Jumat, 07 November 2014

KASIH MELAMPAUI SEGALA SESUATU 1 Korintus 13:1-13

“Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap;...”
(1 Korintus 13:8)
 
Alkisah ada seorang raja muda yang pandai. Ia memerintahkan semua mahaguru terkemuka dalam kerajaannya untuk berkumpul dan menuliskan semua hikmat dan kebijaksanaan di dunia ini. Mereka mengerjakannya. Menakjubkan, setelah empat puluh tahun bekerja mereka telah menghasilkan ribuan buku tentang hikmat. Raja itu kini berumur enam puluh tahun. “Saya tidak mungkin lagi membaca ribuan buku ini, sekarang ringkaskan dasar-dasar hikmat itu!”

            Setelah sepuluh tahun bekerja, berhasil meringkas buku-buku hikmat itu dalam satu jilid saja. “Itu masih terlalu banyak”, kata sang raja “saya sudah berusia tujuh puluh tahun. Peraslah semua kebijaksanaan itu ke dalam inti yang paling dasariah!” Maka orang-orang bijak itu mencoba lagi memeras inti hikmat itu. Pada waktu raja berbaring di tempat tidur menjelang kematiannya, pemimpin kelompok mahaguru hikmat itu menyampaikan hasil akhir seluruh ringkasan hikmat. Ia menyampaikan kepada raja, “Manusia hidup, lalu menderita, kemudian mati. Satu-satunya hal yang dapat bertahan adalah cinta!”

            Cinta kasih adalah kekal! Setelah uraian panjang lebar mengenai pelbagai karunia, Paulus tiba pada satu hal pokok yang mendasar dalam kehidupan manusia, yakni kasih. Nubuat akan berakhir, bahasa roh akan berhenti dan mengetahuan akan lenyap, namun kasih akan tetap ada. Apa yang kita kejar sekarang? Pelbagai macam karunia? Ilmu pengetahuan dan kepandaian? Popularitas? Ingatlah semua akan lenyap di telan waktu, hanya kasih yang punya nilai abadi.
 
REFLEKSI:
Carilah apa yang kekal dan bukan yang fana. Kasih adalah kekal! 

HIKMAT LEBIH BERHARGA DARI KEPERKASAAN Pengkhotbah 9:13-18

“Hikmat lebih baik dari pada keperkasaan,...”
(Pengkhotbah 9:16)
 
Ada sebuah kota kecil sedang berada dalam  situasi yang genting. Kota itu  diserang dan dikepung oleh seorang raja agung dari sebuah kerajaan besar. Rupanya di dalam kota kecil itu terdapat seorang yang miskin tapi bijaksana.  Berkat hikmatnya, kota itu selamat dari ancaman invasi raja yang kekuatan dan keperkasaannya jauh tanding dibanding kota kecil itu. Berdasarkan kisah itu Pengkhotbah menyimpulkan bahwa hikmat jauh lebih unggul dari keperkasaan sebuah kerajaan besar.

Namun, sangat disayangkan orang miskin yang berhikmat itu kemudian segera dilupakan. Dalam kehidupan ini, kita pun dapat melihat bagaimana orang dengan begitu mudahnya melupakan kebaikan orang lain.  Mungkin Anda adalah seorang yang baik, hidup saleh dan taat kepada firman Tuhan, tetapi secara ekonomi Anda miskin, maka yang terjadi adalah Anda akan sulit diingat oleh keluarga atau pun sesama.   
 
Sifat manusia pada umumnya lebih memperhatikan hal materi ketimbang perkara rohani. Hikmat dunia mengatakan, “Anda boleh tidak berhikmat asal kaya, maka banyak orang mau menjadi teman Anda.” Tetapi apakah yang seperti itu yang dikehendaki Tuhan?  Allah tidak pernah memandang seseorang dari segi penampilan luar, entah itu kekayaan, kepintaran atau pun kedudukannya, tetapi Allah melihat hati yang mengasihi Dia. Di mata Tuhan, orang yang disebut bijaksana adalah orang yang takut akan Tuhan dan mengasihi Dia. Jadi sekalipun kita tidak diingat orang, tetaplah takut akan Tuhan dan melakukan kehendak-Nya karena Tuhan pasti mengingat kita.
 
REFLEKSI:
Percayalah bahwa kekuatan hikmat melampaui tahta dan kuasa.