Bencana hidrometeorologi kembali menyapa beberapa daerah di tanah air. Hampir setiap pergantian musim bencana ini banyak menimbulkan korban jiwa dan kerugian besar. Bencana hidrometeorologi adalah bencana alam yang disebabkan oleh fenomena terkait atmosfer (meteorologi), air (hidrologi), dan lautan (oseanografi). Bencana ini timbul karena pengaruh parameter cuaca seperti curah hujan, kelembaban, temperatur, dan angin sehingga memicu peristiwa seperti banjir, tanah longsor, badai, kekeringan, angin kencang, dan gelombang panas.
Belakangan ini bencana masif terjadi di sebagian Sumatera. Hujan deras di sejumlah daerah di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat beberapa hari terakhir menyebabkan setidaknya 90 orang meninggal dunia dan puluhan lainnya dilaporkan hilang. Seperti diberitakan portal berita BBC News Indonesia yang mengutip pernyataan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), hujan deras yang menyebabkan banjir besar dan longsor di banyak tempat itu disebabkan Siklon Senyar. Ini peristiwa langka yang hampir tak pernah terjadi di daerah khatulistiwa!
Namun, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menilai bahwa yang memperparah bencana itu adalah maraknya industri ekstraktif yang menyebabkan dampak hujan ekstrem. Industri ekstraktif adalah jenis industri yang mengambil atau mengekstrak bahan baku langsung dari alam, seperti mineral, minyak bumi, gas alam, kayu, atau hasil perikanan untuk kemudian diolah menjadi produk yang bernilai tambah. Ciri-ciri utama industri ini adalah: mengandalkan sumber daya alam sebagai bahan baku utama, beroperasi di lokasi kaya sumber daya alam dengan proses eksplorasi, penggalian, atau penangkapan. Sementara peneliti Limnologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Fakhrudin, menyebut bahwa pembangunan yang masif turut memperparah efek hujan ekstrem, karena membuat sungai menjadi dangkal dan berubah bentuk!
Benar, bencana terjadi karena ada faktor fenomena alam yang tidak bisa diantisipasi dengan baik. Namun di sisi lain, ada ulah manusia yang cenderung mengeksploitasi alam, serakah dan tidak peduli dengan tanda-tanda yang diperingatkan oleh alam itu sendiri.
Bencana hidrometeorologi mengingatkan kita pada peristiwa air bah zaman Nabi Nuh. Bukan hanya air bah selama 150 hari yang melenyapkan sebagian besar makhluk hidup pada zaman itu. Namun, di balik itu ada kehidupan yang tidak peduli dengan etika dan dosa. “Sebagaimana pada zaman sebelum air bah itu mereka makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai pada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, dan mereka tidak tahu apa-apa, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua,…” (Matius 24:38,39). Orang-orang pada zaman generasi Nuh menjadi contoh dari kehidupan yang hanya memikirkan kepuasan sesaat. Mereka melakukan apa yang umumnya dilakukan untuk hidup bersenang-senang, nikmat, nyaman dan semua nafsu badani dapat tersalurkan. Cara hidup inilah yang membuat mereka lupa diri, mereka terbuai dan tidur dengan mimpi-mimpi hedonis.
Yesus memakai generasi Nuh sebagai contoh dari kebanyakan orang yang terlena dengan mengejar kepuasan sesaat. Di ujungnya mereka harus membayar mahal! Yesus mengingatkan bahwa kedatangan-Nya kembali tidak mungkin dapat diprediksi oleh siapa pun. Maka tidak cukuplah siap siaga pada saat-saat tertentu saja. Diperlukan sikap waspada dan siap sedia yang terus-menerus. Caranya? tidak ada cara lain kecuali; mengarahkan segenap hati, akal budi dan hasrat kita kepada Tuhan. Sehingga, kita akan mampu melihat kehadiran-Nya bahkan di saat orang lain tidak menduganya.
Untuk menghantar kita dapat menyambut kehadiran-Nya secara final, sikap siap siaga yang terus-menerus akan menolong kita melihat bentuk kehadiran-Nya dalam diri orang-orang hina, papa dan tersisih. Bukankah mereka ada di sekitar kita? Dan bukankah Yesus juga mengingatkan bahwa siapa pun yang melayani orang-orang yang demikian itu berarti melayani-Nya juga?
Bangun dan bergeraklah! Bangun dari mimpi-mimpi hedonis yang membuat kita terlena; tidak peduli dengan kerusakan alam, tidak peduli dengan penderitaan sesama anak manusia. Bangun dari mengasihani diri sendiri dan pandanglah betapa banyaknya kesempatan terbuka di depan kita untuk melakukan banyak karya yang baik!
Yesaya mengajak bangsanya bangun dengan cara, “Mereka akan menempa pedang-pedang menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang melawan bangsa lain, dan mereka tidak akan lagi belajar perang.” (Yesaya 2:4). Yesaya mengungkapkan bahwa semua senjata peperangan akan diubah menjadi alat-alat pertanian yang akan memberi mereka kenyang. Ini menandai era baru bahwa manusia mengakhiri permusuhan. Secara simbolik, perubahan pedang (alat pembunuh) menjadi bajak (alat mencangkul tanah) menandakan pembalikan Yoel 3:10 (bajak menjadi pedang), yang menggambarkan akhir zaman damai di dalam Kerajaan Mesias!
Bangun dan bergeraklah! Kita diajak berada dalam arus ini. Bukan arus keserakahan dan ketamakan yang mempertajam pertikaian, permusuhan, dan perang! Melainkan, upaya-upaya untuk mewujudkan damai sejahtera. Bencana akan segera berakhir apabila kita bersedia mengubah “mata pedang” menjadi “bajak”. Mengubah keegoisan menjadi sikap altruis yang peduli terhadap kebutuhan dan penderitaan sesama. Hutan, sungai, gunung, lautan, dan hasil bumi lainnya tidak akan menjadi bencana jika kita menggunakannya secukupnya!
Bangun dan bergeraklah menyongsong kedatangan-Nya dengan cara mengubah perilaku jahat dengan perilaku yang baik. Meminjam catatan Paulus, “Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan bermabuk-mabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati. Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus dan jangan pedulikan lagi keinginan-keinginan daging.” (Roma 13:13-14). Beginilah cara orang Kristen bangun dan bergerak!
Hari Tuhan, akhir zaman, atau kedatangan Kristus kembali bukan melulu azab mengerikan melainkan saatnya kita menyambut dengan gembira seperti seorang anak yang merindukan ayahnya pulang. Ia menantikan dengan membuat berbagai karya yang disukai ayahnya. Dan tentu saja ia sangat menginginkan ayahnya segera datang!
Jakarta, 28 November 2025 Minggu Adven I tahun A