Jumat, 07 Mei 2021

ROH KUDUS SANG PENGUBAH KEHIDUPAN

Hari ini gereja-gereja merayakan Pentakosta. Pentakosta merupakan suatu pesta perayaan iman. Dirayakan pada hari kelima puluh setelah Paskah. Sering juga disebut pesta tujuh pekan. Awalnya pesta itu adalah pesta panen, maka tidaklah mengherankan kalau sampai sekarang dekorasi gereja menyambut Pentakosta dimeriahkan dengan buah-buahan hasil panen, meski kenyataannya banyak dibeli di pasar swalayan.

 

Lambat-laun pesta panen itu dijadikan sebagai kesempatan perayaan iman untuk mengingat kembali peristiwa Sinai, ketika Allah menyampaikan hukum-hukum-Nya kepada Musa. Jadilah pesta ini sebagai perayaan pembaruan janji setia akan hukum Musa. Mereka mau setia karena Allah memenuhi janji-Nya, bukan hanya dengan keberhasilan panen, melainkan dengan menganugerahkan kekuatan Roh-Nya.

 

Dalam peristiwa Sinai itu pewahyuan hukum-hukum Allah disertai oleh gejala-gejala alam yang menakutkan: api, asap dan gempa. Namun, peristiwa Pentakosta yang baru ini disertai tanda-tanda seperti lidah-lidah api dan angin yang memampukan para murid Yesus menjadi pewarta atau saksi kekaguman dan kegembiraan iman pula. Mereka juga dimampukan untuk memahami segala sesuatu yang dipesankan Yesus untuk keselamatan umat manusia. Dengan cara demikian Lukas melukiskan kembali tradisi Pentakosta yang menunjukkan bahwa para penatua Israel akhirnya juga mampu memahami apa yang menjadi pesan Allah kepada Musa, agar mereka setia pada perjanjian dengan Allah. Kesetiaan itu tampak dalam ketertiban mereka melaksanakan hukum-hukum Allah yang diwartakan Musa kepada umat Israel. Kini, Musa baru, yaitu Yesus Kristus, mengutus Roh-Nya untuk mendampingi para murid mengenali apa yang menjadi pesan perintah-Nya bagi kehidupan.

 

Bila dulu umat Israel menjadikan pesta panen sekaligus mengingat hukum-hukum Tuhan kepada Musa. Saat ini pun kita mengingat kembali akan janji Tuhan Yesus tentang kehadiran Roh Kudus yang akan memberi kekuatan kepada para murid untuk meneruskan tugas kesaksian yang dipercayakan kepada mereka. Jelas, Yesus tahu dan mengerti apa yang akan dihadapi oleh para murid-Nya ke depan tanpa kehadiran-Nya lagi secara fisik. Itulah sebabnya menjelang Yesus meninggalkan para murid untuk kembali kepada Bapa-Nya, Yesus berupaya sedemikian rupa untuk mempersiapkan para murid-Nya.

 

Secara terbuka, Yesus menjelaskan tantangan dan penderitaan yang akan dihadapi para murid. Dalam latar belakang tantangan inilah Yesus memberikan penguatan kepada mereka yaitu kehadiran Roh Kebenaran yang akan menyertai mereka sama seperti kehadiran Yesus selama ini. Dengan tegas, Yesus menjanjikan akan mengutus Roh Kebenaran (parakletos) yang berasal dari Bapa. Roh Kebenaran yang tidak lain adalah Roh Kudus itu akan memberikan kesaksian tentang siapa Yesus sesungguhnya. Meskipun Roh Kebenaran itu akan menyaksikan tentang siapa Yesus, bukan berarti para murid hanya diam menonton Roh itu berkarya. Sebaliknya, melalui merekalah Roh Kebenaran itu menyatakan kebenarannya. Para murid harus siap dan bertanggung jawab penuh untuk melakukan tugas kesaksian ini.

 

Melalui kesaksian para murid, Roh Kebenaran itu mengajak dunia untuk insaf. Yang dimaksud oleh Injil Yohanes tentang dunia adalah orang-orang yang kerap kali menghambat, menentang, menganiaya pemberitaan Injil Kerajaan Allah. Kehadiran Roh Kebenaran adalah untuk menggeser posisi “dunia” yang selalu menentang kebenaran itu. Roh Kebenaran ini berkarya dalam kehidupan manusia untuk menyatakan segala dosa yang telah dilakukan selama ini, namun ternyata tidak pernah disadari, bahwa hal itu sesungguhnya adalah dosa. Melalui karya Roh Kebenaran inilah manusia insaf akan dosanya dan membutuhkan kehadiran Allah.

 

Roh Kebenaran itu mestinya juga menyadarkan kita tentang apa yang salah. Kalau dulu, umat Israel menentukan benar atau salah melalui kaidah hukum-hukum Musa. Sekarang, karena Roh Kebenaran itu bersaksi tentang Kristus, maka kaidah itu adalah “Musa kedua”, kebenaran itu akan terkonfirmasi sebagai benar apabila memenuhi hukum Kristus, yakni kasih kepada Allah dan sesama manusia. Jika, ada hal-hal yang bertentangan maka, suara kebenaran itu akan terus menelisik hati kita, Ia akan terus menyatakan kebenaran. Maka janganlah kita mengeraskan hati kita!

 

Roh Kebenaran itu sesuai dengan namanya, maka akan menyatakan kebenaran. Roh Kebenaran itu tahu dengan pasti siapa Yesus. Sehingga apa yang selama ini dilihat dunia bahwa Yesus Kristus hanyalah manusia biasa yang mati di atas kayu salib, Roh itu akan mengungkapkan kebenaran bahwa Yesus bukan manusia biasa saja, namun Dia adalah Allah sendiri; firman yang menjadi daging , sabda yang menjadi kebenaran dalam diri Manusia. 

 

Roh Kebenaran itu juga akan memberitakan hal-hal yang akan datang. Harfiah, “memberitakan kembali kepadamu … “ (“ana-anggellein”, diungkapkan 3 kali), yang berarti bahwa Roh Kebenaran itu akan menyampaikan kembali hal-hal yang sudah dikatakan Yesus tetapi serentak merupakan hal yang akan datang. Roh Kebenaran itu akan memaknakan kembali kata-kata Yesus untuk umat dalam situasi baru di masa depan. Roh akan mengungkapkan arti aktual dari apa yang sudah dikatakan oleh Yesus, maknanya untuk setiap generasi baru, interpretasinya dalam setiap pergantian zaman.

 

Sebagaimana Yesus telah memuliakan Allah dengan menyatakan Bapa kepada murid-murid-Nya, demikian juga Roh Kebenaran akan memuliakan Yesus dengan terus memberi kesaksian tentang Dia dan mengungkapkan makna perkataan-Nya untuk umat Tuhan sepanjang zaman. Maka jelaslah di sepanjang zaman Roh Kebenaran itu senantiasa menyertai orang percaya untuk menyatakan kebenaran. Kebenaran itu akan menjadi nyata manakala membuahkan kehidupan yang berbeda. 

 

Perbedaan nyata dapat kita lihat dalam diri para murid. Sejak penangkapan dan penganiayaan Yesus, mereka tidak berdaya. Mereka menjadi orang-orang yang tidak mempunyai pengharapan, meragukan kemesiasan Yesus dan memilih mengunci diri dalam ruangan. Takut! Namun, ketika perlahan tapi pasti, Yesus menyapa dan menguatkan mereka dan kemudian janji-Nya genap: Roh Kudus itu dicurahkan, mereka kini menjadi orang-orang yang sama sekali berbeda. Mereka mampu menjadi saksi Kristus menyatakan kebenaran kepada “dunia” yang selama ini menentang mereka. Petrus, yang sebelumnya menyangkal dan mengajak teman-temannya kembali menangkap ikan, kini tampil menyaksikan kebenaran di dalam Kristus.

 

Petrus berkhotbah di depan orang-orang Yahudi. Dalam khotbahnya, Petrus menolak bahwa ia dan teman-temannya mabuk. Kepenuhan Roh itu bukan mabuk. Roh itu menganugerahkan kekuatan kenabian, sebagaimana dulu dialami oleh Yöel. Roh itu menuntun seseorang untuk mengartikan tanda-tanda zaman untuk menegaskan rencana dan kehendak Allah untuk mengusahakan keselamatan bagi manusia. Petrus menegaskan bahwa pemenuhan janji kenabian itu kini terjadi dalam diri Yesus Kristus, yang setelah naik dalam kemuliaan mengutus Roh-Nya untuk menyelamatkan manusia.

 

Kini, Roh Kebenaran, Roh kudus itu terus berkarya dalam diri setiap orang percaya. Ia tidak hanya mengubah para murid yang kecewa, pesimis, dan takut. Mereka diubah dan berubah menjadi orang-orang yang sangat efektif memberitakan kesaksian yang utuh mengenai Yesus Kristus. Menjadi orang-orang yang mampu mengubah dunia! Kehidupan mereka, meski banyak tekanan telah membawa dampak bagi banyak orang. Banyak orang mengenal, mengerti dan hidup dalam kebenaran. 

 

Bagaimana dengan kita? Adakah yang berubah dalam keseharian hidup kita? Adakah sesuatu yang baru terjadi dalam kehidupan percaya kita? Ataukah alih-alih mengalami perubahan, kita nyaman dengan manusia lama kita? Enggan mendengar bisikan suara Roh Kebenaran. Kita tetap dikuasai oleh pesimis, ketakutan dan tidak mau membuka diri untuk suara kebenaran. Roh Kebenaran akan terus bekerja, berkarya. Sungguh alangkah bahagianya jika kita terlibat di dalamnya: menjadi manusia baru yang telah diubahkan dan siap menjadi saksi-Nya!

