“Orang yang berpengetahuan menahan perkataannya,
orang yang berpengertian berkepala dingin.”
Amsal 17:27
Suatu ketika Konfusius
berjalan menuju ke negeri Qi. Di perjalanan ia melihat ada dua orang anak
sedang terlibat dalam perdebatan seru. Hal ini menarik perhatiannya. Ia memutuskan
berhenti dan ikut terlibat dalam percakapan itu. Zi Lu, salah seorang muridnya
terheran-heran, mengapa sang guru tertarik dengan perdebatan anak kecil. “Apanya
yang menarik, celotehan anak-anak!” gerutu Zi Lu dalam hati.
Rupanya Konfusius merasakan
ketidaknyamanan si murid. “Kita tidak boleh membedakan antara anak-anak dan
orang dewasa dalam menguasai ilmu pengetahuan,” Konfusius bergumam,” Ada
kalanya, logika yang diutarakan oleh anak-anak jauh lebih baik dan orsinil dari
pada celotehan orang dewasa!” Zi Lu, tidak lagi mampu menjawab gurunya.
Konfusius menyambangi kedua
anak itu, “Saya Kong Qiu, aya tertarik dengan pembicaraan kalian, bolehkah saya
ikut dalam pembicaraan kalian?” Pinta Konfusius.
“Oh..ternyata kamu Konfusius
yang terkenal itu. Kami mendengar bahwa Anda adalah orang yang sangat pandai,
kaya akan ilmu pengetahuan dan hikmat. Baiklah, kami mohon agar Anda dapat
menjadi juri untuk menilai siapa yang benar dan siapa yang salah di antara
kami.” Kata kedua anak tersebut. Konfusius menjawab, “Tidak usah terburu-buru,
satu per satu silahkan bicara!”
“Begini,” kata anak yang
pertama, “Kami sedang berdebat, kapan matahari berada pada jarak terdekat
dengan bumi. Saya berpendapat bahwa matahari berada pada jarak yang terdekat
dengan bumi itu pada waktu pagi hari. Sedangkan teman saya ini berpendapat,
jarak terdekat matahari dengan bumi itu pada waktu siang hari. Coba menurut
Anda, siapa yang benar?”
Konfusius mengernyitkan
kepalanya, tanda ia berpikir serius. “Masalah ini belum pernah terpikirkan oleh
saya, “jawabnya, “saya tidak mau memutuskan dengan sembarangan. Sekarang saya
minta alasan kalian meyakini kebenaran itu!”
Anak pertama menjawab, “Anda
lihat, matahari di waktu pagi, kita lihat besar dan bulat. Tetapi sampai siang
hari, apalagi tengah hari, matahari menjadi semakin kecil. Semua juga tahu,
benda yang dekat akan terlihat besar, sedangkan benda yang jauh akant terlihat
besar!”
Anak kedua tidak mau kalah, “Begini,
Pak Konfusius, dia ini bicara tidak benar! Faktanya matahari di waktu pagi
terasa sejuk, sedikit pun tidak panas. Nah, menjelang siang hari mulai memanas.
Dan sampai tengah hari begitu panasnya seperti air mendidih. Itu pasti karena
matahari, benda panas itu sedang berada dalam posisi terdekat dengan bumi!
Bukankah hal ini sudah cukup untuk membuktikannya? Jelas yang dia katakan itu
tidak benar!”
Selesai menceritakan argumen
masing-masing, kedua anak kecil ini menatap penuh harap kepada Konfusius,
mereka berkata, “Sekarang coba katakan, menurutmu siapa yang benar dan siapa
yang salah!”
Konfusius merasa dirinya
berada dalam kesulitan. Dia berpikir berulang kali. Anak-anak ini mempunyai
logikanya masing-masing, kebenarannya masing-masing. Sangat sulit untuk
mengatakan mana yang benar dan mana yang salah. Karena itu dengan jujur ia
berkata, “Pertanyaan ini tidak bisa aku jawab, lain kali aku akan memohon
kepada orang yang lebih berpengetahuan, baru kemudian menjawab pertanyaan
kalian.”
Kedua anak itu tertawa
terbahak-bahak, lalu mereka berkata, “Semua orang mengatakan bahwa engkau
adalah orang pandai dan berhikmat, Konfusius itu orang suci! Tetapi nyatanya
engkau tidak bisa menjawab dan memutuskan apa yang kami persoalkan!” Puas
berkata demikian, kedua anak itu balik badan dan berlari pergi.
Kepergian kedua anak itu
menyisakan perasaan tidak nyaman pada Zi Lu, “Guru, seharusnya engkau menjawab
sembarangan saja, dengan demikian tidak ditertawakan oleh anak kecil!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar