Selasa, 18 Juli 2023

SI PALING BERIMAN

Bacaan : Efesus 6:10-20

Apa yang dimaksud dengan iman? Banyak orang mengutip Ibrani 1:11, "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan. Iman dan harapan tidak dapat dipisahkan. Hal yang kita harapkan adalah juga apa yang kita imani. Iman adalah keyakinan dan juga harapan bahwa Allah akan menggenapi semua yang telah dijanjikannya. Memang, belum kita lihat tetapi itulah dasar kita berharap. Iman!

Iman yang dalam bahasa Ibrani merupakan rumpun kata yang sama dengan "aman", "amin" sederhananya: iman adalah bersandarkan kepada apa yang tidak tergoyahkan, kita mengaminkannya dan hidup kita jadi aman! Lalu apa dan siapa yang tidak tergoyahkan? Banyak orang mengatakan bahwa yang tidak tergoyahkan adalah Allah sendiri. Namun, nyatanya banyak orang yang menyandarkan dirinya kepada jabatan, takhta, uang, kerabat, dan seterusnya yang dipandangnya sebagai kekuatan yang bisa diandalkan untuk mengatasi solusi dan memberi kebahagiaan.

Pandangan seperti ini, akan mencibir orang yang betul-betul taat dan setia pada imannya. Menganggap rugi ketika firman Allah yang menjadi dasar bagi perilakunya. Hidup beriman hanya akan merepotkan diri sendiri, tidak lagi bisa kompromi, harus toleran dan mengerti perasaan orang lain, tidak boleh egois, harus berkorban ini dan itu, melayani dan merendahkan diri. Ah, rasanya gak zaman lagi!

Benar, hidup beriman selalu diperhadapkan dengan tantangan, khususnya penderitaan dan hedonisme. Oleh karena itu kehidupan beriman dalam konteks dunia yang dihadapi sering kali digambarkan dengan medan peperang. Menghadapi peperangan tentu saja harus mempunyai kekuatan. Paulus mengatakan, "Hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan." (Efesus 6:10). Ini menegaskan bahwa dunia atau lawan yang dihadapi bukan lawan yang enteng. Ini serius! Hendaklah kamu kuat: kuat dalam motivasi, kuat  dalam melayani, kuat dalam menanggung penderitaan, dalam pertempuran. Kekuatan ini semata-mata bukan datang dari diri sendiri. Kekuatan itu berasal dari Tuhan!

Kuat di dalam Tuhan berarti kuat dalam perkarya dan untuk kepentingan-Nya. Kita tidak memiliki cukup kekuatan dari diri kita sendiri. Keberanian alamiah kita benar-benar sangatlah terbatas, demikian juga kekuatan kita. Di sinilah setiap orang percaya telah dilengkapi Allah dengan persenjataan mumpuni. Bukan rudal balistik atau amunisi uranium, karena musuh kita sejatinya bukan melawan darah dan daging. Melainkan roh-roh jahat di udara: ponerias en tois epouraniois. Ini bukan roh gentayangan atau hantu. Ini adalah kekuatan yang tidak kasat mata seperti udara yang bisa merasuki tubuh. Kekuatan itu dapat memengaruhi kita untuk melawan kehendak Allah. Kekuatan itu adalah kekuatan jahat yang mendorong kita melakukan tindakan-tindakan jahat. Ini serius, maka Allah memberikan kita senjata untuk menghadapinya. Senjata itu:

Ikat pinggang kebenaran: Hidup harus senantiasa benar, benar bukan karena usaha dan kekuatan sendiri, melainkan karena Allah membenarkan kita di dalam Kristus, karena itu kekuatan hidup benar senantiasa berpadanan dengan apa yang diajarkan oleh Yesus Kristus sendiri.

Baju zirah keadilan: Baju zirah adalah semacam rompi anti peluru, yang melindungi tubuh dari serangan senjata musuh. Berbaju zirah keadilan berarti seluruh aspek perilaku kita senantiasa berlaku dan memperjuangkan keadilan.

Kasut pemberitaan Injil damai sejahtera, kasut artinya alas kaki yang dipergunakan oleh kaki untuk berjalan. Jadi, ke mana pun engkau pergi harus membawa dan memberitakan Injil damai sejahtera. Injil adalah kabar baik, dan kabar baik yang efektif itu tidak hanya retorika yang menawan, melainkan mewujudkannya seperti apa yang dilakukan Yesus: Injil itu kerugma, didakhe dan therapeia (Pewartaan, pengajaran dan pemulihan).

Perisai iman, perisai adalah kelengkapan senjata untuk mematahkan serangan tombak, panah atau pedang. Orang percaya akan banyak mengalami serangan si jahat berupa penganiayaan, fitmah, dan pembunuhan karakter. Iman yang terpaut pada Kristus akan mematahkan semua serangan ini. 

Ketopong keselamatan, ketopong dalam kelengkapan perang tradisional berfungsi melindungi kepala. Kepala adalah bagian tubuh yang mengendalikan keseluruhan gerak tubuh. Vital! Keyakinan keselamatan dalam Kristus akan melindungi pola pikir kita yang menggerakkan seluruh anggota tubuh lainnya.

Pedang Roh, pedang adalah senjata untuk tidak hanya menangkis serangan tetapi juga untuk menyerang. Kalau sebelumnya Paulus berbicara lebih banyak tentang perlengkapan perang untuk bertahan dan melindungi diri. Kini, ia bicara tentang pedang untuk menyerang. Pedang itu adalah firman Allah, firman itu bagai pedang bermata dua yang dapat memisahkan . Ibrani 4:12, "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sum-sum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita."

Berdoalah dan berjaga-jagalah. Setiap prajurit Allah, meskipun sudah diperlengkapi dengan senjata rohani andal, tidak boleh lengah. Ia harus senantiasa berjaga-jaga. Doa merupakan sarana kita terhubung dengan Allah Sang Sumber pemberi kehidupan yang sejati itu. 

Allah telah begitu rupa memfasilitasi kita dengan pelbagai macam perangkat iman itu. Apakah kita menyadarinya? Dan, setelah menyadari, apakah kita menggunakan perangkat-perangkat senjata rohani itu dengan tepat guna? Dalam pertempuran, perangkat atau senjata berperan besar untuk memenangkan peperangan. Namun, di atas itu ada yang lebih penting lagi, yakni : keyakinan atau mental seorang prajurit. Sebab, sejata sehebat apa pun menjadi tidak berguna apabila mentalitas kita tidak mendukung. Kita gentar dan takut menghadapi lawan. Ingatlah, yang pertama-tama harus kita bereskan adalah keyakinan, mental dan iman kita terhadap Allah dan karya-Nya.

Hidup beriman adalah hidup yang senantiasa bersandarkan kepada Allah. Hidup yang yakin bahwa segala rancangan-Nya adalah rancangan damai sejahtera. Hidup beriman bukanlah hidup yang pasrah pasif. Melainkan, apa yang dipercaya dan diyakininya itu diperjuangkan dalam hidup sehari-hari. Sehingga, walaupun benar iman itu tidak kelihatan namun, ia akan tampak dalam setiap tindakan atau perbuatan! 


Khotbah Komisi Pemuda GKI Residen Sudirman - Surabaya, 23 Juli 2023

Tidak ada komentar:

Posting Komentar