Rabu, 27 Desember 2017

BERKAT KESELAMATAN YANG TAK TERKIRA

Alkisah, seorang profesor dari sebuah universitas ternama memiliki hasrat menggelora untuk menemukan dan mendapatkan keinginannya yang terakhir. Selain terkenal di seantero dunia sebagai pakar arkeologi suku Maya, dia juga mengarang beberapa buku, menerbitkan hasil risetnya dalam jurnal-jurnal bergengsi, dan sering menjadi pembicara pada banyak konferensi internasional. Namun, itu semua belum cukup. Dia telah menemukan banyak artefak berharga yang kini  sudah banyak tersimpan di pelbagai museum. Dia telah menemukan banyak pengetahuan tentang suku Maya, tetapi hal ini lagi-lagi belum cukup. Yang paling dia dambakan adalah mendapatkan apa yang menurut koleganya, sebuah mitos, sebuah rumor, sebuah petunjuk sederhana tentang sesuatu yang mungkin ada dan mungkin juga tidak.

Tulisan-tulisan kuno yang dia pelajari seolah meyakinkannya bahwa siapa pun yang mampu menemukan dan memiliki sebuah guci wasiat, maka segala keinginannya akan terkabul. Inilah yang menjadikan ambisinya begitu menyala. Keyakinan itulah yang menyebabkannya menyatakan, "Saya tidak pernah akan merasa bahagia hingga berhasil menemukan guci wasiat suku Maya itu!"

Dokumen-dokumen dari suku Maya yang ada padanya tidak memberikan referensi tempat benda yang menjadi obsesinya tersebut berada, kecuali keterangan singkat bahwa guci tersebut disimpan di sebuah kuil khusus yang belum diketahui. Kini, sang Profesor itu memutuskan untuk terbang dengan pesawat ringan melintasi hutan-hutan di Amerika Tengah, angin yang kuat menerbangkan pesawatnya keluar jalur. Sambil memandang ke bawah untuk menentukan di mana posisinya, mata arkeologisnya yang terlatih melihat sebuah bukit berbentuk kerucut di sebuah tempat terpencil. Bukit itu muncul menyembul di tengah hutan. Jantungnya berdebar keras. Bagi orang lain mungkin bukit tersebut tak lebih dari sebuah bukit kecil simetris yang indah. Bagi profesor ini, bukit tersebut adalah sebuah kuil asing yang belum pernah dikenal.

Dengan harapan yang membuncah, cepat-cepat dia membentuk tim ekspedisi lintas darat. Dia memastikan menyewa asisten yang sering dia ajak bekerja sama, yaitu seorang pria yang sudah faham betul seluk-beluk daerah itu. Dia bisa dipercaya, pekerja keras, dan setia, tetapi punya kelemahan, yakni pecandu alkohol. Untuk menjamin kesetiaan dan kejujurannya, sang arkeolog berupaya keras memastikan bahwa tidak ada minuman memabukkan yang dimasukkan ke dalam suplai bahan makanan untuk ekspedisi tersebut.

Membuka jalan melewati hutan yang begitu lebat dan menggali kuil yang sudah berabad-abad dilupakan sungguh merupakan kerja keras. Cuacanya panas sekali. Kelembabannya begitu tinggi, dan asistennya jelas terlihat ingin minum. Sesudah bekerja keras seharian, hanya ada satu yang ada dalam pikirannya. Minum! Secara tak sengaja, dialah yang pertama kali berlari memasuki ruang kuil bagian dalam. Hidungnya dengan cepat mendeteksi bau wiski yang paling lezat. Dia mengikuti bau tersebut menyeberangi ruang bagian dalam kuil menuju sebuah altar yang di atasnya terdapat sebuah guci. Dia membuka sumbat leher guci dan menenggak wiski yang menurutnya paling lezat daripada yang pernah dia minum sebelumnya. Sang profesor berada tidak jauh darinya. Dia mengira si asisten itu telah menyembunyikan beberapa botol wiski ke dalam suplai makanan mereka. Di tengah geramnya, sang profesor melihat guci yang ada di atas altar, tepat di tempat asistennya menemukannya lebih dahulu.

Sepintas guci itu tidak ada bedanya dengan hasil karya suku Maya lainnya, sebuah guci keramik berwarna putih susu dihiasi gambar jaguar suci, matahari, dan dewa bulan. Meskipun begitu, dia tahu inilah guci yang dia cari. Seperti asistennya, sang arkeolog ini membuka sumbat leher guci, namun dia tidak mencium bau alkohol. Ketika guci itu diguncang, ternyata tidak ada isinya. Dengan hati-hati dia mengepaknya untuk dibawa pulang. Dia tidak sabar ingin memberitahu koleganya yang skeptis bahwa, guci itu ada dan dia sudah menemukannya. Dia sangat bahagia!

Sudah dua atau tiga hari perjalanan dan rasa penasaran sang profesor itu kian meningkat dan tidak dapat ditahan lagi. Benarkah guci ini dapat mengabulkan semua permintaannya? Apakah guci tersebut bisa memberikan sesuatu yang paling diinginkannya? Apakah guci itu memiliki kekuatan dan keajaiban seperti yang dijelaskan dalam pahatan-pahatan batu yang dia pelajari dahulu? Akhirnya, pada suatu malam, saat bulan purnama, dia mengambil kotak tempat guci tersebut disimpan dan duduk bersandar pada sebuah pohon. Dia membuka harta bendanya yang paling berharga dan memutuskan untuk menguji kemampuan guci ajaib itu. Dia membuka sumbat guci tua itu. Sambil memeganginnya di bawah sinar bulan, dia mengucapkan permintaan utamanya, "Saya ingin bebas dari luka, rasa sakit, tragedi, dan kesedihan. Saya ingin kebahagiaan total!" Kepandaian akademis dan kepakaran sang profesor tenggelam dalam obsesi dan ambisinya. Dia tidak mau merenungkan dahulu apa yang dia minta. Luka, derita, dan ketidakbahagiaan adalah bagian dari pengalaman semua orang.

Benar, baru saja dia mengucapkan permintaannya, keinginannya terkabul. Dia jatuh dan mati di samping guci tersebut, bebas dari luka, sakit, dan kesedihan. Keesokan paginya, asistennya bangun dan keluar dari tendanya. Dia menyiapkan makan pagi dan membawanya ke tenda sang profesor. Dia heran karena tidak menemukan sang profesor. Ia mencarinya dan akhirnya menemukan majikannya duduk di bawah pohon sudah tak bernyawa dan di sampingnya tergeletak guci wasiat!

Ada kemiripan Simeon dengan sang profesor arkeolog dalam cerita kita. Simeon seorang yang sedang mencari dan menanti-nantikan Mesias. Betapa bahagianya dia ketika berjumpa dengan Yusuf dan Maria yang mengendong bayi Yesus menuju ke Bait Suci. Siapa Simeon? Injil Lukas (Lukas 2:25-35) tidak menjelaskan apakah Simeon itu imam dan berapa umurnya. Tetapi Lukas langsung menegaskan bahwa ia tinggal di Yerusalem. Simeon dikenal sebagai seorang yang benar dan saleh dan ia menantikan penghiburan bagi Israel. Kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus bahwa ia tidak akan mati sebelum melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan" (Luk.2:25-26).

Simeon mengakhiri hidupnya setelah mengalami perjumpaan dengan Sang Mesias. Kebahagiaan yang sepenuhnya itu ditandai dengan penyerahan hidup, "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang datang dari-Mu..." (Luk.2:29). Berbeda dari sang profesor itu, Simeon benar-benar bahagia karena ia melihat sendiri janji Allah itu. Oh, bukan karena usianya sudah renta dan banyak mengalami kelemahan tubuh yang menyebabkan ia meminta untuk segera pergi dari dunia. Bukan, bukan itu! Melainkan, karena sudah tidak ada lagi yang dapat membahagiakan dirinya ketimbang melihat Sang Mesias itu. Tentu, tidak semua orang dikaruniai kebahagiaan seperti Simeon. Namun, setidaknya kita bisa mencontoh dari kehidupan seorang Simeon.

Simeon disebutkan seorang yang hidupnya benar (dikaios) dan saleh (eulabes) di hadapan Allah. Kata dikaios dapat berarti "benar" dan "adil" sedangkan eulabes berarti : hidup saleh dan sangat berhati-hati serta takut akan Tuhan. Simeon dikatakan benar dan saleh, hal itu menunjukkan bahwa ia senantiasa berlaku benar, adil, sangat berhati-hati, hidup saleh, dan takut akan Tuhan. Arah hidupnya hanya ditujukan kepada penantian akan datangnya Mesias yang diutus Allah. Tidak mengherankan jika kehidupannya dikuasai oleh Roh Kudus. Jadi, seseorang akan berjumpa dengan kebahagiaan sejati bukan melalui benda ini dan itu, atau kuasa-kuasa yang selalu diperebutkan orang. Melainkan, hanya dengan hidup saleh dan benar.

Beberapa jam lagi kita akan mengakhiri tahun 2017. Bagaimana kita mengakhiri tahun ini? Apakah penuh dengan rasa syukur dan bahagia? Ataukah sebaliknya, diwarnai oleh kelu kesah, ketidakpuasan dan beban berat serta penderitaan? Seharusnya, perjumpaan kita dengan Sang Mesias membuahkan kebahagiaan sejati dan menolong kita untuk hidup benar dan saleh di hadapan Allah. Hal ini akan menjadi modal buat kita - dengan memertahankan hidup saleh dan benar - menyongsong kedatangan-Nya kembali sehingga kebahagiaan itu benar-benar paripurna! Selamat mengakhiri tahun 2017 dengan sukacita!

Jakarta, Penghujung tahun 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar