Selasa, 24 Mei 2022

SAMPAIKANLAH BERITA PERTOBATAN DAN PENGAMPUNAN DOSA

“Waiting for Godot” adalah kisah drama terkenal yang ditrulis oleh Samuel Beckett. Drama itu berkisah tentang dua orang gelandangan: Vladimir dan Estragon yang sedang menunggu Godot. Sambil menunggu mereka ngobrol ngalor-ngidul, tanpa arah, tanpa tema hanya untuk menghabiskan waktu saja. Sambil ngobrol yang satu mengamati topi dan yang lain sepatu bootnya. Meskipun demikian, pembicaraan itu tetap saja tidak ada yang penting. 

 

Lalu, siapakah yang mereka tunggu? Siapakah Godot itu? Samuel Beckett, si empunya cerita tampaknya tidak merasa penting untuk menjelaskannya. Ini tampak dalam dialog Vladimir dan Estragon juga tidak ada pembicaraan tentang Gogot, meski mereka berdua sepakat menunggunya. Di akhir babak pertama, muncul seorang anak yang memberi kabar bahwa Godot tidak datang hari itu. Dalam babak kedua hal serupa terjadi. Vladimir dan Estragon berbicara panjang lebar sementara menunggu Godot, hingga muncul seorang anak yang memberitahukan bahwa Godot tidak datang hari itu, tetapi keesokan harinya ia akan datang.

 

Dari pentas drama, melalui Vladimir dan Estragon kita belajar, jangan-jangan kehidupan kita seperti mereka. Kita banyak berbicara tentang norma, ajaran, doktrin agama, kita membicarakan Tuhan (God) dengan segala aspek-Nya, namun tidak pernah menyentuh dan berjumpa dalam pengalaman otentik kita. Barangkali inilah cara Samuel Beckett mengkritik kehidupan agama: bahwa berbicara mengenai God(ot) tidak relevan lagi. Pembicaraan itu kehilangan makna dalam relevansinya dengan dunia nyata. Mengapa? Oleh karena kita hanya berhenti dengan membicarakannya!

 

Menyampaikan berita pertobatan dan pengampunan juga sama. Tidak banyak gunanya apabila berhenti dalam tutur kata saja. Berita pertobatan dan pengampunan dosa akan berhenti di awang-awang apabila sang penyampai pesan tersebut tidak pernah mengalami apa yang namanya pertobatan dan tidak pernah memberi pengampunan yang tulus! 

 

Lalu, apa yang harus dilakukan agar pesan atau amanat penting dari Yesus Kristus sebelum meninggalkan hiruk pikuk dunia ini kembali ke sorga tidak menguap dan kehilangan makna? Pemberian makna pada pesan bukan sekedar ini pesanan siapa, namun pembawa pesan itu juga ikut andil. Pembawa pesan itu haruslah orang-orang yang dapat dipercaya. Punya integritas!

 

“….: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini.”  (Lukas 24: 47,48). Pesan Yesus Kristus ini terjadi ketika Ia menampakkan diri kepada para murid untuk terakhir kalinya. Saat itu berita tentang kebangkitan sudah mereka dengar dari Maria Magdala, Yohana dan Maria ibu Yakobus. Namun, mereka masih sangsi. Akibatnya, ada dua murid yang pergi menuju Emaus. Di Emaus inilah Yesus menampakkan diri, membuka pikiran mereka dan akhirnya mereka kembali ke Yerusalem.

 

Sekembali Kleopas dan temannya, mereka antusias menceritakan pengalaman perjumpaan itu. Sementara mereka membicarakannya, tiba-tiba Yesus berdiri di tengah-tengah mereka dan menyapa mereka dengan, “Damai sejahtera bagi kamu!” Para murid menyangsikan kehadiran Sang Guru. Lalu, Yesus meyakinkan mereka dengan menunjukkan tangan dan kaki-Nya serta meminta makanan. Tepat seperti apa yang dilakukan terhadap Kelopas dan temannya, Yesus menjelaskan tentang apa yang harus digenapi-Nya dan Ia membuka pikiran mereka sehingga mereka mengerti.

 

Yesus menyampaikan pesan terakhir sebelum Ia kembali ke sorga. Ia meminta para murid untuk memberitakan pertobatan dan pengampunan dosa. Bukankah kedua hal ini yang dulu pertama kali diberitakan oleh Yohanes dan Yesus? Sekarang, estapet itu beralih kepada para murid.  Para murid yang telah diampuni, dipulihkan kini mempunyai tugas. Tugas itu tentu tidak mudah, oleh karena itu mereka diminta untuk terus bertekun dalam doa menantikan Roh Kudus yang akan dicurahkan untuk menolong agar mereka mampu melaksanakan mandat yang diberikan oleh Tuhan itu.

 

Para murid bukanlah manusia-manusia super dengan segudang talenta dan kesaktian. Tidak! Mereka adalah manusia-manusia biasa. Orang-orang sederhana yang rentan. Mereka pernah dikuasai kekhawatiran, ketakutan, merasa tidak berdaya dan bahkan meragukan kehadiran Tuhan. Mereka tidak jauh berbeda dengan kita! Namun, mereka adalah orang-orang yang telah mengalami perjumpaan, dipulihkan dan terbuka untuk dipimpin oleh kuasa Roh Kudus. Setelah memberikan tugas pengutusan, Yesus membawa mereka keluar kota sampai dekat Betania. Di Betania Yesus mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka. Pada saat yang sama Yesus terangkat ke sorga. Ia kembali kepada Sang Bapa. Dua orang berpakaian putih mengingatkan mereka untuk tidak terpaku memandang ke langit, mereka mengatakan bahwa Yesus kelak akan datang kembali dengan cara yang sama seperti mereka melihat-Nya terangkat ke sorga (Kisah Para Rasul 1:10,11).

 

Para murid kembali, tentu bukan seperti Vladimir dan Estragon yang menanti kedatangan Godot. Mereka kembali bukan untuk ngobrol ngalor-ngidul menunggu God(ot) datang. Para murid kembali ke Yerusalem untuk bertekun dalam doa, memantapkan tugas panggilan mereka dan menanti untuk dilengkapi dengan kuasa Roh Kudus.

 

Kini, ada waktu antara buat kita semua. Waktu antara itu adalah kenaikan dan kelak kedatangan-Nya kembali. Lalu, bagaimana kita mengisi kesempatan ini? Apakah kita pergunakan untuk mencari dan memuaskan nafsu duniawi kita? Ataukah kita pergunakan waktu yang ada ini untuk menyampaikan apa yang diamanatkan Tuhan Yesus? Jika kita menggunakan kesempatan untuk mewartakan amanat Tuhan Yesus, cukupkah hanya dengan membicarakannya saja? Cukupkah hanya menjadi tema khotbah, pembinaan dan jargon penginjilan? Jika sampai di sini, kita tidak lebih dari Vladimir dan Estragon!

 

Menyampaikan berita pertobatan dan pengampunan dosa menjadi lengkap mana kala kita benar-benar menunjukkan orang-orang yang bertobat. Bertobat berarti kembali kepada kebenaran, kepada jalan yang dikehendaki Tuhan. Bertobat bukan sekedar kapok untuk berhenti melakukan kesalahan, melainkan menunjukkan tekad kuat untuk kembali dan berjuang di jalan Tuhan. Apalah gunanya, menyerukan pertobatan sementara kelakuan kita sendiri tidak menunjukkan tanda-tanda orang yang bertobat yang hidup dalam kasih dan rahmat Allah. Tidak ada gunanya juga kita menyerukan pengampunan dosa, jika kita sulit mengampuni kesalahan orang lain. Kita benar-benar menjadi orang munafik ketika di mulut menyampaikan pengampunan dosa, namun terus menyimpan kesalahan orang lain!

 

Berita pengampunan dosa akan lengkap jika sang pembawa berita itu mencontoh dari tindakan Yesus terhadap para pembenci-Nya. Ia benar-benar mengampuni dan memohon kepada Bapa-Nya untuk mengampuni mereka, “Ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Inilah Injil! Kabar baik. Inilah berita yang harus disampaikan kepada semua bangsa tanpa kecuali.

 

Seluruh pelayanan Yesus Kristus untuk menyatakan dan memberitakan Injil di dunia ini telah genap, Ia kembali ke sorga. Seluruh tugas kesaksian para murid mula-mula sudah selesai. Yang belum selesai adalah tugas dan panggilan kita. Inilah kesempatan yang Tuhan berikan untuk kita pergunakan sebaik-baiknya: Sampaikan berita pertobatan dan pengampunan dosa kepada sebanyak mungkin orang yang kita temui!

 

 

Jakarta, Hari Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga,  tahun C 2022

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar