan buah-buahan di Bait Allah. Maka tidak heran di banyak gereja, Pentakosta dirayakan juga dengan membawa persembahan syukur tahunan.

Tepat perayaan Pentakosta itulah Roh Kudus dicurahkan. Maka sekarang umat Perjanjian Baru merayakan hari Pentakosta sebagai hari Pencurahan Roh Kudus. Dengan pencurahan Roh Kudus itu, murid-murid diberikan karunia untuk bersaksi dengan berbagai bahasa yang dulunya tidak pernah mereka kuasai. Saat itulah Injil Kristus tersebar ke berbagai bangsa. Hari itu diyakini oleh orang percaya sebagai hari lahirnya Gereja. Willian Barcklay mencatat, sejak saat itu Roh Kudus menjadi kenyataan yang dominan di dalam kehidupan jemaat mula-mula. Di dalam 13 pasal pertama dari Kisah Para Rasul, lebih dari 40 kali berbicara tentang Roh Kudus. Jemaat perdana adalah jemaat yang dipenuhi oleh Roh Kudus. Kita menyimak beberapa kelengkapan yang diberikan Roh Kudus kepada umat Tuhan.

Pertama, Roh Kudus adalah sumber untuk semua bimbingan. Roh Kuduslah yang menggerakan Filipus untuk mendekati sida-sida dari Etiopia (Kis.8:29). Roh Kudus yang mempersiapkan Petrus untuk melayani Kornelius (Kis.10). Roh Kudus memberi kesanggupan kepada Agabus untuk menubuatkan adanya kelaparan (Kis.11:28), dan masih banyak lagi yang lainnya. Jika dalam jemaat mula-mula begitu terasa bimbingan Roh Kudus itu, bagaimana dengan jaman kita sekarang. Mestinya peran dan dominasi yang sama terjadi. Masalahnya ada pada diri kita, apakah kita memberi ruang yang cukup, tempat yang paling terhormat untuk mau dibimbing oleh Roh Kudus, atau tidak?

Kedua, semua pemimpin jemaat adalah orang-orang yang dipimpin Roh. Tujuh orang yang terpilih adalah orang yang hidupnya dipenuhi oleh Roh (Kis.6:3). Stefanus dan Barnabas adalah orang-orang yang dipenuhi oleh Roh (Kis.7:55;11:24). Paulus berkata kepada para penatua di Efesus, bahwa Roh Kudus yang menetapkan mereka menjadi penilik Jemaat Allah (Kis.20:28). Semua anggota Jemaat perdana hidup dalam Roh sebagaimana mereka hidup di udara yang mereka hirup setiap saat. Bagaimana dengan hidup kita, apakah dipenuhi oleh Roh atau ambisi-ambisi yang selalu dikedepankan?

Ketiga, Roh Kudus adalah sumber kuasa dan keberania setiap hari. Ketika Roh Kudus dicurahkan kepada para murid saat itu mereka memperoleh keberanian dan kecakapan untuk bersaksi. Mereka dilengkapi untuk melakukan tugas pengutusan itu.  Petrus yang dulu menyangkal Tuhan, kini tampil dengan berani. Ia berkhotbah di depan orang Yahudi, inilah khotbah Kristen perdana. Petrus juga punya keberanian untuk berbicara di depan Sanhedrin (Kis.4:31). Lebih jauh Paulus mengingatkan bahwa sumber segala karunia berasal dari Roh Kudus (I Kor.12:3b-13). Semua karunia itu diberikan untuk pembangunan Jemaat, untuk kelengkapan tugas kesaksian. Saat ini hendaknya kita menyadari bahwa setiap karunia/talenta berasal dari Tuhan. Karunia itu adalah kelengkapan untuk pembangunan jemaat Tuhan bukan sarana untuk membanggakan diri!

Sadarilah bahwa Tuhan tidak pernah mengutus kita dengan tangan hampa. Ketika Yesus menampakan diri sesudah kebangkitanNya, Ia meninggalkan damai sejahterai (Yoh.20:19-23). Yesus juga menjanjikan Roh Penghibur (Yoh.14:15-31). Janji itu telah digenapi dalam peristiwa Pentakosta. Bagaimana dengan kita, sudahkan kita mengoptimalkan perlengkapan yang diberikan Roh itu guna tugas kesaksian? Ataukah kita masih merasa gamang, takut dan tidak merasa memiliki penyertaan Roh Kudus?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar