Kamis, 19 Mei 2011

MEMBERITAKAN PERBUATAN BESAR DARI ALLAH


Dominique Strauss-Kahn direktur pelaksana Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/ IMF) di tangkap 15 Mei 2011 di Yew York. Pria 62 tahun itu ditangkap atas laporan seorang perempuan 32 tahun, pegawai Sofitel, hotel berbintang lima di kawasan Times Square, New York dengan tuduhan percobaan pemerkosaan terhadap dirinya. Sehari setelah peristiwa penangkapan itu, hampir semua surat kabar terkemuka dunia menjadikan berita itu sebagai head line. Bad news is good news, mungkin benar apa yang menjadi bahasa bisnis media. Berita buruk mempunyai nilai ekonomis tinggi bagi media. Inilah potret dunia, tampaknya dunia lebih menyukai berita-berita yang beraroma negatif ketimbang berita-berita yang berisi kebaikan dan membangun.

Memberitakan perbuatan besar dari Allah, jelaslah bukan berita negatif dan murahan. Namun, di tengah dunia yang cenderung menikmati berita “negatif”, dapatkah berita itu mendapat tempat? Sejarah membuktikan, tidak mudah bahkan cenderung mustahil. Lihatlah apa yang dilakukan oleh Stefanus. Ia terpanggil untuk memberitakan kasih dan keselamatan Allah melalui Yesus Kristus (Kisah Para Rasul 7:55-60), apa respon pendengarnya pada saat itu? Rajaman batu! Ia mati karena memberitakan perbuatan besar dari Allah! Apa yang diberitakan Stefanus bukanlah sekedar berita melalui mulut atau membagikan “traktat” propoganda, melainkan ia melakukannya juga dengan tindakan nyata. Sebab sebelumnya Stefanus terpilih untuk bidang pelayanan  terhadap orang-orang miskin. Ia dikenal sebagai orang yang baik, beriman, penuh Roh dan berhikmat (Kisah Rasul 6:3,5). Stefanus memberitakan keselamatan bukan supaya semakin banyak orang menjadi Kristen dan dengan demikian bertambah juga pundi-pundi kas gereja yang memudahkannya untuk membiayai pelayanan terhadap orang-orang miskin. Namun, semata-mata karena dorongan imannya dan kuasa Roh Kudus agar orang mendengar berita keselamatan di dalam Kristus.

Mengapa masih saja ada orang seperti Stefanus yang mau memberitakan kasih Allah padahal dunia di sekitarnya belum tentu menerima? Bagi orang yang belum mengecap kebaikan dan kasih Tuhan tentu menjadi aneh, namun sama seperti yang diungkapkan rasul Petrus, orang yang merasakan kasih Tuhan itu ibarat bayi yang baru lahir yang merasakan air susu murni ibunya, ia akan merasakan dan mengalami betapa baiknya Tuhan (I Petrus 2:2,3). Bagi orang yang sudah mengecap kasih Tuhan berita tentang perbuatan Allah itu mempunyai nilai yang mahal, nilai ekonomi rohani yang tinggi (I Petrus 2:7), God News, maka tidaklah mengherankan, meskipun mempunyai resiko yang tinggi, seseorang yang telah merasakan kasih Tuhan ini pastilah akan tetap memberitakan perbuatan Allah yang besar itu. Itulah esensi gereja. Gereja yang sesungguhnya akan memberitakan perbuatan besar dari Allah. Tujuannya bukan untuk membesarkan gereja atau menambah jumlah orang menjadi Kristen, tujuan utamanya adalah memberitakan perbuatan-perbuatan besar dari Allah (I Petrus 2:9).

Apa inti berita perbuatan besar Allah itu? Pusat pewartaan tiada lain adalah Kristus. Kristus yang telah berkata, “Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”(Yoh.14:6). Banyak orang menafsirkan berita ini dengan cara “hanya percaya kepada Yesus sajalah orang dapat diselamatkan, oleh karena itu carilah jiwa sebanyak-banyaknya supaya mereka percaya dan diselamatkan”. Apakah hanya seperti itu? Mari kita menelusurinya seperti apa yang dipahami oleh orang Yahudi pada waktu Yesus mengatakannya.

