Jumat, 07 November 2014

HIKMAT LEBIH BERHARGA DARI KEPERKASAAN Pengkhotbah 9:13-18

“Hikmat lebih baik dari pada keperkasaan,...”
(Pengkhotbah 9:16)
 
Ada sebuah kota kecil sedang berada dalam  situasi yang genting. Kota itu  diserang dan dikepung oleh seorang raja agung dari sebuah kerajaan besar. Rupanya di dalam kota kecil itu terdapat seorang yang miskin tapi bijaksana.  Berkat hikmatnya, kota itu selamat dari ancaman invasi raja yang kekuatan dan keperkasaannya jauh tanding dibanding kota kecil itu. Berdasarkan kisah itu Pengkhotbah menyimpulkan bahwa hikmat jauh lebih unggul dari keperkasaan sebuah kerajaan besar.

Namun, sangat disayangkan orang miskin yang berhikmat itu kemudian segera dilupakan. Dalam kehidupan ini, kita pun dapat melihat bagaimana orang dengan begitu mudahnya melupakan kebaikan orang lain.  Mungkin Anda adalah seorang yang baik, hidup saleh dan taat kepada firman Tuhan, tetapi secara ekonomi Anda miskin, maka yang terjadi adalah Anda akan sulit diingat oleh keluarga atau pun sesama.   
 
Sifat manusia pada umumnya lebih memperhatikan hal materi ketimbang perkara rohani. Hikmat dunia mengatakan, “Anda boleh tidak berhikmat asal kaya, maka banyak orang mau menjadi teman Anda.” Tetapi apakah yang seperti itu yang dikehendaki Tuhan?  Allah tidak pernah memandang seseorang dari segi penampilan luar, entah itu kekayaan, kepintaran atau pun kedudukannya, tetapi Allah melihat hati yang mengasihi Dia. Di mata Tuhan, orang yang disebut bijaksana adalah orang yang takut akan Tuhan dan mengasihi Dia. Jadi sekalipun kita tidak diingat orang, tetaplah takut akan Tuhan dan melakukan kehendak-Nya karena Tuhan pasti mengingat kita.
 
REFLEKSI:
Percayalah bahwa kekuatan hikmat melampaui tahta dan kuasa.

HIKMAT LEBIH BERHARGA DARI PERMATA Amsal 8:11

“Karena hikmat lebih berharga dari pada permata,...” (Amsal 8:11)

Berapa harga permata termahal? Satu milyar? Satu trilyun? Uop,  ternyata ada yang lebih dari itu. Namanya berlian Koh-I-Noor. Saat ini, Koh-I-Noor merupakan salah satu koleksi permata terbaik milik Kerajaan Inggris. Koh-I-Noor berasal dari India, dari tambang Kollur, di distrik Guntur, Andhra Pradesh. Pertama kalinya, Koh-I-Noor digunakan sebagai salah satu mata untuk arca Dewi yang mereka puja. Lalu, seiring berjalannya masa, batu permata yang berarti "Gunung Cahaya" itu berpindah-pindah tangan, dari satu penguasa ke penguasa lainnya. Sejarah yang berliku berkait keindahan dan kemegahan sang batu permata sepanjang waktu itu, akhirnya diserahkan ke tangan Ratu Inggris oleh Maharajah Lahore. Banyak orang percaya, siapa yang memiliki Koh-I-Noor dia akan menguasai dunia.
            
Dunia memberikan penghargaan tak ternilai terhadap permata Koh-I-Noor. Lalu apakah dengan pernyataan Amsal bahwa hikmat lebih berharga dari permata, kemudian dengan naif kita mengatakan bahwa batu permata itu menjadi tidak berharga? Tentu tidak demikian! Permata itu jelas merupakan benda berharga. Ia tidak kehilangan harganya ketika dimiliki oleh orang percaya. Namun, kini nilai keberhargaannya tidak lebih tinggi daripada hikmat. Mengapa? Jawabnya sederhana: Oleh karena manusia memiliki hikmat, maka ia dapat memberi penghargaan terhadap permata itu! Apalagi jika dengan hikmatnya itu manusia mengenal kehendak Yang Kuasa. Bukankah segala yang ada dijadikan oleh hikmat-Nya, termasuk permata di dalamnya? 



REFLEKSI:
Permata tak pelak lagi merupakan benda berharga. Namun, hikmat lebih berharga dari pada permata!