Garam dan terang; baik dulu mau sekarang sangat akrab dengan kehidupan
manusia. Tak perlu teori ilmiah dan definisi-definisi rumit untuk menjelaskan
apa, bagaimana serta fungsi dari garam dan terang. Setiap orang pasti
mengetahuinya! Sesederhana itu Yesus mengajar dan semudah itu Dia menjelaskan
bahwa setiap pengikut-Nya harus mempunyai fungsi yang bermanfaat bagi kehidupan
di dunia ini. Setelah memaparkan Ucapan Bahagia (Matius 5: 1-12) yang
ditujukkan kepada para pendengar-Nya, kini ucapan tentang “garam” dan “terang”
itu dijukkan kepada mereka juga.
Yesus menyatakan bahwa mereka adalah garam dan terang dunia. Perhatikan
kalimat yang dikatakan Yesus ini. Kepada mereka tidak dijanjikan bahwa mereka kelak
akan menjadi garam dan terang dunia. Kepada mereka tidak juga Yesus meminta
supaya menjadi garam dan terang dunia. Namun, kepada mereka dinyatakan bahwa
mereka – hari ini dan senyatanya – adalah garam dan terang dunia! Garam dan
terang bukanlah sesuatu yang terjadi kelak di masa depan. Namun, sejak mereka
mendengar suara-Nya, melihat contoh dan prilaku-Nya, sejak saat itu pula
senyatanya mereka adalah garam dan terang. Kini, tinggal pilihan mereka: mau
atau tidak!
Pernyataan Yesus ini tentu mengandung implikasi dan harapan. Harapannya agar
para murid dapat memancarkan terang yang mereka sudah dapatkan dari Terang yang
sesungguhnya itu, yakni supaya orang melihat perbuatan mereka yang baik dan
memuliakan Bapa di sorga. Terang tidak boleh disembunyikan di bawah gantang,
melainkan dinyatakan supaya dialami oleh banyak orang orang. Jelas hal ini
membutuhkan keberanian.
Garam dan terang dibutuhkan manusia lebih karena fungsinya dan bukan
bentuknya. Garam dan terang berfungsi memberi pengaruh, yang pertama pengaruh
rasa dan yang kedua kejelasan supaya orang bisa melihat. Jadi bukan sebaliknya,
terpengaruh atau dipengaruhi oleh unsur-unsur duniawi. Yesus menyatakan bahwa
murid-murid-Nya adalah “garam” dan “terang” dalam hal ini konteksnya tidak
menekankan pada pemberitaan Injil secara verbal, melainkan dalam hal
perbuatan-perbuatan mereka (Mat.5:16). Bukan berarti pemberitaan Injil secara
verbal itu tidak perlu. Perlu! Namun, ada saatnya. Tetapi berkaitan dengan “garam”
dan “terang” Yesus sedang meminta agar Injil yang mereka dengar dan lihat dapat
menghasilkan buah, yakni melalui perbuatan-perbuatan mereka.
Banyak orang berfikir, memberi pengaruh – dalam hal ini menjadi “garam”
dan “terang” – itu berarti dapat mengubah dunia. Sering kali orang berpikir
ingin mengubah dunia, namun tak seorang pun sadar dan berfikir untuk merubah
dirinya,” demikian kata Leo Tolstoy seorang teolog dan novelis asal Rusia. Tak
pelak lagi, semangat inilah yang ada dalam setiap orang percaya ketika membaca pengajaran
tentang garam dan terang dunia. Lalu dari mana kita mulai? Ada baiknya ucapan
Leo Tolstoy menjadi bahan refleksi kita. Sebelum kita mengubah dunia, kita
harus terlebih dahulu mengubah diri kita. Untuk memulai semua itu, kita tidak
harus memiliki semuanya. Kita tidak harus memiliki gelar doktor dulu untuk
memulai bekerja lebih baik. Kita tidak harus berfilsafat seperti Sokrates,
Plato dan Aristoteles agar dapat berfikir lebih baik. Kita juga tidak harus
menguasai doktrin-doktrin ekonom Adam Smith untuk bisa berbisnis lebih baik. Kita
hanya perlu keteguhan hati, komitmen dan keberanian yang membara untuk terus
berjuang pantang menyerah mengerjakan apa yang kita yakini sebagai kebenaran.
Sebuah kesaksian menarik diceritakan oleh John Wooden (1910-2010) kepada
James Bryan Smith. Wooden adalah seorang pelatih basket UCLA legendaris, ia
memiliki banyak rekor yang sulit ditandingi orang lain. Dia memenangi sepuluh
kejuaraan basket NCAA. Bahkan pernah dalam satu musim, ia berhasil membawa
timnya memenangi delan puluh delapan kali pertandingan berturut-turut. Wooden
telah melatih beberapa pemain ternama seperti Bill Walton dan Kareem Abdul
Jabbar. Dunia mengakui bahwa ia bukan hanya sebagai pelatih basket terbaik
sepanjang masa tetapi juga sebagai seorang pelatih olah raga sepanjang masa dan
inspirator legendaris. Hingga di penghujung hidupnya para mantan pemainnya
masih meneleponnya, mengakuinya sebagai inspirator yang mengubah hidup mereka,
kebanyakan dari mereka berterima kasih dan bersyukur telah mengenal Pak tua
Wooden. Mereka menyukuri oleh karena dampak yang telah Wooden berikan kepada
mereka, bukan hanya prestasi olah raga tepai juga nilai-nilai kehidupan!
Wooden mengatakan bahwa karakter hidupnya terbentuk matang sejak 1935
ketika ia berumur dua puluh lima tahun. “Saya berkomitmen untuk menghidupi
beberapa prinsip, dan hingga kini saya tidak lepas dari prinsip-prinsip
tersebut. Prinsip-prinsip ini berdasarkan Alkitab dan khususnya pengajaran
Yesus. Prisnsip-prinsip itu, antara lain: keberanian, kejujuran, kerja keras,
karakter dan kesetiaan serta kebajikan dan kehormatan – inilah yang mendasari
kehidupan yang baik,” katanya.
Wooden telah menemukan cara terbaik untuk hidup dan ia menghidupinya
setiap hari, jadi bukan hanya sekedar teori. Ia jatuh cinta dan tetap setia
kepada Nellie, istrinya sampai akhir hidupnya sehingga melalui kehidupan mereka
orang bisa melihat apa itu cinta sejati. Dia mengerjakan hal-hal kecil dengan
baik dan itu ia tularkan kepada anak didiknya. Dia selalu meminta kepada para
pemain asuhannya untuk menghargai para pemain yang mengumpan kepada mereka
ketika mereka mencetak angka. Kebiasaan menunjuk kepada pemain yang memberi
umpan setelah mencetak angka dimulai dari UCLA. Wooden mengatakan kepada para
pemainnya, “Disiplinkan dirimu agar yang lain tidak perlu mendisiplinkanmu.
Jangan pernah berbohong, jangan pernah curang, jangan pernah mencuri. Nikmati
upayamu dan percaya dirilah”
John Wooden memiliki kehidupan yang luar biasa dengan mengerjakan apa
yang biasa tetapi dengan cara yang berbeda dari kebanyakan orang. Cintanya
kepada isterinya dan kepada Yesus bak sinar memenuhi ruangan. Senyumnya
menular, dia mudah tertawa dan benar-benar rendah hati. Dia berbahagia karena bisa hidup dan dapat melihat anak
serta cucunya. Pengaruhnya sungguh terasa tidak hanya di tempat di mana ia
berada tetapi juga sampai ke ujung dunia ketika orang mulai serius bermain bola
basket. Bahkan, ketika ia telah tiada pun karakternya sangat berpengaruh bagi
dunia!
Abraham Maslow pernah mengatakan bahwa musisi harus menciptakan musik,
pelukis harus melukis, dan seorang penyair harus menulis, jika Anda ingin
berdamai dengan diri sendiri. Kini, siapakah Anda? Jika Anda seorang pedagang,
maka berdaganglah berdaganglah dengan baik, jangan pernah menipu orang lain.
Jika Anda seorang dokter, tolonglah sesama untuk mengatasi penderitaannya,
jangan jadikan profesi mulia itu hanya sekedar untuk mencari uang. Jika Anda
jadi polisi, jaksa, hakim, pejabat pemerintah, pendeta dan apa pun juga,
hidupilah dengan prisnsip bahwa Anda adalah garam dan terang yang harus
mendatangkan kebaikan bagi orang-orang di sekitar Anda.
Sederhana ajaran yang disampaikan Yesus. Sesederhana garam dan terang!
Mengapa sering menjadi sulit? Oleh karena kita membawa misi kita sendiri,
yakni: “Bagaimana aku dapat meraih apa yang menjadi nafsu keinginanku!” Dan
misi lain, “Bagaimana caranya supaya akulah yang menjadi tenar dan bersinar!”