Ilmu manajemen Total Quality
Control dari Jepang, dikenal suatu azas
“speak with data”. Azas ini
menuntut keshahihan data di lapangan melalui fakta-fakta riil yang kemudian
menjadi data valid. Hal ini diperlukan untuk keperluan pengambilan keputusan. Speak with data menghendaki adanya suatu
kebenaran yang mutlak. Ini dapat dipahami, karena tanpa suatu kebenaran yang
nyata, akan membuahkan potensi kesalahan dalam pengambilan keputusan. Bahkan,
bisa saja terjadi, tanpa niat manipulasi atau kebohongan, adanya kesalahan atau
kelalaian (human error) yang membuat data
tidak sama dengan fakta yang ada.
Tomas bisa jadi termasuk orang yang menganut “speak with data”, tidak mudah menerima begitu saja kabar
kebangkitan Sang Guru. Kebangkitan bisa saja tidak sesuai dengan fakta
sesungguhnya. Sangat mungkin Tomas beranggapan bahwa teman-temannya
memanipulasi fakta penampakan Yesus. Atau bisa saja ia berpikir memang memang
benar, teman-temannya melihat penampakan Yesus yang bangkit dan mereka tidak
berniat memanipulasi data namun, bisa saja terjadi kesalahan dan kelalaian pada
diri mereka. Bukankah bisa saja terjadi penglihatan mereka tidak akurat? Atau
bisa saja kejiawaan mereka – karena kesedihan berlebihan yang disebabkan
kematian Sang Guru – terguncang hebat sehingga pengalaman kebangkitan itu
menjadi sangat subyektif dan tidak valid untuk sebuah fakta. Tidak mengherankan
Thomas berkata, “Sebelum aku melihat
bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas
paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak
akan percaya.” (Yohanes 20:25). Bisa saja kita mencibir Tomas sebagai orang
murid yang peragu, kasar, berperangai muram, penyendiri dan cenderung pesimis
serta berbicar ketus. Namun, dilihat dari sisi speak with data justeru sikap ini sangat positif. Tomas tidak mau
berbicara atau percaya tanpa fakta dan
data yang akurat!
Yesus menjawab Tomas. Ia hadir kembali dalam di tengah-tengah para murid
yang kali ini dihadiri oleh Tomas. Di sinilah Yesus menyajikan apa yang diminta
dari “speak with data”. Yesus
menyajikan data yang diminta oleh Tomas. Ia berkata kepada Tomas: “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah
tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan
engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” (Yoh.20:27). Yesus
menunjukkan luka-luka-Nya dan mengizinkan Tomas untuk menyentuhnya. Luka dan
kelemahan yang biasanya ditutup orang kini diperlihatkan sebagai sebuah fakta. Meskipun
kematian-Nya itu sungguh hina dan memalukan , sampai orang mungkin berpikir,
sebaiknya dilupakan saja dan jangan diungkit-ungkit lagi. Namun, karena
kematian-Nya itu adalah bukti kasih-Nya, Ia mau memerlihatkan-Nya dan
meneguhkan Tomas. Inilah fakta yang tak terbantahkan. Fakta itu disajikan dan
keraguan itu ditepis. Dampaknya Tomas mengaku, “Ya Tuhanku dan Allahku!” Tomas membuat pernyataan terbuka di
hadapan teman-temannya yang sudah menyaksikan sendiri keraguannya. Berangkat
dari keraguan kini keluarlah ungkapan atau pernyataan yang tidak pernah keluar
dari mulut murid yang lain.
Dengan perkataan yang menyentuh, Kristus menutup perjumpaan-Nya bersama
Tomas itu dengan mengatakan ,”Jangan
engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah!” Di sinilah Yesus
menunjukkan kepedulian-Nya kepada Tomas.
Ia tidak mau Tomas hidup dalam ketidakpercayaannya seandainya saja dia tidak
dipulihkan pada saat itu. Tomas sekarang sepenuhnya dipulihkan. Ia puas dengan
fakta nyata: kebangkitan Yesus itu nyata bahwa Yesus yang disalibkan dan mati
itu kini berdiri di hadapannya!
Keraguan Tomas dijadikan Yesus sebagai sarana untuk meyakinkan pada
dunia tentang kebangkitan-Nya. Pada bingkai keraguan Tomas yang mewakili dunia
yang tidak percaya itu, muncullah pernyataan Yesus, “Karena Engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah
mereka yang tidak meliha,t namun percaya.” (Yoh.20:29). Yesus memahami akan
ada lagi “Tomas-Tomas” lain yang terus menuntut fakta dan data. Tomas ini
mewakili banyak orang yang menuntut fakta kebangkitan dan Yesus menjawab dengan
jaminan: mereka yang tidak pernah secara langsung melihat tubuh kebangkitan-Nya
dengan ucapan berbahagialah!
Bagian akhir perkataan Yesus yang diucapkan kepada Tomas ini, ditujukan
juga kepada para pembaca Injil Yohanes, termasuk kita di dalamnya. Kita tidak
mungkin lagi bersikap kristis seperti Tomas, meminta pada Yesus untuk melihat
dan meraba lubang di tangan dan kaki serta lambung-Nya untuk membuktikan
kebangkitan-Nya. Namun, penulis Injil Yohanes menyajikan dalam tulisannya
banyak tanda yang telah diperbuat Yesus sebagai bukti bahwa Ia adalah Mesias
yang bangkit dari maut, Anak Allah yang hidup. Yesus tidak meminta tiap orang
beriman tanpa sikap kritis melainkan mendorong setiap orang untuk menguji
kebenaran kesaksian para penginjil.
Siapa pun dapat berada pada posisi Tomas dan para murid yang lain.
Mereka mengunci diri dalam pesimisme, kemurungan, kekecewaan, dan kesedihan
mendalam karena kematian tragis Sang Guru. Mengunci pintu rapat-rapat adalah
cermin hati yang menutup diri dan penuh ketakutan! Namun, Yesus tidak
membiarkan mereka larut dalam suasana itu. Ia hadir di tengah-tengah mereka dan
memberikan Syalom, damai sejahtera!
Satu per satu kondisi para murid dipulihkan. Sekarang, kebangkitan itu menjadi
pengalaman eksistensial mereka. Semangat mereka dipulihkan kembali. Kisah
selanjutnya, mereka membuka pintu, membuka diri! Yerusalem yang dulu dihindari,
kini mereka datangi. Penganiayaan dan penderitaan bukan lagi penghalang yang
menakutkan bagi mereka untuk menyampaikan kesaksian Yesus yang bangkit itu
sebab di dalam kebangkitan-Nya terkandung pengharapan kehidupan yang kekal.
Bisa jadi kondisi kita saat ini dalam keadaan terpuruk: harapan tidak
tepenuhi, sakit penyakit mendera, masalah bertubi-tubi menghunjab, cita-cita
dan pengharapan membangun peradaban kandas karena orang yang diharapkan membawa
peradaban yang lebih baik harus dikalahkan. Ada banyak alasan untuk kita
menjadi murung, kecewa, sedih, marah, frustasi dan akhirnya menutup diri! Lalu,
adakah kuasa kebangkitan-Nya membawa diri kita bangkit kembali dari
keterpurukan itu. Mengobarkan kembali api semangat dengan keyakinan bahwa di
dalam Yesus selalu ada kebangkitan dan pengharapan baru? Mestinya, iman kepada
kebangkitan Yesus akan mampu menopang semangat yang pudar, jiwa yang resah dan
putus asa!
Paskah II 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar