Jika Anda pernah berada di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD), hampir dipastikan Anda akan menyaksikan atau mendengar keluhan-keluhan pasien atau keluarganya yang merasa bahwa pelayanan rumah sakit kurang cepat, tidak mengerti kegawatan pasien, dan merasa waktu berjalan begitu lama. Pada umumnya setiap orang yang sedang dalam kondisi sakit, apalagi dalam keadaan kritis menginginkan agar dapat ditangani dengan baik dan secepat mungkin. Seolah-olah dirinya dan anggota keluarganya saja yang paling genting dan harus didahulukan untuk mendapatkan pelayanan.
Merasa diri harus paling didahulukan ini sejajar dengan orang yang sedang dalam kesusahan. Seolah hanya dirinyalah orang yang paling menderita, yang paling malang. Oleh karena itu perasaannya menjadi sensitif. Baperan! Mudah tersinggung, menyalahkan orang atau pihak lain dan menyalahkan keadaan bahkan menyalahkan Tuhan. Tanpa sadar, kondisi seperti ini alih-alih bertambah baik, justru semakin terjerembab pada lembah nestapa.
Injil yang kita baca hari ini mengajar kita untuk keluar dari sikap yang negatif ketika berada dalam kondisi sulit. Markus 5:21-43 berisi jalinan dua kisah orang-orang yang berada dalam situasi sulit bahkan kritis. Keduanya terlibat dalam tempat dan waktu yang hampir bersamaan. Yairus, seorang ayah yang dihormati sebagai kepala rumah ibadat datang kepada Yesus di pantai Danau Galilea, beberapa hari setelah Yesus kembali dari daerah orang Gadara di seberang Danau Galilea. Pada saat yang sama, seorang perempuan yang tersingkir dalam ketidakberdayaan karena sakit pendarahan mencari kesembuhan kepada Yesus juga. Yang satu meminta secara terbuka, yang lain - karena tabu kenajisan - harus mendekati-Nya secara tersembunyi.
Kedua kejadian itu terjalin. Tetapi tampaknya juga keduanya saling menghambat - tentu saja bukan disengaja. Bayangkan Anda sebagai Yairus, seorang ayah yang begitu mencintai putrinya. Putrinya tidak berdaya, sakit. Kritis! satu-satunya harapan hanya pada Yesus. Ia sudah mendapatkan-Nya dan Yesus bersedia untuk datang ke rumahnya. Harapan! Namun, dalam kondisi kegentingan ini, di tengah jalan ada seorang perempuan yang sudah dua belas tahun sakit pendarahan “menghambat” kecepatan Yesus untuk sampai ke rumahnya. Ditambah orang banyak yang berbondong-bondong berada di sekeliling Yesus. Bisa jadi Anda akan jengkel dan marah. Apalagi, di tengah perjalanan yang terhambat itu, menurut catatan Markus 5:35, seorang pegawai Yairus datang dan menyampaikan berita duka. Putrinya sudah meninggal, karena itu ia mengajukan pertanyaan, “Apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?”
Selama masih ada nyawa, selama itu orang masih boleh berharap dan Yesus dapat diminta dengan sangat supaya buru-buru datang. Mungkinkah Yesus masih sempat menyembuhkan putrinya itu seandainya tidak ada perempuan yang menjamah jumbai jubah Yesus agar ia disembuhkan? Sangat mungkin andai kata Yesus tidak membuka dialog, putri Yairus itu masih keburu untuk ditolong!
Terjadilah penundaan, lalu datang kematian! Apakah Tuhan datang terlambat? Dan harapan itu telah direnggut oleh kematian? Ternyata tidak! Yesus sendiri meneguhkan agar Yairus tidak gentar dan tetap percaya. Iman sangat dekat dengan harapan. Orang beriman adalah mereka yang selalu punya harapan di tengah-tengah situasi di mana sudah tidak ada lagi pengharan. Kematian! Iman berarti bahwa kematian pun tidak menghilangkan harapan bahwa Allah “bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup” (Markus 12:27)
Yesus berkata kepada perempuan itu, “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu! Kepada Yairus, “Jangan takut, percaya saja”. Dengan sengaja Yesus mengaitkan iman yang dinyatakan di muka umum dan iman yang diminta di depan umum. Orang banyak yang melihat kekuatan iman itu, langsung dipanggil juga bersama dengan Yairus untuk percaya kepada Yesus. Itu sudah cukup. Satu-satunya yang diperlukan: percaya kepada Yesus. Itu cukup, tidak hanya bagi kehidupan (dalam hal ini kehidupan perempuan yang sakit pendarahan), tetapi juga di waktu mati (kematian putri Yairus), untuk hidup dan mati, cukup kita percaya kepada Yesus.
Kepada perempuan itu, Yesus mengatakan bahwa imannya telah menyelamatkannya. Dalam kasus anak Yairus, peranan iman itu dinyatakan Yesus sebelumnya, “Percaya saja!” Dari pernyataan Yesus jelaslah iman merupakan faktor utama dalam menyelesaikan masalah yang tidak mudah. Iman itu meski berada di “dalam” diri seseorang, akan terlihat dari tindakan yang dilakukan orang tersebut. Karena imannya, perempuan itu menjamah jumbai jubah Yesus. Karena imannya, Yairus melakukan saja apa yang diminta Yesus.
Iman kedua orang ini sangat jelas terlihat dari tindakannya. Mereka tidak menyerah di tengah banyaknya orang berbondong-bondong di sekitar Yesus. Mereka terus berjuang walau pun diperhadapkan dengan kondisi yang sangat sulit.
Belajar dari perempuan yang dua belas tahun sakit pendarahan dan Yairus, maka iman itu tercermin dari tindakan mereka yang tidak kenal menyerah. Bagaimana dengan iman kita? Apakah tercermin dari tindakan atau usaha kita yang tidak gampang menyerah meski kondisi yang menurut orang banyak tidak mungkin?
“Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya selalu baru tiap pagi; besar kesetian-Mu!” (Ratapan 3:22-23). Ayat ini tentu saja banyak diingat orang bahkan kita terbiasa melantunkan syair yang berdasarkan ayat ini. Namun, tahukah Anda dalam konteks seperti apa ayat ini disampaikan Nabi Yeremia? Ya, sesuai namanya kitab “Ratapan”, mestinya berisi kelu kesah dan deraian air mata. Benar, situasi zaman itu, umat Allah hidup dalam penderitaan. Sebagai umat pilihan Allah, kini mereka menjadi bangsa pesakitan, umat buangan di Babel. Namun, meskipun demikian, sang nabi dapat melihat bahwa di tengah-tengah situasi suram, nyaris tanpa harapan, ia masih bisa melihat kasih setia Tuhan yang selalu baru setiap pagi.
Situasi suram bisa menghinggapi siapa saja tanpa kecuali. Hanya orang-orang yang berimanlah yang dapat melihat kasih Tuhan di tengah pusaran kemelut dan berjuang terus untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik!
Jakarta, 11 Juni 2021