Rabu, 12 Juni 2024

KESETIAAN BERTUMBUH SETIAP HARI

Sulit dibantah bahwa Tiongkok kini merupakan pemimpin ekonomi dunia. Ia bagaikan naga yang baru bangun dari tidur panjangnya. Sepak terjang Tiongkok baik dalam bidang ekonomi, politik dan militer sedikit banyak telah membuat resah negara-negara Barat di bawah pimpinan Amerika Serikat yang selama ini dikenal sebagai negara maju dan pemimpin dunia.

 

Tiongkok modern dan segala pencapaiannya tidak dapat dipisahkan dari peran salah satu orang hebat, Deng Xiaoping. Pada 1978, Deng memperkenalkan Tiongkok dengan ekonomi pasar bebas. Terbukti dengan kebijakan itu mampu membebaskan ratusan juta orang dari kemiskinan – proyek pembangunan ini paling berhasil sepanjang masa. Tanpa Deng Xiaoping, kita tidak pernah melihat Tiongkok sebesar sekarang!

 

Benarkah? Matt Ridley, seorang penulis sains melihat raksasa ekonomi Tiongkok dengan cara yang berbeda. Ia menelusuri dan sampai pada kesimpulan: Mengenalkan ekonomi pasar bebas tidak pernah menjadi niat Deng Xiaoping. Hal yang terjadi adalah perkembangan dari bawah. Ceritanya begini: Di satu desa terpencil, Xiaogang ada delapan belas petani yang sedang putus asa. Dalam keputusasaan, mereka membagi lahan milik pemerintah di antara mereka. Masing-masing petani bertanggung jawab mengelola lahan itu. Mereka percaya tindakan kriminal itu dapat membuat lahan cukup produktif untuk memberi makan keluarga mereka.

 

Kerja keras mereka terbukti. Bahkan, di tahun pertama saja mereka dapat menghasilkan lebih banyak dibandingkan lima tahun sebelumnya jika digabungkan. Hasil panen yang melimpah itu menarik perhatian fungsionaris partai lokal. Lalu, sang fungsionaris partai ini justru menganjurkan agar percobaan itu diperluas ke lahan pertanian yang lainnya. Akhirnya, proposal mereka sampai di tangan Deng Xiaoping yang memutuskan untuk percobaan dilanjutkan dan diperluas. Itulah yang kemudian dikenal dengan kebijakan Household Responsibility System untuk mereformasi system ekonomi Tiongkok. Kebijakan itu berhasil meningkatkan produksi pertanian dan mendorong pertumbuhan ekonomi pedesaan. Petani yang memiliki kontrol lebih besar atas lahan mereka akan bekerja lebih keras untuk meningkatkan hasil panen. Kebijakan ini adalah langkah awal dalam upaya Deng Xiaoping menuju inovasi dan investasi  swasta hingga menjadi landasan utama bagi pertumbuhan ekonomi Tiongkok.

 

Benar Deng Xiaoping merupakan tokoh hebat. Namun, kehebatan Tiongkok tidak dibangun karena keperkasaan Deng Xiaoping! Geliat raksasa ekonomi itu bermula dari pedesaan dan belasan petani di tengah keputusasaan mereka. Mulai dari yang kecil dan tidak dipandang sebelah mata!

 

Kerajaan itu seumpama biji sesawi ketika ditaburkan di tanah. Biji itu paling kecil dari segala jenis benih yang ada di bumi. Namun, setelah ditaburkan, benih itu tumbuh dan menjadi lebih besar daripada segala jenis sayuran yang lain…” (Markus 4:31,32). Yesus mengumpamakan Kerajaan Allah seperti biji sesawi. Biji sesawi di kenal pada zaman itu sebagai benih yang paling kecil di antara tanaman sayur yang ada. Tetapi setelah tumbuh biji itu menjadi lebih besar daripada segala jenis sayuran lain. Bahkan tumbuhan ini mengeluarkan cabang-cabang yang besar sehingga naungannya dapat menjadi tempat burung-burung bersarang. Besarnya tanaman ini sangat mengagumkan bila dibandingkan dengan betapa kecilnya biji itu pada waktu ditaburkan.

 

Pertumbuhan itu sendiri, digambarkan Yesus dalam perumpamaan sebelumnya, yakni tentang benih yang tumbuh (Markus 4:26-29). Benih yang ditaburkan itu bertunas dan tumbuh. Mengenai bagaimana proses benih itu tumbuh dan menjadi besar, sang petani tidak mengetahuinya. Dalam masyarakat kuno, pada umumnya proses dan detail pertumbuhan itu tidak diketahui. Mereka mengira bahwa pertumbuhan itu terjadi ketika mereka tidur. Hal ini wajar. Proses pertumbuhan sebatang tanaman sangat lambat sekali. Di siang hari ketika si petani ada di ladangnya pasti melihat tanamannya beberapa kali, interval melihatnya sangat pendek sehingga tanamannya seolah tidak bertambah besar. Namun, ketika ia tidur dalam durasi beberapa jam, tanaman itu akan terlihat tumbuh secara signifikan. Karena itu mereka mengambil kesimpulan bahwa tanaman tumbuh pada malam hari. Dengan sendirinya bumi menumbuhkan tangkai, bulir, lalu butir-butir pada bulir itu. Bila sudah cukup masak, tanaman itu siap untuk dituai dan penabur itu kini menyabitnya untuk memungut hasilnya.

 

Pertumbuhan benih itu terjadi tanpa sepengetahuan penaburnya dan tanpa pengaruh penaburnya sama sekali. Pertumbuhan itu terjadi secara rahasia namun pasti dan tidak dapat dihalang-halangi atau sengaja dipercepat. Demikianlah Kerajaan Allah yang hadir di dalam karya Yesus. Orang tidak menyadari dan tidak mengetahui bahwa Kerajaan Allah itu hadir. 

 

Pada pihak lain, Kerajaan Allah itu bukan sebuah peristiwa spektakuler yang tiba-tiba hadir di bumi ini, lalu mengalahkan kuasa dan penguasa yang lalim. Orang Yahudi membayangkan datangnya Kerajaan Allah sebagai sebuah fenomena yang mengagumkan: Mesias datang diiringi oleh bala tentara besar untuk menghancurkan musuh-musuh umat Allah. Maka tidaklah mengherankan Yesus dengan ajaran dan karya-Nya sulit diterima oleh mereka. Kerajaan Allah yang hadir di dalam dan melalui Yesus datang dengan cara yang sederhana dan sama sekali tidak fenomenal. Mesias, Raja dalam Kerajaan Allah itu lahir dari keluarga sederhana, tukang kayu. Mereka orang miskin, jauh dari gemerlapnya kerajaan! Ketika mulai mewartakan datangnya Kerajaan Allah, Ia justru ditolak sampai akhirnya dibunuh dengan cara sadis dan brutal. Seringkali orang membayangkan karya Allah itu selalu fenomenal dan penuh mukjizat dahsyat. Namun, nyatanya Allah justru berkarya dalam banyak hal yang sederhana dan kurang diperhatikan.

 

Bila Anda merasa orang sederhana, dan minder ketika melihat kehebatan talenta orang lain, justru melalui Anda, Allah ingin menghadirkan Kerajaan-Nya! Bukankah para petani di desa Xiaogang itu semula luput dari perhatian petinggi partai dan penguasa. Namun, siapa sangka justru melalui mereka reformasi ekonomi yang kini menjadi raksasa dunia hadir menguasai setiap sendi kehidupan di dunia ini? 

 

Delapan belas petani di desa Xiaogang itu tekun mengolah tanah, menaburkan benih, menjaga dan memelihara tanamannya. Mereka tidak berpikir perkara-perkara besar, apalagi dahsyat dan fenomenal. Namun, ketekunan mereka justru membuahkan ledakan dahsyat. Anda dan saya dapat melakukannya dengan perkara-perkara yang mungkin terasa kecil dan tidak dipandang sebelah mata. Namun, ketika kita melakukannya dengan kesetiaan dan cinta yang besar maka tidak mustahil Kerajaan Allah itu benar-benar hadir dan dapat dirasakan!

 

Ketika Anda tekun berdoa, membaca firman Allah dan mulai menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, dalam rutinitas kita hingga menjadi kebiasaan. Percayalah akan ada hal baik dan besar yang sedang Anda rajut. Mungkin Anda akan lupa dengan ayat firman Tuhan dan renungan yang telah dibaca setelah beberapa hari. Tidak mengapa! Bukankah kita juga sering lupa kemarin, minggu lalu, atau bulan lalu kita makan apa dan di mana? Namun, makanan itu tetap masuk dan dicerna oleh tubuh kitamenjadi sumber tenaga dan nutrisi yang diperlukan tubuh untuk melakukan aktivitas. Demikian juga dengan firman kehidupan yang nikmati, ia akan menjaga kita untuk tetap bertumbuh dan berada dalam rancangan-Nya! 

 

Jakarta, 12 Juni 2024, Minggu Biasa Tahun B  

 

 

Selasa, 04 Juni 2024

DOSA YANG TIDAK DAPAT DIAMPUNI

Seorang filsuf Inggris, Simon Blackburn dalam karyanya, “Miror, Miror” menceritakan kisah pemakaman Charles Darwin, tokoh biologi yang tenar dengan gagasan teori evolusinya. Pemakaman itu berlangsung di Westminster Abbey. Salah seorang sosok terpenting dalam pemakaman itu adalah William, anak laki-laki tertua mendiang ahli biologi itu. Ia duduk di barisan bangku paling depan di katederal itu. Ia gelisah, merasakan hembusan angin di atas kepalanya yang botak. William segera melepas sarung tangannya, lalu meletakkan di atas kepala botaknya itu untuk menutupi udara dingin yang mengganggu kepalanya. Sarung tangan itu bertengger di sana sepanjang kebaktian!

 

William Darwin tampil autentik! Ia merasa tidak nyaman pada saat khidmat ibadah itu berlangsung. Ia membutuhkan kehangatan atas hembusan angin dingin yang berada tepat di kepalanya. Dan, sepasang sarung tangan itu solusinya! Lalu, apa yang salah? Ya, mungkin Anda benar. William tidak salah, namun situasi dan kondisinya tidak menguntungkan. Ia terlampau jujur dan cenderung naif sehingga dianggap menabrak pakem yang kadung membudaya.

 

Yesus tampil autentik! Ia tidak nyentrik dan nyeleneh, tapi tampil apa adanya sesuai dengan amanat Sang Bapa. Ya, Yesus harus memperagakan Firman yang tidak kelihatan, cinta kasih Bapa yang abstrak menjadi nyata senyata-nyatanya! Sialnya, Ia berhadapan dengan manusia-manusia yang berlindung di balik otoritas semu. Otoritas yang selama ini dipergunakan sebagai topeng kesalehan demi harkat dan martabat sebagai pemuka agama.

 

Tampaknya para pemakai topeng itu kehabisan akal. Setelah mereka mencari-cari celah untuk dapat mempersalahkan Yesus menggunakan dalil Hukum Sabat dan tidak berhasil, alih-alih menjadi bumerang buat mereka sendiri. Kini, mereka menggunakan sisa-sisa ampas akal mereka untuk menjerat Yesus. Dalil hukum Taurat tidak mempan, kini mereka mendakwa Yesus dengan tuduhan kerasukan penghulu Setan dan berkolaborasi dengannya. Tidak tanggung-tanggung, bukan Iblis biasa yang diajak kolaborasi tetapi dedengkot Iblis. Beelzebul!

 

Kedua tuduhan ini serius! Tuduhan itu mengaitkan Yesus dengan Setan. Dalam tuduhan pertama, Yesus orang Nazaret, yang anak tukang kayu itu dapat mengajar dengan penuh kuasa dan menghadirkan tanda-tanda menakjubkan bertindak di luar kemampuan-Nya. Ini pasti dirasuki oleh kuasa Setan! Artinya, semua perkataan dan tindakan-Nya itu tidak berasal dari diri-Nya sendiri, apalagi dari Allah, tetapi dikendalikan oleh Setan! Setanlah yang memperalat Yesus merusak tatanan dan otoritas yang telah ajeg itu.

 

Selanjutnya, mereka beranggapan bahwa Yesus dengan sengaja meminta bantuan dedengkot Setan itu untuk mengusir kroco-kroco Setan itu. Ini berarti kekuatan yang digunakan oleh Yesus untuk mengusir roh-roh jahat itu sama sekali tidak berasal dari Allah, tetapi dari si penghulu Setan itu, yang pasti kesaktiannya lebih hebat dari pada setan-setan bawahan!

 

Jelas, tuduhan ini ngawur dan tidak mempunyai dasar. Yesus hadir dengan membawa kuasa Allah. Ia datang bukan saja untuk memberitakan bahwa Kerajaan allah telah datang, tetapi juga – melalui diri-Nya – Kerajaan Allah itu sedang datang. Kerajaan Allah tidak dapat berkolaborasi dengan Setan. Datangnya Kerajaan Allah menunjukkan bahwa Allah tidak membiarkan manusia dan dunia dikuasai oleh Setan. Allah menghendaki agar manusia menjadi warga Kerajaan-Nya!

 

Kalau kita cermati, apa yang dilakukan oleh pemuka-pemuka Yahudi yang berpolemik dengan Yesus merupakan bentuk penolakan yang terus-menerus. Intens! Inilah yang disebut “hujat”, yakni kata-kata jahat dan tanpa hormat yang sama sekali tidak mempunyai dasar. Ahli-ahli Taurat berani menilai apa yang dilakukan Yesus sebagai karya Iblis. Pada, di depan mata mereka sendiri, Yesus mengusir setan, menyembuhkan, dan memulihkan kelemaham-kelemahan manusia yang semua merupakan tanda-tanda kasat mata bahwa Kerajaan Allah sedang masuk ke dalam dunia ini.

 

Kalau seseorang berani menilai karya ilahi sebagai karya Iblis, maka di dalam dirinya sudah tidak ada kebenaran lagi. Jauh sebelum Yesus hadir di hadapan mereka, orang-orang Yahudi itu sebenarnya telah mengetahui bahwa setiap orang yang menghujat akan langsung dihukum oleh Allah. Maka, lewat ucapan-Nya, Yesus mengingatkan mereka dengan serius.

 

Seseorang dikatakan menghujat Roh Kudus artinya, ia dengan sadar dan sengaja menolak kuasa dan rahmat ilahi yang disalurkan dalam kata-kata dan tindakan Yesus. Pengusiran roh jahat yang dilakukan oleh Yesus menuntut pengambilan keputusan. Pada waktu Yesus hidup, manusia memang tidak mungkin tahu secara pasti bahwa Yesus memiliki Roh Allah. Maka, apabila seseorang meragukan-Nya, ia dapat diampuni. Namun, bila pada waktu itu ada seseorang yang terang-terangan mengatakan bahwa kuasa Yesus berasa dari Iblis, maka dengan sendirinya, ia menolak Roh Kudus; ia menghujat Roh Kudus!

 

Perlu kita sadari bahwa Yesus berbicara bukan kepada orang biasa, tetapi para ahli Taurat. Mereka yang setiap hari bergaul dan bergumul dengan ayat-ayat suci. Mereka seharusnya terbuka terhadap karya Allah. Dan, bisa saja sebenarnya hati mereka bergetar ketika melihat tanda-tanda dan pengajaran yang dilakukan Yesus. Namun, dengan bersih teguh mereka menutup nurani dan membungkamnya rapat-rapat. Dalam bahasa Arab, inilah arti kata “kafir”. Kafir terdiri dari huruf ka, fa, dan ra, yang artinya ‘tertutup’. Tertutup oleh karena mereka menutup sendiri: tahu kebenaran namun, dengan sengaja menolak atau menutupnya!

 

Kata-kata Yesus sehubungan dengan dosa yang tidak terampuni ketika menghujat Roh Kudus tidak boleh dilepaskan dari konteks polemik dengan para pemuka Yahudi itu. Lebih-lebih tidak bisa digunakan secara umum terhadap suatu dosa tertentu. Hal ini ditegaskan oleh penulis Injil Markus sendiri secara tidak langsung dengan anak kalimat, “Ia berkata demikian, karena mereka mengatakan bahwa Ia kerasukan Roh jahat.” Allah tidak mungkin tidak memberi ampun kepada setiap orang yang memohon belas kasihan-Nya. Allah selalu siap mengampuni. Namun, manusia dapat saja menolaknya. Terhadap manusia seperti ini, jelas tidak pernah memperoleh pengampunan.

 

Sebaliknya, setiap orang yang sangat takut akan dosa, pasti tidak akan terperangkap dalam sikap yang mengerikan itu. Hujat melawan Roh Kudus sebagai dosa yang tidak terampuni sebenarnya bukan sebagai suatu dosa konkret, melainkan sebagai sikap totalitas anti terhadap karya keselamatan Allah. Bila manusia dikuasai sikap itu, maka seluruh pribadinya berada dalam sikap melawan Allah. Ia sendiri menutup diri, mengucilkan diri dari keselamatan. Menyamakan Yesus Kristus yang menghadirkan keselamatan dengan Iblis, sama dengan tidak mau menerima keselamatan. Karena itu sikap gereja mula-mula berkeyakinan bahwa barang siapa mengakui Yesus, tidak mungkin dikuasai Iblis (1 Yohanes 4:2 dst).

 

Dosa yang tidak terampuni pada dasarnya bukan Allah yang menutup diri dan menolak memberi pengampunan, melainkan manusialah yang menolak rahmat dari Allah itu. Roh Kudus telah diutus untuk menginsafkan dan menyadarkan orang dari dosa. Suara itu akan terus bergetar dalam nurani kita, ketika kita menolak-Nya, itu berarti kita membungkam dan menyingkirkan rahmat Tuhan. Jadi, ketika suara Tuhan menegur kita, janganlah keraskan hati!

 

Jakarta, 2 Juni 2024, Minggu Biasa tahun B