Kamis, 18 November 2021

YESUS RAJA YANG SEJATI

Hari-hari belakangan ini dunia peradilan kita heboh dengan viralnya video-video yang mengungkapkan logika peradilan jungkir balik. Korban malah dijadikan tersangka; ayah dipenjara, anak gadisnya dipaksa melayani nafsu bejad anggota kepolisian, seorang istri yang memarahi suami lantaran pulang mabuk malah dilaporkan dengan dugaan KDRT dan sang istri malah dituntut pidana. Tentu saja catatan seperti ini kalau ditelusuri pasti akan sangat panjang. Ya, mulanya viral di media sosial, lalu menjadi buah bibir dan akhirnya ditindaklanjuti. Apa jadinya, jika kasus-kasus itu tidak viral di medsos? Hampir pasti orang-orang yang tidak berdaya itu semakin terpuruk dan benar-benar menjadi korban entah ke berapa kali!

 

Medsos meski sering dikecam sebagai media penyebar hoax, namun pada sisi lain bagai “dewa penolong” bagi orang-orang yang tidak tahu harus ke mana mendapatkan keadilan. Viralkan saja, setelah heboh pasti akan ditanggapi oleh yang berwenang. Idealnya orang di hadapan hukum punya hak dan kewajiban sama. Idealnya bukan medsos sebagai tempat mencari dan mendapatkan keadilan. Dan, idealnya di gedung pengadilanlah hukum ditegakkan seadil-adilnya. Sehingga siapa pun mendapat perlindungan jika ia benar dan sebaliknya, siapa pun mendapat hukuman jika ia melakukan tindakan kejahatan.

 

Praetorium adalah rumah pejabat tinggi Romawi, biasanya digunakan sebagai gedung pengadilan. Rumah pejabat semula dibangun bukan sekedar fasilitas seorang pejabat, melainkan juga tempat di mana anggota masyarakat mendapatkan perlakuan manusiawi. Keadilan! 

 

Benarkah di praetorium orang mendapatkan keadilan? Tidak selalu! Bahkan lebih tepat tergantung siapa yang akan dihukum. Hukum itu tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Mungkin itu gambaran yang tepat mengenai proses hukum yang sering kita jumpai. Ya, tentu saja tanpa mengesampingkan ada juga penegak hukum yang benar-benar kredibel, jujur, berintegritas dan tidak pandang bulu.  

 

Yesus dibawa ke praetorium menghadap Pilatus untuk diadili. Siapa Pilatus? Ia adalah gubernur provinsi Palestina sekitar tahun 26 - 35M. Pilatus diangkat dan digaji oleh pemerintah Romawi dan bertanggung jawab langsung kepada Kaisar. Tidak mudah menjadi gubernur kolonial, selalu ada gejolak dan pemberontakan. Tidak mudah bagi Pilatus untuk terus mempertahankan daerah jajahan Romawi itu tenang tanpa gejolak. Pilatus berkewajiban meredam setiap gejolak yang muncul. Kadang memakai tekanan dan kekerasan. Tetapi juga bisa menggunakan cara-cara persuasif di mana gejolak itu tidak seimbang dengan kekuatan pertahanan yang dimilikinya.

 

Pilatus sadar orang-orang Yahudi yang membawa Yesus ke hadapannya itu berpotensi menimbulkan gejolak politik besar yang membahayakan posisinya. Jelas, ia tidak mungkin menghadapi kemarahan orang-orang Yahudi itu dengan mengerahkan kekuatan tentara yang dimilikinya. Persuasif atau tepatnya kompromi yang dipilih Pilatus untuk menyelesaikan masalah yang dibawa kepadanya. Setelah ia bercakap-cakap dengan para imam kepala di luar praetorium, ia kembali masuk ke dalam gedung itu dan memerintahkan supaya Yesus dibawa masuk. Cara ini sebenarnya baik, Pilatus tidak mau terganggu oleh kegaduhan orang-orang yang telah tersulut emosi. Namun ternyata orang-orang Yahudi punya cara untuk menekan Pilatus agar ia memutuskan Yesus bersalah dan dihukum mati. Mereka akan mengadukan Pilatus kepada Kaisar (Yohanes 19:8).

 

Sepintas Pilatus punya kekuasaan untuk menjatuhkan hukuman secara mandiri. Nyatanya ia tidak berdaya pada tekanan. Pilatus tidak bebas, ia menyerah pada tuntutan orang-orang Yahudi meski hati nuraninya menyadari kebenaran dan keadilan itu. Sebaliknya, Yesus seorang pesakitan tak berdaya. Ia terpidana dan segera akan menghadapi eksekusi hukuman mati namun Ia menghadapinya dengan tegar. Ia tidak menggadaikan kebenaran dengan kepura-puraan! Dalam keadaan tekanan menghadapi kematian itu, Yesus justru berusaha menyadarkan Pilatus ketika Pilatus menanyakan, “Engkau inikah raja orang Yahudi?”(Yohanes 18:33), Yesus balik bertanya, “Apakah engkau katakan itu dari hatimu sendiri…?” (Yohanes 18:34). Melalui pertanyaan ini, Yesus mengajak Pilatus untuk memeriksa nuraninya sendiri. Yesus mengajak Pilatus memisahkan kebenaran itu dari tekanan orang banyak.

 

Dengan perkataan lain, Yesus mau mengatakan, “Jelaslah bahwa engkau tidak mempunyai alasan untuk mengatakan bahwa hal ini berasal dari hatimu sendiri, engkau mengatakan itu karena tekanan. Dan engkau bertanya seperti itu agar dapat poin untuk menjatuhkan hukuman sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Pikirkanlah, apakah mereka menuduh Aku sebagai musuh Kaisar justru mereka sendirilah yang sesungguhnya merupakan musuh Kaisar dan menggunakan kesempatan ini hanya untuk menutupi kejahatan mereka. Ya, kejahatan yang dibungkus menjadi legal karena diputuskan di gedung pengadilan. Oleh karena itu tanyalah kepada nuranimu sendiri apakah engkau benar-benar seorang hakim yang baik yang sedang memutuskan perkara dengan seadil-adilnya?”

 

Jelas, Pilatus membungkam nuraninya. Ia bahkan merasa tersinggung dengan pertanyaan Yesus. Kembali Pilatus menjadi terpojok. Dalam posisi itu Pilatus menjawab, “Apakah aku seorang Yahudi? Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku; apakah yang telah Engkau perbuat?”Pilatus membela diri, seakan ia menegaskan bahwa dirinya merasa rendah bersekongkol dengan orang-orang Yahudi untuk menyingkirkan Yesus. Pilatus mencoba menutupi ketidak-berdayaannya terhadap tekanan orang-orang Yahudi di hadapan Yesus.

 

Dalam kesempatan inilah, Yesus menyatakan hukum dasar kerajaan-Nya: “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini… Engkau mengatakan Aku adalah raja. Untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya AKu memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku” (Yohanes 18:36-37). 

 

Kerajaan Kristus bukan dari dunia ini. Itu berarti bahwa kerajaan Yesus bukan karena pewarisan, pemilihanumum, atau penaklukan, melainkan dari Allah sendiri. Kerajaan-Nya bukan bersifat duniawi sehingga harus memperkuat dengan tentara dan amunisi. Namun Kerajaan-Nya ada di antara manusia, di bangun di dalam hati dan nurani manusia. Kekayaan Kerajaan itu bukan dari harta benda, melainkan bersifat rohani. Rohani atau spiritualitas yang menggerakkan seluruh badani untuk mengerjakan apa yang baik, benar dan adil! Kekayaan Kerajaan-Nya akan membuat orang tidak berdaya menjadi berdaya. Kekayaan Kerajaan-Nya akan membuat siapa pun berharga dan merasakan dicintai. Kekayaan Kerajaan-Nya itu tidak bisa dicuri dan dirampok; Ia akan ada untuk selama-lamanya.

 

Sepintas drama pengadilan yang menghadirkan Yesus sebagai terdakwa, Pilatuslah yang menjadi “raja berkuasa yang menentukan nasib hidup-matinya Yesus”. Namun, justru dalam pengadilan rekayasa penuh tekanan ini, memunculkan siapa Raja yang sebenarnya. Siapa yang berdaulat penuh dan tidak gentar terhadap tekanan. Ya, Yesuslah Sang Raja Sejati itu! Lalu, apa dampaknya buat kita sebagai pengikut Kristus Sang Raja Sejati itu? Tidak adcara lain: Mengikuti apa yang telah diteladankan Yesus. Jangan gentar berhadapan dengan tekanan. Nyatakan kebenaran, teruskan karya Sang Raja itu hingga setiap orang tersentuh oleh Kekayaan Kerajaan-Nya dan merasakan damai yang sesungguhnya yang tidak sanggup diberi oleh dunia dan kekayaannya. Selamat merayakan Minggu Kristus Raja!

 

Salatiga, Minggu Kristus Raja, 18 November 2021

Jumat, 12 November 2021

HIDUP DI AKHIR ZAMAN

Berada di bawah megahnya tumpukan jutaan batu yang tersusun bak puzzle membentuk bangunan bujur sangkar  dengan ketinggian 42 meter, membuat saya berdecak kagum. Bayangkan, ada sekitar 55.000 M3 atau sekitar 2 juta balok batu berukuran 25 x 10 x 15 Cm, patung-patung Buddha yang beratnya sekitar 145 - 225 kg. Belum lagi dinding-dinding yang dihiasi 2.672 panel relief indah yang mengisahkan ajaran Buddha. 




Konstruksi Borobudur berupa punden berundak dengan tiga tingkatan yang melambangkan kosmologi Buddha Mahayana: Kamadhatu, yakni kaki candi yang menggambarkan kehidupan manusia penuh dengan nafsu duniawi, keburukan dan dosa. Tingkat kedua: Rupadhatu, bagian tengah yang melambangkan kehidupan manusia yang telah bebas dari nafsu duniawi. Tingkat terakhir adalah Arupadhatu yang melambangkan kehidupan religius. Tingkat ini melambangkan Sang Buddha yang mencapai kesempurnaan karena berani meninggalkan kehidupan dunia untuk mencapai pencerahan! Maha karya ini dibangun dari abad 750 - 842 Masehi oleh Wangsa Syailendra selama 99 tahun dengan jumlah pekerja sekitar 1000 orang!


Bukan hanya saya sendiri yang berdecak kagum atas peninggalan bersejarah ini, pasti ada jutaan orang yang mengaguminya, bahkan Presiden Amerika Serikat ke-44, Barack Obama begitu terpukau melihat sendiri kemegahan dan keindahan candi terbesar umat Buddha itu. Batu-batu besar dan kecil tersusun begitu kokoh dan indah! “Struktur bangunan Candi Borobudur memang hebat sekali!” Demikian komentar Obama yang disampaikan Mura Aristina, kepala Humas Balai Konservasi Borobudur pada saat Obama berkunjung ke Candi itu, 28 Juni 2017.

 

Kekaguman dan rasa terpukau seperti Obama itulah barang kali yang dilontarkan murid-murid Yesus ketika mereka berada di lingkungan Bait Allah. “Guru, lihatlah betapa kokohnya batu-batu itu dan betapa megahnya gedung-gedung itu!” Sebuah perasaan dan komentar wajar ketika orang berjumpa dengan karya konstruksi, arsitek, seni, atau apa pun juga yang tidak biasa-biasa saja. Bait Allah selain bangunan megah karya Salomo, ia melambangkan kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya.

 

Kekaguman dan kebanggaan umat Israel terhadap Bait Allah setara dengan bangganya mereka menjadi umat pilihan Allah. Sangat mungkin kekaguman para murid terhadap bangunan Bait Allah itu juga dikaitkan dengan keistimewaan mereka sebagai umat pilihan Allah. Namun, betapa terkejutnya mereka ketika mendengar tanggapan Yesus terhadap kekaguman mereka itu, “Kau lihat gedung-gedung yang hebat ini? Tidak satu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain, semuanya akan diruntuhkan.” (Markus 13:2). Dengan kata lain, Bait Allah itu akan segera luluh-lantak, rata dengan tanah! Kebanggaan umat Israel terhadap bangunan yang indah, yang sebelumnya dikecam Yesus sebagai sarang penyamun ini segera hancur.

 

Ini sama artinya dengan hancurnya kebanggaan umat Israel sebagai umat istimewa. Kebanggaan itu dihancurkan Allah sendiri, oleh karena sama seperti Bait Allah yang telah salah fungsi menjadi sarang penyamun, Israel menjadi bangsa pongah yang tidak lagi mendengar dan melakukan apa yang dikehendaki Allah. Para murid menangkap pernyataan Yesus sebagai saat kesudahan. Akhir zaman! Akhir zaman atau kiamat selalu menimbulkan pertanyaan: kapan dan apa tanda-tandanya? 

 

Alih-alih menjawab kapan tepatnya akhir zaman itu tiba, Yesus mengingatkan akan datang waktunya banyak orang memakai nama-Nya untuk melakukan kejahatan dan menyesatkan orang lain. Perang, bencana dan penderitaan akan semakin menjadi-jadi, dan para pengikut Yesus akan dibenci dan diseret ke pengadilan dengan berbagai tuduhan. Pendek kata, Yesus mengingatkan bahwa kesulitan dan penderitaan serta penganiayaan itu akan menimpa para murid-Nya. Dalam situasi ini pertanyaan kapan waktunya akhir zaman terjadi tidak lagi menjadi relevan. Yang sungguh-sungguh harus dipersiapkan adalah para murid Yesus harus benar-benar siap menghadapi keadaan yang tidak mudah ini.

 

Sama seperti apa yang dulu di sampaikan Daniel (bacaan pertama, Daniel 12:1-3), Allah akan menolong umat-Nya dalam melewati kesesakan yang besar. Mereka yang namanya tertulis dalam Kitab kehidupan (artinya: mereka yang selalu setia pada Firman Allah) baginya pertolongan telah tersedia. Pada saat kesulitan itu terjadi, “Orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala …” Yesus menegaskan bagi mereka yang setia Roh Kudus akan menyertai. “Jika kamu digiring dan diserahkan, janganlah kamu kuatir akan apa yang harus kamu katakan, tetapi katakanlah apa yang dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga, sebab bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Kudus.” (Markus 13:11).

 

Hari-hari belakangan ini banyak sekali peristiwa menyesakkan dada. Bencana demi bencana terus terjadi dan pandemik Covid-19 memaksa dunia ini bungkam sejenak. Kekaguman manusia terhadap berbagai pencapaian dipertanyakan ulang. Banyak orang depresi dan frustasi. Penderitaan dan kematian begitu dekat, lalu memaksa bertanya: Apakah ini sudah sampai pada kesudahan, akhir zaman? 

 

Dalam situasi sulit, kita diajarkan oleh Yesus untuk tidak bertanya kapan saatnya tiba, melainkan dapat membaca tanda-tanda zaman. Tanda-tanda itu bukan dimaksud untuk menghitung dan menebak harinya kapan, melainkan menghidupinya. Ya, dalam situasi sulit bahkan teramat sulit kita diajak untuk melakukan upaya yang menjadi bagian kita, yakni dengan antisipasi dan terus berbuat baik sesuai apa yang diajarkan Yesus dan tentu saja selebihnya yakinlah bahwa kuat kuasa Roh Kudus menopang kita untuk menghadapi berbagai situasi sulit itu.

 

Akhir zaman bukanlah peristiwa yang dinantikan dengan kebanggaan. Belajarlah dari peringatan-peringatan para nabi terhadap umat Israel yang menantikan akhir zaman dengan kebanggaan semu. Sebagai bangsa pilihan Allah mereka yakin akan janji Allah yang akan memberikan tempat di mana mereka akan menikmati shalom (damai sejahtera). Mereka lupa, bahwa shalom itu bukan karena mereka umat pilihan. Shalom itu didapat karena mereka melakukan kehendak Allah dengan sepenuh hati!

 

Pada akhirnya, ingatlah perkataan Yesus, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” (Matius 7:21). Oleh karena itu di zaman akhir, menjelang akhir zaman ini merupakan kesempatan buat kita semua untuk benar-benar serius dalam kehidupan iman kita. Serius dalam arti bukan hanya sekedar bangga atau mengungkapkan iman dalam lidah bibir kita, melainkan dengan sepenuh hati melakukan kehendak-Nya. Tidak mudah, terlebih dalam berbagai penderitaan. Namun, yakin dan percayalah bahwa ada kuasa yang Mahabesar menyertai kita, kuasa yang melebihi maut sekalipun, Dialah kuasa Roh Kudus!

 

Malang, 12 November 2021