Tentang jalan, orang-orang Yahudi telah banyak membicarakan tentang jalan. Jalan yang dimaksud adalah jalan atau cara hidup. Tuhan berkata kepada Musa, “Janganlah engkau menyimpang ke kana atau ke kiri. Segenap jalan, yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, haruslah kamu jalani (Ul.5:32,33). Musa berkata kepada umat itu, “Sebab aku tahu, bahwa sesudah aku mati, kamu akan berlaku sangat busuk dan akan menyimpang dari jalan yang telah kuperintahkan kepadamu.” (Ul. 31:29). Nabi Yesaya telah mengatakan, “Dan telingamu akan mendengar perkataan ini dari belakangmu: ‘Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya’” (Yes.30:21).  Di dunia yang baru akan ada jalan raya yang disebut Jalan Kudus, dan pada jalan itu tidak ada seorang pun yang tersesat (Yes.35:8). Pemazmur berkata, “Tunjukkanlah jalanMu kepadaku, Ya Tuhan” (Maz.27:11).  Jika ditelusuri dalam Perjanjian Lama, ada banyak wacana tentang “jalan”. Orang Yahudi banyak mengetahui tentang jalan Tuhan, yang di atasnya manusia harus berjalan. Dan Yesus berkata, “Akulah Jalan.”

Apakah maksudnya? Bayangkan Anda ada di sebuah kota yang asing, Anda menanyakan jalan menuju sebuah tempat yang akan Anda tuju. Orang yang ditanya itu menjawab, “Ambilah jalan yang pertama ke kanan, dan jalan yang kedua ke kiri. Lintasilah taman di depan jalan itu, kemudian lewati sebuah gedung gereja, ambilah jalan ke tiga ke kanan, dan jalan yang saudara cari ialah yang keempat di sebelah kiri.” Kemungkinan besar kita sudah tersesat sebelum separoh perjalanan. Tapi seandainya orang yang ditanya itu berkata, “Marilah, ikut saya dan saya akan menunjukkan jalan itu.” Dalam kasus ini orang itu sendiri telah menjadi jalan, dan yang bertanya itu tidak mungkin lagi tersesat. Itulah yang Yesus lakukan bagi kita. Dia tidak hanya memberi nasehat dan petunjuk-petunjuk. Dia menuntun kita secara pribadi setiap hari. Dia tidak mengatakan kepada kita tentang jalan itu; tetapi Dialah jalan itu! Namun, cukupkah kita hanya mengangguk saja? Bayangkan tadi ketika Anda menanyakan jalan kepada seseorang di kota yang asing itu. Orang itu mengajak untuk mengikutinya, lalu respon Anda hanya mengangguk, percaya dan berterimakasih. Apakah Anda sampai ke tujuan? Saya kira tidak, kecuali Anda mau ikut berjalan bersamanya. Banyak orang ingin sampai kepada Bapa tapi enggan berjalan bersama Yesus, karena berjalan bersama Yesus mengandung banyak resiko.

Yesus mengatakan, “Akulah kebenaran.” Pemazmur berkata, “Tunjukkanlah kepadaku jalanMu, ya TUHAN, supaya aku hidup menurut kebenaranMu.” (Mz.86:11). “Sebab mataku tertuju pada kasih setiaMu dan aku hidup dalam kebenaranMu.”(Mz.26:3), “Aku telah memilih jalan kebenaran.”(Mz.119:30). Banyak orang telah menceritakan kebenaran, tetapi tidak ada orang yang pernah mengatakan seperti Yesus itu. Banyak orang saat ini berkata atau mengajak orang lain untuk berbuat baik tapi nyatanya ia sendiri sering tidak konsisten: Seorang menteri menghimbau pada kelompoknya agar tidak berjabat tangan dengan orang yang bukan muhrimnya, nyatanya ia sendiri melakukannya di hadapan publik. Partai yang merasa diri menjunjung moralitas dan kesusilaan menghimbau agar pemerintah memberedel fornografi, namun yang terjadi kadernya sendiri menikmati adegan syur saat sidang DPR. Seorang yang suka korupsi mengajarkan nilai-nilai kedermawanan, seseorang yang bernafsu untuk menguasai banyak hal, mengajarkan tentang nilai-nilai keindahan rendah hati, seorang pendendam mengajarkan tentang nilai-nilai kasih dan pengampunan. Tentu tidak banyak gunanya. Namun, bukankah ini yang sedang terjadi? Kebenaran-kebenaran moral tidak bisa disampaikan dengan hanya melalui kata-kata belaka! Tetapi harus dengan contoh yang nyata! Inilah yang tidak bisa dilakukan oleh guru manusia biasa. Tidak ada guru pernah menghayati dan mendarah-dagingi kebenaran sepenuhnya apa yang ia ajarkan- kecuali Yesus! Yesus mengajarkan kasih, seluruh hidupnya adalah tindakan kasih. Yesus mengajarkan pengampunan, hidupnya mempraktekan pengampunan itu. Itulah kebenaran! Banyak orang dapat mengatakan, “Aku telah mengajarkan kebenaran kepadamu.” Hanya Yesus yang dapat mengatakan, “Akulah Kebenaran.”

