Jumat, 07 November 2014

HIKMAT LEBIH BERHARGA DARI PERMATA Amsal 8:11

“Karena hikmat lebih berharga dari pada permata,...” (Amsal 8:11)

Berapa harga permata termahal? Satu milyar? Satu trilyun? Uop,  ternyata ada yang lebih dari itu. Namanya berlian Koh-I-Noor. Saat ini, Koh-I-Noor merupakan salah satu koleksi permata terbaik milik Kerajaan Inggris. Koh-I-Noor berasal dari India, dari tambang Kollur, di distrik Guntur, Andhra Pradesh. Pertama kalinya, Koh-I-Noor digunakan sebagai salah satu mata untuk arca Dewi yang mereka puja. Lalu, seiring berjalannya masa, batu permata yang berarti "Gunung Cahaya" itu berpindah-pindah tangan, dari satu penguasa ke penguasa lainnya. Sejarah yang berliku berkait keindahan dan kemegahan sang batu permata sepanjang waktu itu, akhirnya diserahkan ke tangan Ratu Inggris oleh Maharajah Lahore. Banyak orang percaya, siapa yang memiliki Koh-I-Noor dia akan menguasai dunia.
            
Dunia memberikan penghargaan tak ternilai terhadap permata Koh-I-Noor. Lalu apakah dengan pernyataan Amsal bahwa hikmat lebih berharga dari permata, kemudian dengan naif kita mengatakan bahwa batu permata itu menjadi tidak berharga? Tentu tidak demikian! Permata itu jelas merupakan benda berharga. Ia tidak kehilangan harganya ketika dimiliki oleh orang percaya. Namun, kini nilai keberhargaannya tidak lebih tinggi daripada hikmat. Mengapa? Jawabnya sederhana: Oleh karena manusia memiliki hikmat, maka ia dapat memberi penghargaan terhadap permata itu! Apalagi jika dengan hikmatnya itu manusia mengenal kehendak Yang Kuasa. Bukankah segala yang ada dijadikan oleh hikmat-Nya, termasuk permata di dalamnya? 



REFLEKSI:
Permata tak pelak lagi merupakan benda berharga. Namun, hikmat lebih berharga dari pada permata!

HIKMAT MERUPAKAN PEMBERIAN 1 Raja-raja 3:1-15

“Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara...” (1 Raja-raja 3:9)
 
 
Andai lampu wasiat Aladdin ada di tangan Anda. Anda menggosoknya dan ternyata apa yang diceritakan dalam dongeng itu benar. Ada jin keluar dari lampu itu dan ia menawarkan apa saja yang Anda minta pasti dikabulkan. Lantas apa yang akan Anda minta? Kekayaan, umur panjang, takhta kekuasaan, kesehatan atau apa? Banyak orang berusaha menjadikan Tuhan seperti “lampu wasiat” Aladdin, tinggal minta lalu terkabul apa yang diingini.
            Salomo berbeda dari kebanyakan orang. Ketika Tuhan menampakkan diri kepadanya dan berfirman, “Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu.” Dia tidak meminta sesuatu untuk dirinya, melainkan “hati yang penuh hikmat.” Hikmat, itulah yang ia butuhkan. Salomo meminta hikmat untuk kepentingan umat Allah karena dia ingin memerintah Isarel dengan keadilan dan kebenaran. Salomo menginginkan umat Allah diberkati! Allah memandang baik dan mengabulkan permintaan Salomo. Dia menjadikan Salomo seorang yang penuh hikmat tiada tanding. Bukan hanya itu, Allah juga memberikan bonus kekayaan dan kemuliaan.
            Bagaimana dengan doa dan permohonan kita kepada Tuhan? Apakah pernah kita meminta hikmat kepada-Nya agar dapat membedakan mana yang baik, yang menyenangkan hati Tuhan dan mana yang jahat? Atau malah kini kita sedang sibuk dengan diri sendiri: memohon berhasil dalam karier, keuangan, studi dan lain sebagainya. Andai kata itu semua terpenuhi, tetap saja manusia selalu merasa kurang. Mengapa? Karena ada yang kurang, yakni hikmat!
 
 
REFLEKSI:
Hikmat menuntun kita kepad kebahagiaan yang hakiki, jadi mintalah kepada-Nya.