Jumat, 18 Oktober 2019

KEGIGIHAN MENGUBAH KEADAAN

Ini cerita tentang Edward Thompson yang diceritakan oleh Vernon Howard dalam bukunya “Secret of Mental Magic”. Kisahnya terjadi di abad silam, dan berlangsung di hutan Yucatan, Meksiko, tepat di sisa-sisa reruntuhan peradaban suku Maya.

Selama bertahun-tahun Edward Thompson tertarik pada peradaban suku Maya yang hilang. Akhirnya ia meninggalkan rumahnya di New England dan pergi berpetualang ke tempat itu guna mencari sesuatu. Ketika dia dan seorang pemandu yang asli Indian menunggang kuda, tiba-tiba terbersit rencana yang menarik: saat tiba nanti di kota suku Maya di Chichen Itza, dia akan memusatkan pencariannya di sekitar Sumur Keramat. Di sana ia yakin bakal menemukan jawaban atas kehidupan manusia yang sangat maju pada zaman purba itu.

Suara pemandu jalan memecah kesunyian. “Itu dia! Di sana, di hadapan kita, Chichen Itza!” Thompson terkejut. Ia memandang lurus, dan terpana, “Kuil yang luar biasa… pilar-pilar yang kokoh … piramida yang tenang … pahatan batu Sang Naga Berbulu, dewa suku Maya!”

Namun yang menarik perhatian Thompson ialah Sumur Keramat. Dia melompat dari kuda dan berlari menuju Sumur Keramat. Sumur ini jauh lebih besar dari yang diduganya. Keliling lingkaran sumur 200 kaki. Dia memandang ke dalam sumur: gelap, berair yang berkedalaman sekitar 60 kaki. Thompson adalah orang yang bertindak cepat. Dia memanggil pemandunya dan berujar, “Kita akan menggalinya. Panggil para penggali dan ambil peralatan!”

Ketika mencidukkan ember ke dalam sumur gelap itu, dua hal tidak diketahui Thompson. Pertama, dia tidak tahu apa yang bakal dia temukan di dasar sumur itu. Kedua, dia tidak yakin akan menemukan sesuatu di dalam Sumur Keramat itu. Namun, itu semua tidaklah penting dibandingkan dengan apa yang dia ketahui, yakni: dia tahu, ada harta karun yang terpendam di sana.

Thompson memulai proyeknya. Mula-mula yang diperoleh hanya lumpur, daun-daun, dan bebatuan. Dalam hatinya Thompson bertanya-tanya, “Apakah pekerjaan ini akan sia-sia saja?” Tetapi, selaku petualang pemberani, dia tetap berjuang. Tekun menggali, mengamati dan menganalisa setiap hasil galian itu. Berhari-hari ia mengamati Sumur Keramat, mencermati tanda-tanda yang menunjukkan adanya harta karun suku Maya. Hari berlalu. Pekan demi pekan berlalu, tetap saja tidak ada barang dan petunjuk berharga yang ia dapat selain puing dan reruntuhan. Kian giat bekerja, kian lama menunggu, tetapi masih belum beroleh apa-apa.

Suatu pagi Thompson memeriksa isi ember yang berasal dari kedalaman Sumur Keramat yang gelap itu. Selain air yang berlumpur, dia tertarik saat melihat sebuah benda aneh, sebuah bulatan berwarna kuning. Tangannya bergetar, dan ia lalu berteriak penuh kemenangan. Seketika udara seolah beraroma wangi. Thompson tersenyum dan mendesah puas. Dia sadar, dia baru saja menemukan harta karun. Benda itu adalah bola pom, wadah dupa yang digunakan oleh suku Maya untuk ritual keagamaan. Sekarang, petualang yang sedang gembira itu meramalkan, takada orang yang kuasa untuk mencegahnya menemukan harta karun.

Ramalannya menjadi kenyataan. Kian banyak Thompson mendapat harta karun dari Sumur Keramat itu. Setiap mereka menemukan benda bersejarah yang memuat kisah kejayaan masa silam. Mereka menemukan sebuah vas berwarna-warni, alat pembakar dupa yang rancangannya rumit, peralatan berbahan tembaga, kapak, dan mata panah. Setelah itu mereka menemukan lonceng emas, perhiasan permata hijau yang sangat indah, ornamen yang gambarnya sangat menawan.

Harta karun dari Sumur Keramat mengubah kehidupan Edward Thompson secara drastis. Ia menjadi orang yang kaya raya. Kegigihannya yang membuatnya menemukan apa yang dia cari.

Apa yang kita cari? Sudahkan kegigihan dan pantang menyerah menolong kita menemukan apa yang kita cari?

Yesus bercerita tentang seorang janda miskin yang terlilit oleh perkara pengadilan. Ia diperlakukan tidak adil, dan tentu saja yang ia cari adalah keadilan! Sayangnya, hakim yang dimintai tolong adalah seorang yang lalim dan tidak ada yang ditakutinya termasuk Allah. Apa yang dilakukan oleh si janda itu untuk mendapatkan keadilan? Janda itu melakukan apa saja untuk menarik perhatian sang hakim. Ia datang (Yun: erchetto, dengan keterangan waktu imperfect yang berarti “janda itu datang terus-menerus) kepada hakim itu. Ini menunjukkan bahwa si janda itu tidak kenal lelah, setiap saat ia menghadap hakim itu. “Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak…” (Lukas 18:4). Entah berapa kali hakim itu menolak menolong perkara si janda tersebut. Namun akhirnya berkat perjuangan yang pantang menyerah itu si hakim menyerah, “Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walau aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku.” (Lukas 18:4b-5). Singkat kata, akhirnya hakim yang lalim itu mengabulkan permohonan si janda tersebut.

Dilihat dari kisah perumpamaan ini, tampaknya hakim yang lalim itu yang menjadi pusat perhatian. Dia digambarkan sebagai seorang yang berkata dalam hatinya (sehingga diketahui apa yang dipikirkannya) dan ia sendiri memberitahukan alasan mengapa akhirnya ia mengabulkan permohonan janda itu. Maka ajaran inti yang mau disampaikan dalam perumpamaan ini adalah: Jika seorang lalim, yang tidak menghormati hukum bahkan tidak takut akan Allah dapat dibujuk untuk bertindak oleh karena kegigihan yang pantang menyerah dari seorang yang lemah (janda miskin), apalagi Allah. Ia pasti akan mengindahkan seruan umat pilihan-Nya. 

Pada pihak lain, perumpamaan ini tidak hendak mengajarkan bahwa Allah mirip seperti hakim itu. Maka kalau mau permohonan kita dikabulkan; merengeklah terus-menerus supaya Allah terganggu. Bukan begitu! Perumpamaan ini memang berbicara dan menekankan perlunya berdoa dengan tekun – bukan berarti juga secara harfiah doa non-stop – dan dengan iman yang penuh pengharapan. Keyakinan itu akan menghantar orang percaya bahwa Allah akan mengabulkan doa-doa mereka.

Yesus mengajarkan agar para murid berdoa tanpa jemu-jemu (Lukas 18:2). Dalam bagian ini, memang benar tidak dikatakan tentang isi atau pokok doa yang harus disampaikan. Tetapi dari konteks perumpamaan ini mudah diterka bahwa yang harus didoakan ialah apa yang diajarkan Yesus sebelumnya, yakni : kedatangan Anak Manusia dan Kerajaan Allah. Ada saatnya, di mana pada saat itu para pengikut Tuhan akan mendapat banyak tantangan, penderitaan dan penganiayaan. Tampaknya, Tuhan membiarkan kondisi ini terjadi. Ketekunan di dalam doa akan menolong umat merasakan bahwa  ada tangan yang tidak kelihatan yang menolong mereka untuk bertahan. Syaratnya adalah “adakah iman di bumi ini?” Dengan kata lain, imanlah yang menolong umat Tuhan untuk terus berdoa dalam pengharapan. 

Kegigihan Edward Thompson telah mengubahnya dari seorang petualang menjadi orang yang kaya raya. Kegigihan si janda telah mengubahnya bukan lagi korban dari ketidakadilan, melainkan pemenang dari perkaranya. Kegigihan kita dalam iman dan doa penuh pengharapan akan mengubah cara pandang kita bahwa dalam kesulitan yang berat sekali pun, kita tidak dibiarkan-Nya bergumul seorang diri. Hanya orang-orang yang terus bertekun dalam imanlah yang mampu merasakan pengalaman eksistensial Allah yang menolong, memelihara, dan mendekapnya dengan kasih sayang. Dengan kondisi seperti ini, setiap orang percaya dapat mengubah keadaan dari dukacita menjadi sukacita, dari ketiadaan pengharapan menjadi manusia-manusia yang optimis penuh pengharapan.

Indonesia Optimis 18 Oktober 2019

1 komentar:

  1. Bingung mau ngapain? mendingan main games online bareng aku?
    cuman DP 20rbu aja kamu bisa dapatkan puluhan juta rupiah lohh?
    kamu bisa dapatkan promo promo yang lagi Hitzz
    yuu buruan segera daftarkan diri kamu
    Hanya di dewalotto
    Link alternatif :
    dewa-lotto.name
    dewa-lotto.com

    BalasHapus