 

Jakarta, Petakosta 2021

BERSAKSI DALAM KEUTUHAN RELASI

Injil yang kita baca hari ini adalah bagian dari doa Tuhan Yesus. Sebagian besar isinya adalah mendoakan para murid agar mereka terpelihara dan dapat mengemban tugas kesaksian meneruskan karya-Nya di bumi. Saya mencoba membayangkan suasana Yesus berdoa kala itu dengan meminjam catatan Jean Vanier dalam Tenggelam ke Dalam Misteri Yesus.

 

Sesudah dengan rendah hati berlutut di hadapan masing-masing murid untuk mencuci kaki mereka; sesudah menyatakan  perjalanan mereka dan perjalanan Gereja melalui duka dan suka, masuk ke dalam hati dan nikmat Allah Yesus berhenti.

 

Semua sudah dikatakan.

Tidak ada lagi tempat untuk penjelasan dan diskusi.

Sekarang tibalah saat kontemplasi.

Yesus menengadahkan mat ke langit.

Ia tidak lagi memandang ke bumi dan kepada murid-murid-Nya, melainkan kepada Bapa.

Ia ada bersama Bapa dan dalam Bapa, mengontemplasikan rencana ilahi bagi penciptaan dan bagi umat manusia, suatu rencana yang harus diselesaikan dan menjadi nyanyian syukur.

Meskipun demikian, rencana itu belum diselesaikan.

Yesus berdoa untuk penyelesaiannya:

agar manusia disembuhkan dari nafsu menyerangnya, dari kebencian dan ketakutannya, dan menjadi satu kesatuan dalam Allah.

 

Dalam prolog, Yohanes menyatakan sabda yang turun, yang menjadi daging, dan masuk ke dalam dunia kita yang penuh konflik antara terang dan kegelapan, untuk membawa orang kepada terang, kepada persekutuan dengan Allah. Yesus berhadapan dengan ketakutan dan perlawanan. Banyak yang ingin menyingkirkan-Nya. Mereka menggenggam erat kemapanan dan kekuasaan serta menolak perubahan dan keterbukaan. Namun, meski harus melalui perlawanan ini, rencana Allah akan terlaksana: melalui kematian-Nya, Yesus menyatakan kasih-Nya sampai sehabis-habisnya.

 

Pada tahap kontemplasi ini, Yesus menyatakan bahwa lingkarannya sudah lengkap. Sekarang saatnya bukan lagi Allah yang turun menjadi daging. Tetapi daging yang naik menuju Allah; bukan lagi Firman yang menjadi manusia, tetapi manusia yang diubah masuk ke dalam diri Allah.

 

Semua sudah lengkap.

Sabda Allah datang dari Allah dan kembali kepada Allah dengan semua sahabat, saudari dan saudara sesama umat manusia yang dipersatukan.

 

Ketika Yesus berlutut di depan kaki para murid-Nya, ketika Ia memberikan tubuh-Nya untuk dimakan dan darah-Nya untuk diminum, Ia menyatakan Allah yang menjadi kecil, agar dapat tinggal di dalam diri kita, bergerak dan bekerja melalui diri kita, memberi hidup melalui diri kita, dan mengubah kita ke dalam diri-Nya sendiri. Kasih-Nya yang tulus adalah kemuliaan Allah. Yesus menyatakan bahwa Bapa-Nya adalah sumber segala sesuatu, segala kehidupan. Yesus adalah Dia yang diutus untuk menyatakan Bapa. Segala sesuatu yang Ia lakukan dan kerjakan, datang dari Bapa. Ia menyelesaikan pekerjaan Bapa dalam kesatuan dengan Bapa.

Setelah meneguhkan dan menguatkan para murid untuk melanjutkan tugas kesaksian, Yesus berdoa bagi mereka. Ada tiga hal yang Yesus minta kepada Bapa untuk para murid-Nya:

 

Pertama, “Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita” (Ayat 11b). Yesus kerap kali berbicara mengenai kepergian-Nya, yaitu kematian dan pemuliaan-Nya. Dan sekarang kenyataan itu semakin dekat, Ia tidak lama lagi akan kembali kepada Bapa, arti-Nya para murid melakukan tugas mereka tanpa kehadiran-Nya lagi secara fisik. Sebagaimana diri-Nya, Yesus menyadari betul bahwa para murid akan menghadapi tekanan, ancaman bahkan aniaya. Oleh karena itu Yesus meminta agar Bapa memelihara mereka dalam kekudusan-Nya. Dalam hubungan yang erat seperti diri-Nya dengan Sang Bapa. Dengan hubungan yang erat dengan Bapa, Yesus dapat menyelesaikan tugas-Nya dengan baik. Kini, hal serupa Ia minta, tujuannya agar para murid tidak dikalahkan oleh tekanan, ancaman dan aniaya itu melainkan mereka dapat terpelihara untuk meneruskan pekerjaan Yesus di bumi ini.

 

Yesus sangat menyadari bahwa kenyataan yang harus mereka terima di dunia yang penuh dengan godaan dan tantangan, berpotensi untuk mereka tercerai berai. Dalam kondisi ini dibutuhkan sosok Bapa yang mengayomi dan menjaga mereka agar mereka tetap terpelihara dengan baik .

 

Kedua, “Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia ini, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat”, (Ay.15). Permohonan ini mirip dengan doa yang diajarkan Yesus: Doa Bapa Kami. Yesus tidak meminta kepada Bapa untuk mengambil para murid dari dunia yang jahat ini lalu menempatkannya dengan steril di sebuah wilayah. Tidak! Meskipun Yesus sangat mengasihi para murid, namun mengambil para murid dari kancah dunia yang penuh dosa bukanlah pilihan-Nya. Keberadaan mereka di dunia ini adalah penting untuk menjadi saksi bagi dunia. Sehingga tantangan berat yang harus mereka hadapi bukan disikapi dengan melarikan diri dari dunia. Oleh karenanya sikap yang paling bijak adalah membiarkan para murid ada dalam dunia ini, namun disertai dengan perlindungan dari Bapa agar tugas kesaksian untuk menyelamatkan dunia terus berlanjut. 

 

Kita menyadari kejahatan punya taring dan kuasa yang sangat dasyat. Dan para murid tidak mungkin menghadapinya dengan kekuatan sendiri. Namun, kuasa Allah jelas lebih dasyat! Oleh karena itulah maka Yesus meminta perlindungan dari Bapa-Nya. Di sini kita mengetahubahwa menjadi murid Yesus Kristus itu tidak berarti akan membuat kehidupan kita senantiasa berada dalam kemudahan dan kenyamanan. Tidak! Menjadi murid Yesus memang bisa membuat kondisi kita sulit, tertekan dan menderita. Namun, ingatlah bahwa kita tidak bergumul sendirian. Ada kuasa lebih dasyat yang melindungi kita dan itu telah diminta langsung oleh Tuhan Yesus kepada Bapa-Nya.

 

Ketiga, “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran (Ay.17). “Menguduskan mereka” berarti mendekatkan, membuat mereka intim kepada Allah yang baru saja disapa sebagai Bapa yang kudus. Dengan demikian murid-murid itu dibedakan dari dunia yang menjauhi Allah; dunia yang memusuhi Allah. Permohonan untuk menguduskan mereka bukanlah permintaan untuk memisahkan mereka dari dunia. Sebaliknya, justru berkaitan dengan perutusan mereka ke tengah dunia. Yesus Kristus pun dikuduskan oleh Bapa dalam kaitan dengan misi-Nya ke dalam dunia. Hanya selama berada di dalam dunia, para murid punya tanggung jawab meneruskan misi Kristus bagi dunia.

 

Mereka harus kudus, berbeda dari dunia yang menentang dan menolak kasih Allah. Mereka dikuduskan dalam kebenaran (aléthea), dalam pengenalan akan Allah Bapa sebagaimana yang dinyatakan oleh firman yang menjadi daging (firman-Mu adalah kebenaran). Yesus membawa para murid dalam lingkaran relasi yang utuh dengan Bapa sama seperti diri-Nya sendiri. Hanya dengan kesatuan dengan Bapa yang kudus, murid-murid tidak akan larut di tengah dunia tetapi mampu menjalankan misi mereka, meneruskan karya Yesus Kristus, memperkenalkan Bapa kepada dunia ini. 

 

Yesus mempunyai relasi yang erat dan utuh dengan Bapa-Nya, sehingga dengan demikian memampukan-Nya dapat bersaksi: menyaksikan Sang Bapa menjadi begitu nyata dalam setiap detail kehidupan-Nya, tutur kata dan tindakan-Nya benar-benar menyatakan Allah yang dulunya abstrak kini menjadi nyata dan utuh: Firman menjadi daging, Firman menjadi manusia dalam kebenaran. Yesus ingin setiap murid-Nya mengalami pengalaman yang sama, larut dalam relasi yang utuh dengan Bapa sehingga kekudusan merupakan keniscayaan. Dan dengan demikian akan mampu juga menjadi saksi yang utuh bagi dunia ini sama seperti apa yang Yesus lakukan.

 

Jakarta, Minggu Paskah VI 2021