Kamis, 23 Januari 2025

KEKUATAN FIRMAN KEHIDUPAN

Pernahkah Anda mengeluh tentang mudahnya masyarakat kita terhasut atau termakan oleh isu-isu hoaks di media sosial? Atau bahkan Anda sendiri yang gampang emosi dan reaktif terhadap berita portal, tik-tok, IG, FB, dan plat form media sosial lainnya? Minim literasi digital! Gaway dan perangkat digital boleh saja keren dan mahal dengan fitur-fitur ajib, namun sayangnya otak dan nalar penggunanya tidak secanggih apa yang digenggamnya!

 

Minim literasi digital tidak mengherankan. Ini sejalan dengan minat baca warga +62. Menurut data UNESCO dari hampir menyentuh 300 juta penduduk Indonesia hanya 0,001% yang punya minat membaca dengan baik. Itu artinya, hanya 1 orang saja yang memiliki minat baca dari 1000 orang. UNESCO menempatkan Indonesia sebagai negara paling malas membaca kedua di seluruh dunia. Hanya unggul dari satu negara, Botswana. Memprihatinkan!

 

Anda bisa menduga, apa dampak dari kemalasan membaca ini. Mengerikan! Pantas saja banyak bermunculan orang-orang sotoy, sok tahu: berbicara tidak berdasarkan fakta dan data. Masyarakat mudah dimanipulasi, diadu domba, sumbu pendek, dimanfaatkan, ditipu. Pendek kata manusia yang rendah kualitas sumber dayanya namun mudah tersinggung!

 

Disadari atau tidak, membaca akan sangat berpengaruh pada kecerdasan seseorang. Baik cerdas secara nalar, psikologis, emosional, maupun spiritualitas. Membaca dapat meningkatkan pengetahuan tentang berbagai topik. Membaca menolong kita berimajinasi dan berefleksi. Membaca membuat kita menjadi orang yang kritis dalam berpikir. Membaca menumbuhkan empati, memungkinkan kita untuk dapat memahami perspektif dan pemahaman orang lain. Membaca dapat menjadikan kita orang-orang yang punya kreativitas tinggi. Saya kira masih banyak segudang lagi manfaat dari membaca.

 

Hari ini, dua bagian firman Tuhan mencatat tentang kegiatan membaca. Bacaan pertama, Nehemia 8:1-10 bercerita tentang pembacaan Taurat Tuhan oleh Ezra di hadapan umat Tuhan setelah mereka kembali dari tanah pembuangan. Ezra, seorang imam memainkan peranan penting. Ia dipercaya oleh Nehemia untuk memimpin pembacaan Taurat. Tidak hanya membacakan, Ezra memberikan penjelasan-penjelasan tentang Taurat itu. Taurat yang dibacakan dan di jelaskan Ezra di depan Gerbang Air itu berlangsung beberapa hari.

 

Dampaknya, umat Allah itu memahami, mereka mengerti Taurat Tuhan dengan baik. Setidaknya hal ini tampak dalam respons mereka. Mereka menangis dan berpuasa. Mereka bertobat dan menyadari betapa mereka telah menyimpang dari Taurat Tuhan. Kedahsyatan Firman yang dibaca dan dijelaskan itu tampakkekuatannya. Ya, kekuatan yang membarui dan memulihkan umat Tuhan!

 

setengah milenium kemudian, kedahsyatan yang mengundang kekaguman juga terjadi. Dalam penampilan perdana di hadapan umum setelah pencobaan fenomenal yang dilakukan Iblis dan ternyata gagal, Yesus tampil di sebuah sinagoge Nazaret, kampung halaman-Nya sendiri. Kepada-Nya diberikan bukan Taurat, tetapi gulungan Kitab Nabi Yesaya. Yesus membukanya, dan membaca teks dari Yesaya 61:1-2. Tidak seperti Ezra yang membutuhkan waktu berhari-hari untuk membaca dan menjelaskan Taurat. Penjelasan Yesus cukup singkat dan padat, “Pada hari ini genaplah nas ini ketika kamu mendengarkannya!” (Lukas 4:21b).


Klaim Yesus terhadap teks Yesaya 61:1-2, bukan sekedar pengidentikan diri serampangan. Tentu saja Ia telah banyak bergaul dengan Taurat dan Kitab Para Nabi. Buktinya? Sebagai manusia yang telah tiga kali dicobai oleh Iblis dan menang, Yesus menangkis seluruh pencobaan yang dilakukan oleh Iblis itu dengan kekuatan Firman Tuhan. Seluruh jawaban untuk mematahkan pencobaan itu selalu diawali dengan kalimat, “Ada tertulis….”. Artinya, Yesus menguasai Firman Allah dan maknanya sehingga Ia tahu waktu yang tepat untuk menggunakan Firman itu! Demikian juga yang terjadi ketika kepada-Nya diberikan Kitab Nabi Yesaya. Ia membaca dan memberikan penjelasan bahwa sesungguhnya diri-Nyalah yang dimaksudkan oleh Nabi Yesaya sebagai orang yang penuh Roh, yang akan menyampaikan kabar baik, membawa pembebasan dan pemulihan bagi kelemahan manusia!

 

Dengan tampil dan klaim Yesus kini sudah nyata bahwa di dalam dan melalui diri-Nya Allah menggenapi semua janji-Nya. Hadirnya Yesus selaku pemberita dan pelaku Firman menandai dimulainya seperti  “Tahun Yobel” yang definitif. Namun, “Tahun Rahmat Tuhan” itu adalah karunia bukan hanya untuk umat Israel saja, tetapi juga untuk segala bangsa. Kasih dan rahmat Allah itu meliputi semua manusia! 

 

Bagaimana reaksi orang-orang yang mendengar Yesus? “Semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan perkataan penuh rahmat yang diucapkan-Nya…” (Lukas 4:22a). Ini menandakan bahwa Yesus membaca dengan serius, power full, penghayatan, dan kuasa. Baru kali itulah Yesus yang sudah dewasa – menurut Injil Lukas – tampil di depan umum. Jadi, orang-orang di sinagoge itu heran dan kagum bukan karena Yesus telah melakukan pelbagai mukjizat. Ini semata-mata karena pembacaan Firman yang penuh wibawa dan Yesus menyimpulkannya. Sampai titik ini, mereka menerima dan mengiyakan apa yang disampaikan Yesus, meskipun kisah selanjutnya menjadi anti klimaks, itu persoalan lain.

 

Bacaan pertama dan Injil, menyajikan kepada kita bahwa kekuatan membaca (dalam hal ini, membaca dengan memahami sampai mengerti), sangat luar biasa. Apalagi yang dibaca adalah Firman Tuhan! Firman itu tidak hanya memberi tahu pada orang yang belum tahu, tetapi juga menyatakan kebenaran, menginspirasi orang untuk mengalami pertobatan dan pembaruan hidup, membebaskan dan memulihkan!

 

Israel mengalami pertobatan dan dipulihkan, meski hanya sampai beberapa generasi. Selanjutnya mereka abai dan membelakangi Firman. Apa yang terjadi kemudian? Kehancuran! Sedangkan, umat Perjanjian Baru yang menyambut Sang Firman itu dipulihkan, disembuhkan, dibebaskan, dan diberi-Nya sukacita. Firman yang memberi kehidupan!

 

Jika kita memahami bahwa Firman Tuhan memberi kehidupan yang sesungguhnya, maka mestinya membaca, belajar, memahami, merenungkan dan menerapkan firman dalam kehidupan sehari-hari merupakan sebuah keniscayaan. Adalah hal aneh jika kita punya keyakinan bahwa Firman Tuhan itu mempunyai kuasa dahsyat namun kita menjauhi Firman itu, dalam arti: kita tidak mau menggumuli, mempelajari, dan menerapkannya. Coba Anda lihat kembali tentang minimnya minat baca bangsa kita dan kaitkan dengan dampaknya. Itu saja sudah menjadi indikasi bagi kita bahwa kekacauan demi kekacauan terus terjadi di negeri ini. Bayangkan ketika umat tidak lagi mau membaca, mempelajari, menggumuli dan mengerti Firman Tuhan!

 

Umat Perjanjian Lama telah lebih dari cukup memberi gambaran tentang kehidupan mereka yang jauh dari Firman Tuhan. Pelajaran berharga itu mestinya menolong kita untuk hidup lebih baik, apalagi Firman itu diperagakan menjadi hidup dalam Manusia Yesus! Kekuatan Firman itu akan menghidupkan kita menjadi orang-orang yang mengalami perubahan, yang mengerjakan misi Allah di dunia ini. Hidup tidak hanya berjuang untuk kenyamanan dan kekuasaan diri sendiri, tetapi memberi kehidupan juga untuk orang lain. 

 

 

Jakarta, 23 Januari 2025. Minggu III Sesudah Epifani, Tahun C

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar