Kamis, 10 Maret 2011

Taat dalam Persekutuan dengan Kristus


"All the world's a stage,
And all the men and women merely players;
They have their exits and their entrances;
And one man in his time plays many parts,
His acts being seven ages. At first the infant,
Mewling and puking in the nurse's arms;
Then the whining school-boy, with his satchel
And shining morning face, creeping like snail
Unwillingly to school. And then the lover,
Sighing like furnace, with a woeful ballad
Made to his mistress' eyebrow. Then a soldier,
Full of strange oaths, and bearded like the pard,
Jealous in honour, sudden and quick in quarrel,
Seeking the bubble reputation
Even in the cannon's mouth. And then the justice,
In fair round belly with good capon lin'd,
With eyes severe and beard of formal cut,
Full of wise saws and modern instances;
And so he plays his part. The sixth age shifts
Into the lean and slipper'd pantaloon,
With spectacles on nose and pouch on side;
His youthful hose, well sav'd, a world too wide
For his shrunk shank; and his big manly voice,
Turning again toward childish treble, pipes
And whistles in his sound. Last scene of all,
That ends this strange eventful history,
Is second childishness and mere oblivion;
Sans teeth, sans eyes, sans taste, sans everything." — Jaques (Act II, Scene VII, lines 139-166)
 

Dunia ini panggung sandiwara adalah frase yang diutarakan oleh karakter Jaques dalam karya Shakespeare berjudul As You Like It. Monolog ini mengumpamakan dunia ini sebagai sebuah panggung sandiwara dan kehidupan manusia seperti sebuah sandiwara, dan menerangkan tentang tujuh tingkatan usia manusia, yang kadang-kadang disebut sebagai tujuh usia manusia: bayi, anak sekolah, pecinta, prajurit, keadilan, pantaloon, dan masa kanak-kanak kedua, "tanpa gigi, tanpa mata, tanpa rasa, tanpa semuanya". Maksud Shakespeare adalah bahwa dunia ini tidak lain adalah panggung teater dan manusia adalah aktornya. Sejak lahir manusia memasuki dunia teater dan terus berakting sesuai dengan usia mereka, hingga pada usia tua mereka ketika episode yang terakhir dimainkan. (Wikipedia)

"All the world's a stage”, ‘Dunia Panggung Sandiwara’. Syair ini menggambarkan dengan tepat kehidupan manusia saat ini. Kita acapkali mengambil sebuah peranan atau memakai ‘topeng’ dalam kehidupan, dan umumnya topeng yang dipakai adalah topeng yang baik, kalau tidak mau dikatakan “jaim” (jaga imej).

Kapankah saatnya topeng-topeng itu lepas atau ‘copot’ dari wajah manusia? Biasanya topeng-topeng itu akan copot pada saat kita ada pada satu titik kritis, bahaya, ancaman, stress berat, dsb. Pada saat inilah “ego” manusia berbicara: bagaimana caranya supaya saya selamat, mendapat keuntungan, lolos dari ancaman, dan seterusnya. Akibatnya manusia cenderung memilih cara-cara mudah dan murah atau “jalan pintas” . Nilai-nilai duniawi yang menawarkan kemudahan itulah yang kini dipegangnya. Sementara iman dan pengharapan diparkir dulu!

Padahal seharusnya dalam kondisi yang seperti apapun setiap orang percaya menampilkan diri apa adanya, yakni sebagai anak-anak Tuhan. Kita tidak perlu memakai topeng-topeng dalam menghadapi kehidupan, topeng ‘jaim’, topeng saleh, topeng orang baik pada saat kondisi aman dan nyaman. Namun, sebaliknya menjadi seorang yang sangat egois dan mengambil jalan pintas, nilai-nilai duniawi diusungnya ketika merasa terancam. Menjadi seorang Kristen berarti menjadi orang yang dipersekutukan dengan Kristus maka seharusnya kita belajar meneladani Kristus, dalam kondisi yang terancam dan sulit sekalipun, Ia tetap memperlihatkan jati diri-Nya, yaitu taat pada perintah Bapa. Injil Matius 4:1-11 memperlihatkan ketaatan Kristus ketika berhadapan dengan krisis. Ketika kondisi-Nya begitu lemah karena puasa, Ia digoda dengan satu hal yang sangat mendasar yaitu roti (makanan) tetapi Ia tetap taat pada perintah Sang Bapa. Demikian juga ketika Ia diperhadapkan pada dua hal yang lain, kekuasaan dan ketenaran. Dua hal yang seharusnya dapat menolong Dia dalam menyelesaikan tugasNya yaitu memperkenalkan Allah Bapa kepada manusia, juga ditolakNya, karena kesetiaan dan ketaatanNya kepada Sang Bapa.

Jadi kasih, ketaatan, pengampunan, kesetiaan bukanlah topeng yang dipasang dan dapat dilepas, tetapi seharusnya menjadi bagian yang tidak terlepas dari kehidupan kita. Semuanya ini dapat diperoleh ketika kita terus membangun persekutuan dengan Kristus.

Prapaskah I
Engeline Chandra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar