Kamis, 14 Desember 2023

MEMPERSIAPKAN KEDATAGAN SANG RAJA DENGAN SUKACITA

Popularitas hari-hari belakangan ini menjadi komoditi yang sangat diperlukan khususnya bagi para politisi. Sudah menjadi ritual lima tahunan kita menyaksikan atau bahkan menikmati betapa para artis populer yang tidak pernah kita lihat kompetensinya dalam bidang politik secara tiba-tiba menjadi anggota DPR. Ya, mereka sudah memiliki bekal dasar untuk menjadi politikus: Popularitas! 

Lebih dari sekedar kesenangan, popularitas menguntungkan secara ekonomis. Lihat saja para selebritis sosmed. Pundi-pundi rupiahnya terus terisi, semakin lama semakin besar berbanding lurus dengan follower yang kian bertambah. Inilah yang membuat para konten kreator tidak hanya semakin kreatif, namun menjual apa saja yang nyeleneh demi meningkatkan jumlah follower yang ujung-ujungnya duit!

Lebih dari sekedar kepuasan menjadi populer dan keuntungan ekonomis, beberapa orang bahkan membanggakan diri, takabur. "Orang membenci saya gara-gara saya sangat berbakat, kaya dan saya terkenal di dunia," Celetuk Jerry Lewis, komedian dan aktor film-film slapstick. "Saya dapat melakukan apa pun sesuka saya. Saya kaya, terkenal dan lebih besar dibandingkan Anda," Kata Don Johnson aktor yang melambung namanya berkat serial TV Miami Vice.

Jelas, ada segudang keuntungan yang dijanjikan oleh komoditi popularitas, maka tidak heran banyak orang memperebutkannya. Lalu, apa yang salah  ketika orang menjadi populer? Tidak ada yang salah! Menjadi populer dan dikagumi banyak orang tentu saja bagian dari berkat Tuhan. Yang keliru adalah pandangan dan sikap orang terhadap popularitas itu. Sikap yang menjadikannya sebagai tujuan dan melalui itu dapat memuaskan segala ambisinya: ambisi politik kekuasaan, ambisi meraup uang dan kekayaan, ambisi menjadi orang yang paling hebat dan dikagumi! 

Yohanes Pembaptis begitu populer sejak ia tampil berseru-seru di padang gurun. Bukti kepopulerannya tidak bisa dibantah. Banyak orang dari segala penjuru justru datang ke padang gurun itu. Bukan untuk piknik atau healing, tetapi melihat dan mendengar seruannya. Bukti lain, mengguncang otoritas pemegang kendali spritual kompleks Bait Suci Yerusalem sehingga mereka mengutus beberapa imam dan orang Levi untuk bertanya, tepatnya menyelidiki untuk mencari-cari kesalahan dari Yohanes Pembaptis. Ini tampak dalam pertanyaan-pertanyaan yang mengandung jebakan. Mungkin inilah juga yang pernah dikatakan Marilyn Monroe, "Saya pikir bila Anda terkenal, segenap kelemahan Anda akan sangat dilebih-lebihkan!"

Sejak awal keterpanggilannya dalam memenuhi nubuat Nabi Yesaya dan ia berseru-seru di padang gurun tidak ada motiv menjadi populer, apalagi mengambil keuntungan dari situ. Yohanes Pembaptis datang dengan membawa cinta-Nya. Ia ingin umat Allah tidak binasa dalam perangkap dosa yang kadung menjanjikan kenikmatan. Menjadi populer bukan tujuan meski merupakan keniscayaan dari keseriusannya mengumandangkan suara pertobatan. Dampaknya, ia tidak menjadi khawatir dengan pertanyaan jebakan kaum klerus. Mengapa? Itu bukan urusannya, bukan pula yang sedang dikejarnya. Sehingga ketika namanya disejajarkan dengan tokoh-tokoh hebat: Mesias, Elia dan para nabi lainnya, Yohanes bergeming, "Saya bukan siapa-siapa!" begitu kira-kira kalau disederhanakan dengan jawabannya kepada para utusan yang terhormat itu, "Aku membaptis kamu dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia, yang tidak kamu kenal, yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak." (Yohanes 1:26,27).

Meski populer, Yohanes Pembaptis tidak terjebak dalam popularitas alih-alih ia tetap merendahkan diri dan tidak mencuri kemuliaan dari Mesias yang sedang ia persiapkan kedatangan-Nya. Inilah yang membuatnya tetap bersukacita. Kegembiraanya adalah ketika melihat orang banyak datang menyatakan kaul tobatnya dan memberi diri dibaptis sebagai tanda komitmen untuk bertobat. Baginya lebih dari cukup ketika orang-orang hidup kembali di jalan Tuhan. Walau pelik tantangan bahkan hambatan yang harus di hadapi Yohanes, namun dengan sukacita ia mau dipakai Tuhan untuk menyiapkan jalan bagi Sang Mesias!

Yohanes Pembaptis dapat memisahkan godaan popularitas dengan misi utama dalam hidupnya. Sehingga, apa yang dianggap orang sebagai kesempatan untuk meraih keuntungan, baginya bukan sebuah hal yang memberatkan untuk dilupakan. Tidak tergambar dalam dirinya kelu kesah. Sebaliknya, ia bekerja dengan all-out, sekuat tenaga agar kedatangan Sang Mesias itu benar-benar benjadi berkat dan bukan petaka. Itulah makna sukacita terdalam dari Yohanes ketika ia menyiapkan bagi Dia yang tidak kamu kenal itu.

Yohanes Pembaptis menjadi salah seorang inspirator bagi kita dalam Minggu Adven III. Gaudate, menanti dengan sukacita. Benar, masa menanti dan menunggu itu menjemukan. Namun, dalam penantian itu ada yang dapat dikerjakan dengan sukacita. Yohanes mengajari kita untuk tidak terjebak pada popularitas. Nah, segala sesuatu yang kita lakukan - dalam hal ini pertobatan - bukanlah tindakan yang ditujukan untuk popularitas agar orang-orang tahu bahwa kita telah lahir baru dan bertobat. Bukan itu! Tetapi benar-benar dihayati karena kita mencintai-Nya dengan sepenuh hati dan menantikan kedatangan yang kita cintai itu. Kesungguhan cinta itulah yang akhirnya membuat kita melakukan segala sesuatu bukan dengan terpaksa, tetapi dengan gembira meskipun tampaknya berat. 

Anda dan saya tidak akan merasakan beban berat dalam mengerjakan apa pun ketika kita tahu bahwa yang kita kerjakan itu adalah untuk orang yang kita cintai dan bukan untuk memenuhi ambisi kita. Sebaliknya, Anda akan kehilangan banyak energi dan kehilangan kegembiraan jika mengerjakannya hanya untuk memenuhi ambisi diri sendiri.

Yohanes menyampaikan bahwa ia adalah pembuka jalan untuk "Dia yang tidak kamu kenal." Selain waktu kedatangan kembali Sang Mesias adalah misteri, misteri yang sama juga adalah tentang sosok yang akan datang itu. Bisa jadi, kita sama seperti orang-orang yang berkerumun di sekitar Yohanes Pembaptis. Mereka tidak tahu dan tidak menyangka bahwa sebenarnya Mesias sudah ada bersama-sama dengan mereka dan nantinya juga Ia akan turun ke Sungai Yordan untuk dibaptis.

Kita tidak pernah menyangka kedatangan Sang Mesias sebagai sosok yang seperti apa. Bahkan dalam Minggu Kristus Raja, bacaan Matius 25 mengingatkan kita bahwa "domba-domba" yang di sebelah kanan-Nya itu juga tidak pernah menyangka bahwa orang-orang yang hina, miskin, telanjang, kelaparan, sakit dan terpenjara itu adalah sosok mesias-mesias yang mereka layani. Jadi, bisa saja Sang Mesias itu hadir di sekitar atau bahkan di depan mata kita sendiri. Namun, kita tidak mengenali-Nya.

"...tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal,.." Dia sudah ada di tengah-tengah kita, marilah kita menyambut-Nya dengan sukacita! Menyambut-Nya bukan untuk dan atas nama popularitas. Kita melayani orang-orang yang dengan mereka Yesus mengidentitaskan diri-Nya bukan supaya dunia tahu betapa saleh dan dermawannya kita. Kita melayani dan menyambut-Nya bukan supaya orang kagum dan follower kita bertambah. Bukan, bukan begitu! Kita melayani-Nya oleh karena kita benar-benar mencintai, mengasihi dan merindukan-Nya!

 

Jakarta, 14 Desember 2023 Gaudate, Adven III Tahun B

Tidak ada komentar:

Posting Komentar