John Spilsbury, pria yang hidup di Inggris pada abad ke-18. Ia punya minat mengajar pelajaran geografi sangat luar biasa. Namun, ia mengalami kesulitan dalam mengajarkan peta kepada anak-anak. Ide kreatifnya menolong anak-anak untuk antusias belajar geografi. Sekitar tahun 1760 Spilsbury membuat peta dengan cara memotongnya menjadi bagian-bagian kecil, lalu anak-anak merangkainya menjadi utuh. Dan, wow… peta itu terbentuk. Puzzle!
Ya, meski penemu puzzle tidak dapat diidentikfikasi sebagai satu orang tertentu, tetapi nama John Spilsbury selalu dihubungkan dengan puzzle mula-mula. Sejak penemuannya, puzzle berkembang menjadi berbagai jenis dan ukuran, termasuk puzzle jigsaw, puzzle silang kata, puzzle logika, dan lain sebagainya.
Puzzle sangat erat kaitannya dengan teka-teki yang memerlukan pemecahan masalah, kesabaran, keuletan, ketelitian, pemikiran kreatif dan logis, analisis dan penalaran untuk mencapai jawaban atau solusi. Bagi orang yang menyukainya, ini merupakan tantangan sekaligus menghibur!
Bak puzzle, mungkin itulah yang dihadapi oleh para murid Yesus sampai di penghujung kehadiran-Nya secara fisik. Kepingan-kepingan dari “gambar besar” tentang Mesias tidak juga selesai dibingkai. Buktinya? Hanya beberapa saat menjelang perpisahan dengan Yesus, mereka masih keukeuh dengan gambar mesias ideal yang mereka bayangkan, “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel!” (Kisah Para Rasul 1:6). Padahal, Yesus bukan hanya memberi klu, melainkan potongan demi potongan gambar diri-Nya dinyatakan kepada mereka. Dalam Injil Lukas, Yesus menegaskan bahwa diri-Nya adalah Mesias. Ya, Mesias yang bukan mesias politis yang akan menggulingkan takhta kekaisaran Romawi. Bukan! Melainkan Mesias yang menderita, Ia harus menempuh jalan penderitaan dan bangkit pada hari ketiga!
Betapa sulitnya para murid menyusun puzzle itu. Padahal, Yesus telah menuntun mereka mulai dari yang tersingkap dalam Taurat Musa, Nabi-nabi, dan Mazmur. Empat puluh hari sejak kebangkitan-Nya, Yesus hadir di tengah-tengah mereka. Ia menuntun dengan sabar, menguatkan dengan lembut dan memulihkan dengan luka-luka-Nya. Tentu saja, Yesus mengharapkan mereka untuk mengenal diri-Nya dengan utuh dan tahu percis apa yang diperjuangkan-Nya. Sebab jika mereka gagal mengumpulkan puzzle itu dengan baik, maka tidak mungkin mereka dapat mewujudkan Kerajaan Allah yang sejati.
Dengan pengalaman hidup bersama Yesus baik sebelum dan sesudah kebangkitan setidaknya para murid mampu melihat gambaran besar Sang Mesias dan apa yang diperjuangkan-Nya. Jawaban Yesus yang tidak mempedulikan permintaan para murid untuk memulihkan Kerajaan Israel bisa jadi semacam shock therapy. Bukan itu yang harus mereka perjuangkan melainkan meneruskan karya pelayanan-Nya. Dengan demikian mereka menjadi saksi-saksi yang benar. Untuk menjadi saksi-saksi yang benar, diperlukan pengenalan yang utuh tentang Mesias yang sejati dan perjuangan-Nya.
Tampaknya Yesus mengerti kapasitas mereka memahami diri-Nya. Tidak mungkin mereka bisa mengenal dengan utuh dan jelas tanpa pertolongan kuasa Roh Kudus. Yesus menyatakan kembali janji-Nya bahwa Roh Kudus akan turun dan menyatakan segalanya dengan utuh dan jelas. Roh Kudus juga yang akan memberi kekuatan agar mereka mampu menjadi saksi-saksi kebenaran yang selama ini dikerjakan oleh Yesus Kristus. Hanya saja mereka harus memberi diri, menyiapkannya dengan bertekun di dalam doa.
Kerajaan Allah adalah inti perjuangan, kesaksian dan pewartaan Yesus. Itu memang sudah berlalu, menjadi bagian dari sejarah pelayanan Yesus. Kenaikan Tuhan Yesus ke surga bukan berarti selesai sudah segala karya-Nya di bumi ini. Tidak demikian! Para murid tidak dibiarkan menatap langit di mana Yesus terangkat ke surga. Suara langit, yang tidak lain adalah suara Tuhan sendiri meminta mereka pergi untuk menyiapkan diri dalam melanjutkan karya Kristus itu. Selanjutnya, episode baru dalam karya penyelamatan Allah bagi dunia ini terjadi.
Sampai hari ini kita mendengar berita gembira dari kesaksian turun-temurun tentang Kerajaan Allah oleh karena ada orang-orang yang bersedia berdoa dan bertekun dalam persekutuan. Ada kuasa Roh Kudus yang bekerja di antara mereka. Lalu, mereka terus berkarya melanjutkan apa yang diperjuangkan oleh Yesus. Saat ini, kita yang telah menerima berita gembira itu mestinya ada dalam ziarah yang sama; menjadi saksi-saksi kebenaran tentang Injil Kerajaan Allah; menghadirkan gambar utuh dan jelas dari kasih Allah kepada dunia ini.
Namun, sangat mungkin hari ini kita sedang berhadapan dengan puzzle kehidupan dan misteri kehadiran Roh Kudus. Kepahitan, tekanan, penderitaan dan ketidakadilan akan memunculkan gambaran pengharapan mesianik seperti para murid. Kita akan bertanya juga, “Tuhan, maukah Engkau memulihkan kejayaanku? Aku telah bosan dengan penderitaan ini, maka jadikan aku pemenang atas segala derita ini!” Salahkah pengharapan demikian? Saya kira, sama seperti Yesus menanggapi permintaan para murid-Nya dahulu. Tidak ada kata-kata Yesus yang menyalahkan mereka. Namun, Yesus menunjukkan sesuatu yang lebih besar, yang lebih agung dan mulia, yakni : Kerajaan Allah! Yesus menunjuk fokus yang lain, bukan diri sendiri. Fokus itu adalah Kerajaan Allah di mana kasih dan damai sejahtera menjadi landasannya.
Bisa jadi, puzzle yang sedang kita susun merupakan gambar diri yang belum pulih. Iri hati, takut, dan ingin mendominasi menjadi semacam kerangka di mana puzzle itu kita letakan. Maka tidak heran, mukjizat, kuasa dan pertolongan Roh Kudus kita pahami sebagai alat untuk memuluskan segala minat kita. Akibat darigambaran puzzle yang tidak utuh ini akan memunculkan kesaksian-kesaksian tentang kesuksesan, kekayaan, keberhasilan, dan penaklukkan sebagai tujuan utama dari iman dan bukan kesediaan diri untuk meneruskan karya Kristus. Inilah pentingnya bertekun di dalam doa. Doa yang bukan mengatur kuasa Roh Kudus melayani kita, tetapi doa dengan hati yang terbuka untuk dibimbing oleh suara Roh Kudus. Dengan cara demikianlah kita dapat menemukan gambaran utuh dari apa yang Tuhan mau kita kerjakan. Di situ pula dengan jelas kita akan mengerti visi Allah bagi dunia ini.
Kenaikan Tuhan Yesus ke surga bukan sebuah perpisahan, melainkan pemberian mandat istimewa kepada seluruh pengikut Kristus. Marilah kita tanggapi mandat ini sambil terus bergandengan tangan, bertekun dalam doa dan berani memberitakan Injil Kerajaan surga!
Jakarta, 28 Mei 2025 Hari Kenaikan Tuhan Yesus ke surga, tahun C