Kamis, 25 Mei 2023

KARUNIA ROH DALAM KESEHARIAN

Peran Roh Kudus sangat sentral dalam perayaan Pentakosta. Pentakosta yang kita rayakan hari ini adalah hari di mana janji Tuhan Yesus digenapi: Roh Kudus tercurah dan tampak dalam peristiwa ajaib: hembusan angin dan nyala lidah-lidah api yang hinggap di atas para murid. Peristiwa ini membuat para murid mampu bersaksi kepada semua orang yang datang dari pelbagai peloksok negeri untuk membawa persembahan hasil panen mereka sekaligus peringatan turunnya Taurat.

 

Mereka yang datang dari pelbagai negeri, disapa dengan pernyataan para murid yang ternyata dapat berbicara dalam bahasa para pendatang itu. Roh Kudus memberi karunia agar firman dapat dimengerti oleh semua orang. Roh Kudus juga yang dalam perkembangan selanjutnya memberi pelbagai karunia agar umat Tuhan dapat menjalani kehidupannya sesuai dengan kehendak Tuhan dan menjadi saksi di manapun mereka berada.

 

Dalam konteks jemaat metropolis yang sarat potensi tetapi juga tumbuh subur kelompok-kelompok yang ingin eksis ke permukaan, Paulus merinci pelbagai karunia. Karunia-karunia tersebut sejatinya bukan untuk menegaskan siapa yang paling keren dan utama. Bukan! Sebab pada dasarnya karunia-karunia itu dihadirkan Roh Kudus untuk kepentingan bersama (1 Korintus 12:7). Pelbagai karunia itu diberikan oleh Roh yang sama, maka tidak sepantasnya kalau orang mendapatkan karunia tertentu lantas bermegah, sombong! Pada pihak lain, yang merasa diri biasa-biasa saja menjadi minder dan terpuruk.

 

Kenyataannya, sampai hari ini isu tentang keunggulan karunia tertentu tidak pernah surut. Seseorang akan merasa bangga jika bisa melakukan hal-hal spektakuler, ajaib dan dahsyat. Doanya cespleng, langsung dijawab! Perkataannya penuh hikmat dan pengetahuannya luas, apalagi dapat melakukan pelbagai mukjizat dan berbahasa roh! Benar, karena kuasa Roh Kudus orang dapat melakukan perkara ajaib, luar biasa. Namun, apakah karya Roh Kudus tidak tampak dalam perkara-perkara yang dipandang sederhana?

 

Bisa jadi kita pun mendambakan karunia yang ajaib itu. Coba kita telisik dari sekian banyak karunia Roh yang dipaparkan Paulus seberapa membanggakan jika kita mempunyai karunia tertentu. Jawab pertanyaan saya, seberapa bangganya Anda, berikan nilai dengan skala 0 (sangat tidak membanggakan) sampai 10 (luar biasa membanggakan) jika Anda diberi karunia melakukan mukjizat penyembuhan. Anda bisa seperti Ibu Ida Dayak, atau para penyembuh lainnya yang dengan cara ajaib bisa memulihkan penderitaan umat manusia. Hal yang sama lakukan lagi, jika Anda diberi karunia untuk percaya dan beriman.

 

Bisa saja Anda menjawab sama membanggakan. Ada kemungkinan, Anda akan menjawab bahwa karunia mengadakan mukjizat penyembuhan itu lebih membanggakan. Langka! Kalau perkara percaya dan beriman tak terhitung banyaknya. Itu mah hal biasa saja! Ya, kerap kali kita melihat hal-hal biasa tidak membuat kita lebih berbahagia. Padahal, justru lewat hal-hal biasa, Tuhan dapat memakai kita menjadi luar biasa!

 

Kita berdecak kagum ketika melihat seseorang dapat melakukan perkara luar biasa dengan anggota tubuhnya. Dengan tangannya yang terampil seseorang dapat bermain piano, atau gitar, dengan kakinya yang kuat dan lentur seorang ballerina bisa menari dengan mempesona. Kita, menganggap tangan dan kaki kita biasa-biasa saja!

 

Meminjam ilustrasi Rolf Dobelli dalam bukunya The Art The Good Life mari kita telusuri hal-hal yang kita anggap biasa-biasa saja. Mari kita mulai: Sekarang, tutup mata Anda, bayangkan Anda kehilangan tangan kanan Anda. Hanya ada sepenggal daging, bergelayut di bahu Anda – tidak lebih. Bagaimana rasanya? Seberapa sulit hidup Anda hanya dengan satu tangan? Bagaimana dengan makan? Mengetik? Bersepeda? Memeluk seseorang? Sekarang bayangkan Anda juga kehilangan tangan kiri Anda. Tidak ada tangan lagi! Anda tidak bisa mengambil barang, tidak ada sentuhan, tidak ada belaian. Bagaimana rasanya? Lalu bayangkan Anda juga kehilangan penglihatan Anda. Anda masih bisa mendengar, tetapi tidak akan pernah melihat pemandangan lain selain gelap, tidak lagi bisa melihat pasangan Anda, anak-anak Anda, teman-teman Anda. Bagaimana rasanya?

 

Sekarang, kita lanjutkan. Gunakan skala 0 (untuk tidak bahagia secara mendalam) dan skala 10 (benar-benar bahagia) Buka mata, bandingkan dengan keadaan Anda sekarang. Anda masih punya dua tangan, dua kaki dan sepasang mata untuk melihat. Anda menuliskan diangka berapa? Jika Anda seperti kebanyakan orang, persepsi kebahagiaan Anda akan melejit! Anda akan bersyukur dan benar-benar bahagia: masih ada tangan untuk bekerja, memeluk, membelai dan menolong orang. Masih ada kaki yang dapat membawa tubuh ke mana kita mau dan sepasang mata yang dapat melihat keindahan ciptaan Tuhan!

 

Tentu saja Anda tidak harus berpura-pura kehilangan anggota tubuh untuk meningkatkan kebahagiaan. Tentu juga Anda tidak usah mendramatisasi keterbatasan dan kesederhanaan karunia Roh yang dipercayakan kepada Anda. Namun, pikirkanlah lebih mendalam bahwa ada hal-hal yang sering kali kita anggap lumrah; biasa-biasa saja sebenarnya mengandung potensi dahsyat! Karunia Roh yang mungkin dianggap orang sebagai karunia recehan, misalnya percaya dan beriman, pada momen-momen tertentu justru menjadi dahsyat. Bukankah untuk tetap percaya dan beriman pada peristiwa-peristiwa kritis adalah sesuatu yang fenomenal? 

 

Kedua tangan kita yang tampaknya biasa-biasa saja, ketika dipergunakan untuk meraih orang yang terpeleset, menepuk pundak yang berduka, dan menggenggam erat kawan yang sedang frustasi, kehilangan arah, adalah sebuah karunia yang luar biasa? Ketika kedua kaki kita menopang tubuh berjalan ke tempat-tempat di mana orang memerlukan bantuan dan memberitakan damai sejahtera, bukankah hal tersebut merupakan karunia yang sungguh-sungguh nyata? Dan ketika sepasang mata kita dapat melihat keagungan ciptaan Tuhan dan dapat melihat penderitaan anak-anak manusia seperti Yesus melihatnya, bukankah hal itu adalah karunia yang ajaib?

 

Ternyata, ada banyak perkara yang kadung kita anggap biasa-biasa saja, ketika kita memandangnya sebagai karunia Roh dan kita melakukannya dengan memberi sentuhan kasih justru menjadi sarana efektif dalam menyalurkan cinta kasih Allah, menjadi kesaksian otentik natural dan tentu saja yang manusiawi mempunyai nilai surgawi!

 

Hari ini ketika kita merayakan Pentakosta, hari di mana janji Tuhan Yesus digenapi: Roh Kudus dicurahkan, marilah kita menghayati kembali peran kita sebagai murid-murid Kristus dalam memfasilitasi agar Roh Kudus leluasa bekerja di dalam diri kita. Percayalah, bahwa kepada kita masing-masing diberikan karunia secara khusus seperti yang dikehendaki-Nya (1 Korintus 12:12). Jangan sibuk membandingkan dengan karunia orang lain, apalagi jumawa atau iri. Galilah potensi karunia Roh itu, kembangkan dan pakailah dalam keseharian hidup kita. Dengan cara demikian kita dapat mempersembahkan persembahan yang terbaik, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: tubuh kita!

 

 

Jakarta, 25 Mei 2023 Pentakosta, tahun A

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar