Tidak banyak orang punya kecerdasan untuk membedakan kebutuhan dari keinginan. Lebih banyak orang menukar kebutuhan dengan keinginan. Contoh, tubuh kita memerlukan energi, makanan tidak hanya untuk sumber tenaga, tetapi juga pemeliharaan sel-sel dalam tubuh kita. Tubuh kita memerlukan keseimbangan gizi yang baik agar tidak hanya bertenaga tetapi juga bugar dan sehat. Nyatanya, atas nama kenikmatan yang diinginkan, kita mengorbankan kebutuhan.
Bartimeus berbeda dari kebanyakan orang. Anak Timeus ini tahu apa yang dibutuhkannya. Ketika suaranya didengar dan ia tepat berhadapan dengan Yesus, Yesus bertanya: “Apa yang kaukehendaki Kuperbuat bagimu?” Bartimeus yang buta – yang oleh sebagian besar orang dalam kondisi ini dipakai menjadi modal untuk mendapatkan uang – tahu apa yang paling dibutuhkannya. Dapat melihat!
Usaha kerasnya untuk dipulihkan terlihat dari mulai Si Buta ini mendengar kedatangan Yesus melintasi wilayahnya sampai ia mengerahkan segala kekuatannya untuk mendapat perhatian dari Si Anak Daud itu. Ia berteriak dengan sekuat tenaga: “Anak Daud, kasihanilah aku!” Mengapa Si Buta ini memanggil Yesus dengan “Anak Daud”? Ya, dalam konteks zaman itu gelar “Anak Daud” dapat dipahami secara berbeda. Ada yang sekedar menyebut Yesus sebagai seorang keturunan Daud, sebagaimana juga keturunan Daud yang lain. Yang lain berpendapat bahwa, gelar “Anak Daud” dapat menunjuk pada Salomo, anak Daud yang tidak hanya dikenal dengan kebijaksanaan dan kebesaran kuasanya, melainkan juga dikenal pandai menyembuhkan sakit penyakit. Namun bagi banyak orang Israel, “Anak Daud” adalah sosok Mesias yang dinantikan kedatangannya untuk memulihkan kejayaan Kerajaan Israel. Apa pun itu, bagi Bartimeus, Yesus bukanlah insan biasa.
Meski diminta diam oleh mereka yang mengiring Yesus dalam perjalanan menuju Yerusalem. Bartimeus bergeming, “Anak Daud, kasihanilah aku!” Teriakannya tidak sia-sia. Yesus berhenti! Betapa pentingnya perjalanan Yesus ke Yerusalem untuk menuntaskan tugas dari Sang Bapa. Namun, mendengar teriakan Si Buta ini, Yesus berhenti dan meminta pengikut-Nya untuk menghadirkan dia. Orang buta itu segera menanggalkan jubahnya – jangan berpikir jubah kebesaran, ini jubah pengemis! Jubah ini melambangkan keterikatan Bartimeus pada suatu tempat, status dan ketidakberdayaan sebagai orang buta. Sejurus kemudian Bartimeus tepat berada di hadapan Yesus.
“Apa yang kaukehendaki Kuperbuat bagimu?” Retorika ini membuka kesempatan buat si Buta. Yesus tahu apa yang paling dibutuhkannya. Namun, Ia tetap membuka peluang Bartimeus meminta yang lain, misalnya uang atau makanan yang biasa diharapkan oleh para pengemis yang berjajar di jalanan Yerikho yang menuju ke Yerusalem. Jalanan itulah yang lazim dilewati oleh para peziarah yang akan merayakan Paskah di Yerusalem. Fokus pada kebutuhannya, Bartimeus meminta Yesus agar ia dapat melihat.
Kali ini Yesus tidak menggunakan tanah atau ludah-Nya untuk mencelikkan mata Bartimeus. “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!” Seketika itu juga Bartimeus dapat melihat! Lihat, Yesus mengkonfirmasi iman dari Si Buta itu. Artinya, Yesus membenarkan keyakinan dari Bartimeus. Iman itu adalah pengakuan bahwa Yesus Anak Daud, dalam hal ini Yesus bukan hanya secara garis keturunan adalah anak Daud, atau nama yang dihubungkan dengan Salomo yang dapat menyembuhkan sakit penyakit. Iman Bartimeus meyakini bahwa Yesus adalah Mesias. Mesias yang membawa setiap orang yang terbuang kembali kepada kasih Allah, termasuk “…. di antara mereka ada orang buta dan orang lumpuh,…” (Yeremia 31:8).
Bagi Bartimeus, penglihatan jauh lebih penting ketimbang uang pemberian sebagai bentuk iba dari orang lain. Keyakinan iman Bartimeus yang dibenarkan Yesus tidak hanya berhenti ketika ia dipulihkan, dapat melihat. Iman yang disertai pengucapan syukur itu ia buktikan dengan mengiring Yesus menuju Yerusalem! Bartimeus tidak mau duduk di pinggir jalan lagi dan mengemis. Bartimeus adalah contoh orang yang telah mengalami pemulihan. Ia tidak lagi hidup dan bergantung pada masa lalunya. Bartimeus seakan tahu Yerusalem yang dituju oleh Yesus. Di tengah perebutan kekuasaan di antara para murid tentang siapa yang terbesar. Bartimeus hadir sebagai anti tesis. Ia mengiring Yesus bahkan sampai pada peristiwa penyaliban itu.
Tidak banyak orang seperti Bartimeus yang tahu apa yang menjadi kebutuhan mendasar bagi hidupnya. Kebanyakan dari kita mengejar keinginan: ingin bertambah kaya, berkuasa, menikmati kesenangan hidup, dan seterusnya. Padahal, bukan itu yang akan membawa kita pada kebahagiaan sejati. Doa-doa kita pun sering kali manipulatif, seakan seperti orang yang benar-benar sale. Namun, nyatanya mengatur Tuhan untukmemenuhi setiap keinginan kita, bukan kebutuhan! Bisa jadi, apa yang tidak dikabulkan oleh Tuhan adalah segala keinginan kita, dan ketika itu terjadi kita menjadi gusar, marah, kecewa lalu meninggalkan Tuhan.
Percayalah, Tuhan akan menyimak, sebagaimana Ia berhenti dari perjalanan-Nya ke Yerusalem untuk mendengarkan permintaan Bartimeus. Ia akan mendengar setiap doa-doa permohonan pemulihan dari kita. Jelas, Tuhan ingin kita pulih! Berkaca dari pemulihan Bartimeus, Allah pertama-tama ingin kita pulih, bisa melihat karya kasih-Nya dalam Yesus Kristus. Banyak orang sulit, bahkan buta teradap kasih dan pemeliharaan Allah. Kebutaan ini pertama-tama disebabkan oleh egoisme, pementingan diri sendiri yang berlebihan sehingga seberapa pun kasih Allah tidak cukup untuk disyukuri. Kita gagal melihat bahwa Allah menempatkan pasangan kita: suami atau istri, anak-anak, orang tua, saudara: kakak atau adik, bahkan semua orang yang terhubung dengan kita adalah wujud kasih-Nya yang terlihat, sekaligus juga tempat di mana kita mengasihi.
Kebutuhan utama kita untuk dipulihkan adalah bagaimana melalui mereka Tuhan mencintai kita. Dan, melalui segala rentetan peristiwa, baik suka maupun duka di situ Ia merancangkan rancangan damai sejahtera-Nya.
“Kasihanilah aku, ya Anak Daud!” adalah ungkapan kesadaran bahwa ada sesuatu yang tidak baik-baik saja. Sakit! Hanya orang yang merasa dan sadar bahwa dirinya sakit, ia akan mencari pemulihan. Tidak mungkin orang yang merasa baik-baik saja atau sehat merindukan pemulihan. Apanya yang dipulihkan, wong saya tidak sakit?
Kesadaran bahwa kita sakit akan mendorong kita mencari Sang Pemulih tulen. Ya, Tuhanlah yang sanggup memulihkan. Tuhanlah yang sanggup memulihkan sakit penyakit dalam keluarga kita!
Tanda bahwa kita dan keluarga kita dipulihkan, tampak seperti Bartimeus. Yesus menyuruhnya pergi. Eh, malah ia terus mengiring Yesus sampai Yerusalem. Bartimeus menanggalkan keterikatannya pada “jubah pengemis”. Ia sekarang bukan lagi menjadi objek rasa iba orang banyak yang hendak berziarah. Kini, ia menjadi seorang peziarah!
Ciri-ciri kita dan keluarga kita telah dipulihkan adalah tidak lagi menjadi pribadi-pribadi yang terus melekatkan diri pada masa lalu dengan menjadikan diri sebagai orang yang menderita dan korban dari ketidakadilan. Flaying victim! Sebagai gantinya sekarang menjadi pribadi-pribadi yang tangguh untuk berjalan mengiring Yesus bahkan sampai pada puncak derita-Nya. Orang-orang yang telah dipulihkan Yesus adalah mereka yang mengisi hidup dengan jalan ziarah, memaknai hidup ini sebagai perjalanan bukan sebagai tujuan hidup. Berjalan bersama dengan Tuhan akan menjumpai hal-hal mengejutkan tetapi juga menjadi tempat kita memulihkan satu dengan yang lain!
Jakarta, 24 Oktober 2024 Minggu Biasa tahun B
Tidak ada komentar:
Posting Komentar