Bukan hambatan yang dapat menghentikanmu, tetapi ketakutanmu! Ada benarnya ungkapan tersebut. Ketakutan bukan saja dapat menghentikan langkah, jauh dari itu mematikan kita! Ketakutan membuat seseorang menjadi tidak berdaya karena beberapa alasan;
Ketika seseorang dilanda ketakutan, tubuhnya akan merespons dengan melepaskan hormon stres seperti adrenalin dan kortisol. Ini menimbulkan gejala fisik seperti jantung berdebar, nafas cepat, dan tremor disertai gugup, yang membuat seseorang tidak dapat mengendalikan diri dan tidak berdaya. Selain gejala fisik, ketakutan juga dapat menggiring pikiran ke arah negatif dan katastrofik. Katastrofik adalah gambaran pikiran atau situasi yang sangat buruk. Ini adalah pola pikir berlebihan dan tidak realistis tentang kemungkinan terburuk. Ketika ada dilanda ketakutan dan menjurus pada katastrofik, maka yang ada dalam benak Anda adalah sebuah kondisi yang sangat buruk. Banyak orang mendengar vonis dokter tentang sakit yang dideritanya kemudian masuk dalam perangkap ini; sakit ini akan mengantarku pada gerbang kematian! Atau ketika mengalami kemunduran dalam bisnisnya, segera akan berpikir: tak lama lagi perusahanku akan bangkrut!
Contoh lain dari pikiran katastrofik, “Jika saya tidak dapat melewati ujian ini, maka saya tidak akan pernah mendapatkan pekerjaan yang baik!” Atau, “Jika saya mengalami kecelakaan, saya tidak akan pernah bisa pulih lagi. Over thinking ekstrem! Ya, setiap orang dapat dihinggapi ketakutan seperti ini sehingga mempengaruhi kemampuannya untuk berpikir realistis, bertindak normal dan membuat keputusan rasional.
Salah satu indikasi yang dapat kita lihat dari orang yang sedang dikuasai oleh ketakutan ialah: upaya menghidar dari sumber ketakutan itu. Ia akan menutup diri dari pelbagai kemungkinan terhubung dengan apa yang mengancamnya. Ketika Anda takut dengan seseorang, Anda akan menutup diri bahkan Anda tidak enggan membayangkan wajahnya sekalipun. Anda akan memilih memutar jalan, meskipun jauh demi menghindari lewat depan rumahnya!
Meski Maria Magdalena yang telah berjumpa dengan Yesus yang bangkit itu menceritakan dengan teramat jelas, namun tampaknya tidak membuat para murid antusias dan menjadikannya sebagai bahan bakar yang dapat membakar segala ketakutan mereka. Mereka bergeming mengunci diri. “… berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi…”(Yohanes 20:19). Injil Yohanes mencatat dengan jelas alasan para murid mengunci diri tidak lain karena takut!
Ketakutan yang melanda para murid melumpuhkan ingatan mereka tentang perkataan Yesus ketika masih di Galilea bahwa Anak Manusia harus menderita sengsara, mati dan pada hari ketiga bangkit kembali. Ketakutan membuat mereka menyimpulkan bahwa kabar yang dibawa oleh para perempuan yang pergi ke kubur Yesus hanyalah omong kosong. Ketakutan membuat mereka tidak dapat mencerna warta kebangkitan yang disampaikan oleh Maria Magdalena. Dan, ketakutan membuat mereka terpasung dalam kamar yang terkunci itu!
Namun, bukankah ini tidak berlebihan? Trauma mendalam yang mereka alami dan rasakan adalah nyata buat mereka! Ya, inilah kerapuhan manusia. Titik nadir manusia ketika kehilangan asa dan daya, terperangkap oleh katastrofik kronis. Bukankah setiap orang dapat dan berpotensi mengalaminya? Tepat, setiap orang tidak ada yang bebas dari kondisi ini. Manusiawi!
Tepat di titik nadir katastrofik Yesus yang bangkit itu hadir. Ia menembus pintu yang terkunci itu. Ia hadir membawa syalom alaikhem! Damai sejahtera yang dibawa-Nya justru di tengah-tengah situasi murid-murid yang sedang lumpuh, tidak berdaya. Ia tidak mencela Petrus yang sebelumnya dengan gagah berani pasang badan untuk Yesus yang akan ditangkap namun berubah menjadi pengecut sebelum ayam berkokok. Sorot mata-Nya tidak menghakimi Yohanes dan Yakobus yang pernah meminta untuk duduk di sebelah kanan dan kiri-Nya. Tatapan-Nya bukan tatapan sinis terhadap semua murid lainnya yang kocar-kacir ketika Ia seorang diri diadili, didera dan disalibkan.
Tatapan-Nya pastilah sejalan dengan damai sejahtera yang diucapkan-Nya. Teduh, penuh kasih dan membangkitkan pengharapan! Para murid yang terluka oleh sengat maut itu dipulihkan-Nya, bukan dengan menunjukkan keperkasaan bahwa Ia telah mengalahkan maut. Namun, Ia menunjukkan luka-luka bekas paku dan lubang di lambung bekas tusukan tombak itu. Seolah Yesus menunjukkan, ini Aku yang tersalib itu, orang yang sama. Ya, sama seperti kalian yang bisa terluka. Luka-luka inilah yang dulu oleh Yesaya disebut, oleh bilur-bilurnya kamu sembuh!
Yesus memulihkan para murid dengan salam damai sejahtera, menunjukkan luka-luka-Nya dan menghembusi mereka dengan Roh Kudus. Ini semua dilakukan-Nya agar sama seperti diri-Nya: bangkit! Ya, bangkit dari keterpurukan, bangkit dari katastrofik, menggunakan segala potensi mereka untuk meneruskan karya-Nya di muka bumi ini. Menjadi saksi kebangkitan-Nya, menabur iman Paskah!
Benar saja, perlahan tapi pasti para murid dipulihkan dan mereka benar-benar bangkit. Pintu yang terkunci itu pada akhirnya dibuka. Yerusalem yang mengancam mereka kini mereka hadapi. Farisi, Mahkamah Agama, dan para imam bukanlah orang atau pihak-pihak yang layak untuk ditakuti, “Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia” (Kisah Para Rasul 5:29) dengan lantang Petrus yang telah dipulihkan itu membela dan memberitakan iman Paskah!
Yesus tahu ketakutan Anda. Yesus mengerti katastrofik Anda. Sama seperti kepada para murid-Nya, Ia tidak pernah menghakimi atau mencela. Yang Yesus lakukan adalah memulihkan. Ia ingin Anda pulih! Ingatlah akan luka-luka-Nya itu. Bila saat ini Anda sedang mengunci diri, takut dan muak akan tipu daya orang-orang di sekitar Anda. Bila Anda merasa terancam, tidak satu pun orang peduli dengan dirimu. Ingat, ada satu nama yang peduli. Ia yang telah terluka dan tertikam oleh karena dosa dan kesalahan kita. Ya, nama itu adalah Yesus! Izinkan Dia menghembusimu dengan Roh-Nya yang Kudus. Bukalah hatimu untuk menyimak kebenaran yang dibisikkan-Nya. Teguhkan hatimu bahwa Dia memberi kekuatan untuk melanjutkan karyamu, menapaki masa depanmu hingga baru seperti pada burung rajawali!
Kini, setelah Anda dapat mengenyahkan ketakutan dan fajar kebangkitan itu merasuk dalam qalbumu, Yesus yang sama mengajak melihat sekelilingmu. Ternyata, masih banyak orang yang terpuruk dalam kecewa, kegagalan dan ketakutan. Ternyata banyak sekali orang-orang yang tidak tahu untuk apa mereka hidup selain makan dan rutinitas yang membelenggu. Pemulihan dan kuasa Roh yang kamu terima lebih dari cukup untuk menyatakan cinta-Nya, meneruskan karya-Nya. Ingat, syalom yang dulu Yesus bawa bukan ketika para murid dalam keadaan baik-baik saja. Kini, Ia ingin Anda membawa syalom itu juga kepada mereka yang tidak sedang dalam keadaan baik-baik saja. Bersaksilah terus sampai Ia datang kembali!
Jakarta, 24 April 2025, Minggu Paskah II Tahun C