Percaya kepada Yesus sebagai kebenaran bukan sekedar percaya bahwa Yesus telah melakukan itu semua, melainkan mempraktekan kebenaran yang telah Yesus lakukan. Anda tidak pernah akan merasakan sungguh-sungguh bahwa api itu panas dan es itu dingin kecuali anda pernah menyentuhnya.  Jika Anda percaya bahwa Yesus adalah kebenaran maka Anda akan menjadi bagian dari kebenaran itu sendiri, yakni dengan melakukannya. Sehingga Anda pun akan disebut orang benar, alias tidak munafik!

Yesus mengatakan, “Akulah Hidup,” Penulis Amsal mengatakan, “Perintah itu pelita, dan ajaran itu cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan” (Ams.6:23). “Siapa mengindahkan pendidikan, menuju jalan kehidupan.” (Ams 10:17). “Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan.” (Mz.16:11). Pada akhirnya apa yang selalu dicari oleh manusia ialah kehidupan. Yang dicarinya bukanlah pengetahuan untuk hanya mengetahui, melainkan apa yang membuat kehidupan itu berharga untuk dihidupi. Kasih membawa kepada kehidupan. Itulah yang dihadirkan Yesus : kehidupan yang sesungguhnya. Stefanus melihat ini! Itulah yang membuat Stefanus mampu melakukan tugas kesaksian sampai akhir hidupnya. dalam menghadapi maut matanya tertuju dan melihat Yesus yang hidup sehingga ia mampu melakukan seperti yang Yesus lakukan: Menyerahkan nyawa kepada Sang Pemilik Kehidupan, dan syafaat agar orang-orang yang menganiayanya tidak dihukum Tuhan. Stefanus mati menyakitkan dirajam batu, tapi ia menutup mata dengan kebahagiaan karena ia mendapatkan hidup yang sesungguhnya. hidup kekal! Tetapi ada banyak orang dengan berkelimpahan materi, namun menjelang ajal dicekam oleh ketakutan yang luar biasa, karena yang akan dihadapinya bukanlah kehidupan kekal. Sudahkah Anda membayangkan ketika maut akan menjemput? Apakah kebahagiaan atau ketakutan? Apakah kehidupan atau kematian kekal yang menanti? Ingatlah Yesus mengatakan, "Akulah kehidupan....!"

Pemahaman Yesus yang demikianlah yang akan menghantar manusia datang kepada Bapa, bukan hanya pengakuan belaka. Bukan hanya Kristen "KTP"! Yesus yang adalah jalan, kebenaran, dan hidup adalah gambaran Allah Bapa sendiri. Melalui Yesus manusia mengenal Allah. Inilah berita besar bagi dunia. Berita yang hampir mustahil bagi dunia, namun saya percaya jika Anda melakukannya tidak hanya dengan mulut doang, maka berita ini sangat dinantikan dunia. Ingatlah kisah Stefanus, saat kematiaannya itu Saulus hadir bahkan menyetujui pembunuhannya. Kelak kemudian hari Saulus meneruskan pemberitaan ini. Saulus yang kini bertobat menjadi Paulus merupakan rasul yang paling banyak menyebarkan berita besar dari Allah yang penuh anugerah. GBU!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar