Jumat, 30 Mei 2025

DIPERSATUKAN UNTUK DIUTUS

Apollo, atau tepatnya Apollo 11 adalah nama pesawat antariksa yang membawa Neil Amstrong dan Buzz Aldrin menjadi orang pertama yang mendarat di Bulan pada 1969. Jagat raya pada waktu itu gempar! Namun, tahukah Anda tentang Apollo? Apollo adalah salah satu dewa utama dalam mitologi Yunani. Ia adalah dewa matahari, musik, puisi, ramalan, pengobatan dan banyak lagi yang lainnya. Bak Tuhan! Dewa Apollo adalah anak dari mahadewa Zeus dan Leto, dan saudara kembarnya Artemis. Ia dikenal sakti mandra guna karena berhasil membunuh Python yang telah menghancurkan Delfos. Maka tidak heran kalau namanya begitu diagungkan dan sekaligus menjadi pelindung kota Delfos. Kuilnya sangat megah dan pengaruhnya mendunia!

 

Kuil Dewa Apollo di Delfos mempunyai peran penting – kalau tidak mau dikatakan teramat penting – bagi kehidupan keagamaan, sosial, budaya dan politik di Yunani kuno. Nubuat-nubuat, atau tepatnya ramalan-ramalan yang diberikan oleh Pythia sering kali berpengaruh kuat bagi geo politik Yunani dan sekitarnya. O’ iya, Pythia adalah seorang imam perempuan yang dipercaya mempunyai hubungan istimewa dengan Apollo. Ia dipercaya dapat berkomunikasi langsung, meminta nasihat dan ramalan untuk masa depan kehidupan kepada Apollo.

 

Sejak lama, Delfos menjadi salah satu kiblat kehidupan agama dan politik Yunani. Keyakinan bahwa Apollo sebagai dewa pelindung, begitu kuat sehingga ritus-ritus pengurbanan kambing dan domba menyemarakkan kehidupan agama mereka. Pengaruh politik sangat terasa oleh karena ramalan-ramalan yang disampaikan oleh Pythia sangat menentukan keputusan untuk berperang atau tidak, untuk membentuk aliansi atau konfrontasi. Legitimasi dan wangsit Kuil Apollo di Delfos dapat menentukan siapa yang menjadi penguasa Yunani kuno!

 

Selain itu, Kuil Apollo di Delfos telah menjadi semacam pusat budaya di mana terjadi pertukaran tentang gagasan, seni, arsitektur, dan sastra. Tak dapat dipungkiri kultus Apollo di Delfos merupakan situs keagamaan paling penting pada zaman Yunani kuno!

 

Meskipun Kuil Apollo terletak di lereng Gunung Parnassus yang letaknya sekitar 340 Km dari Filipi di Makedonia Timur, lantaran begitu kuatnya pemujaan terhadap Apollo, maka tidaklah mengherankan jika Filipi yang merupakan “Roma Kecil” ini sangat terpapar oleh kultus Delfos. Perlu diingat juga bahwa Filipi sebagai kota yang terletak di jalur perdagangan dan komunikasi antara Yunani dan Asia Kecil, jelas memiliki koneksi budaya. Yang jelas, agama dan kepercayaan yang barang kali dikuasai oleh mitologi Yunani berpengaruh kuat di seluruh kekaisaran Roma yang pada saat itu menjadi penguasa adi daya.

 

Tidak mengherankan ketika Paulus dan teman-temannya memberitakan Injil di kawasan Makedonia, khususnya Filipi, mereka berjumpa dengan pengaruh kultus Delfos ini. Dalam Kisah Para Rasul 16 :16-34 (bacaan pertama Minggu ini), terjadi perjumpaan antara rombongan Paulus dengan seorang hamba perempuan yang mempunyai roh tenung atau yang diyakini mempunyai kemampuan untuk meramal. Indikasi ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh Pythia, imam perempuan Kuil Apollo itu. Sebagai imam perempuan, tentu ia mempunyai kaki tangan yang diyakini dapat melakukan ramalan-ramalan ala imamnya itu.

 

Perempuan peramal yang berjumpa dengan rombongan Paulus itu tentu saja tidak bekerja sendiri. Ia mempunyai boss! Dari hasil ramalan-ramalan itu, koraborasi ini mendapatkan cuan! Kedatangan Paulus mengusik pundi-pundi cuan mereka. Buktinya? Baru saja Lidia, saudagar perempuan kain ungu itu telah mengikuti ajaran Paulus. Bayangkan, kalau seluruh penduduk Filipi, semua wilayah Makedonia dan kemudian dari Utara Yunani terus merambat ke Delfos bahkan Roma, apa yang terjadi dengan ritual dan kehidupan sosial mereka?

 

Tak pelak lagi, bagi orang-orang Yunani dan Romawi, gerakan Paulus dan teman-temannya dianggap sebagai pengacau dan harus segera ditumpas jika tidak ingin struktur sosial dan kekuasaan mereka runtuh! Bagi rombongan Paulus, ini merupakan tantangan maha berat. Ya, tampaknya hanya seorang hamba perempuan. Tetapi, di belakangnya ada kekuatan besar! Tidaklah mengherankan dilihat dari perspektif ini, konfrontasi antara Paulus dan hamba perempuan petenung ini menyeretnya masuk bui!

 

Ditempatkannya Paulus dan teman-temannya dalam penjara yang paling tengah dengan kaki yang dibelenggu dalam pasungan kuat dan yang sebelumnya berkali-kali didera, menunjukkan bahwa Paulus dan teman-temannya menjadi ancaman serius. Apa yang terjadi di dalam penjara itu? Paulus dan Silas berdoa dan bernyanyi! Dampaknya, terjadi gempa hebat yang mengguncang sendi-sendi penjara dan merobohkan pintu penjara. Jelas, ini bukan kuat dan gagah mereka. Namun, kuasa Tuhan dalam doa dan kekompakan dalam melayani; sehati-sepikir!

 

Ketika kepala penjara terjaga dari tidurnya, ia kaget dan berniat bunuh diri sebagai pertanggung jawaban dari kelalaiannya. Ia menyangka bahwa Paulus dan Silas telah kabur. Ternyata tidak. Inilah kesempatan baik, Paulus memberitakan Injil kepada kepala penjara itu. Hasilnya, ia dan seisi rumahnya percaya kepada Kristus dan mengobati, melayani Paulus. Lalu dengan sukacita mereka menjamu Paulus dan teman-temannya. 

 

Kisah ini tidak berhenti di situ. Paulus dan Silas yang telah dilepaskan dari penjara kembali menyambangi rumah Lidia. Di rumah Lidia rupanya telah terbentuk sebuah persekutuan, cikal bakal jemaat Filipi, jemaat pertama kawasan Makedonia. Persekutuan baru itu saling menguatkan dan menghibur. Mereka memberi dukungan untuk Paulus dan Silas dalam memberitakan Injil.

 

Apa yang dapat kita pelajari? Ternyata doa Tuhan Yesus dalam Yohanes 17 itu menjadi kenyataan! Paulus dan teman-temannya tidak steril dari aniaya dan kesulitan. Namun, dengan cara-Nya yang ajaib, Tuhan memberi pertolongan. Bahkan lewat kesulitan-kesulitan itu, mereka menemukan orang-orang yang diselamatkan. Di antara mereka ada Lidia dan kepala penjaga penjara. Pada pihak lain, kesatuan orang-orang yang telah menerima Injil itu sangat jelas. Paulus dan Silas, tentu saja ada teman-teman lain yang tidak disebutkan, mereka sehati sepikir dengan serius menanggapi panggilan Tuhan, memberitakan Injil di tengah tantangan yang begitu berat. Bahkan, orang-orang yang percaya karena pemberitaan Injil yang dilakukan oleh Paulus dan teman-temannya mengulurkan tangan untuk mendukung pelayanan itu. Ada yang memberi tumpangan, ada yang memberi makan dan seterusnya.

 

Akankah doa Tuhan Yesus tentang kesatuan para murid-Nya dan perlindungan Allah akan terjadi juga pada masa kini? Jawabannya: “Ya”! Pertolongan Tuhan akan terjadi sepanjang zaman. Namun, bagaimana dengan komitmen kita untuk mewujudkan kesatuan dan persatuan; saling mendukung dan mendoakan; saling percaya satu dengan yang lainnya. Ingat, tantangan yang kita hadapi hari ini tidak lebih ringan dengan apa yang Paulus dan teman-temannya hadapi. Pengaruh global, egosentris ekonomi, keserakahan kekuasaan, pengrusakkan alam, penindasan dan ketidakadilan terus terjadi di depan mata kita. Lalu, apa yang kita kerjakan sebagai anak-anak Tuhan?

 

Tanpa Bersatu, tanpa berdoa, tanpa bersama-sama berbuat melakukan tindakan nyata kita akan tergerus oleh “kultus kuil Apollo”, terbuai oleh ramalan-ramalan “Pythia” dan terus melanggengkan ketidakadilan, penindasan dan keserakahan. Hari ini kita berteriak tentang ketidakadilan, tentang keserakahan, itu terjadi karena kita berada dalam keadaan tertindas dan tersisih. Bagaimana ketika kita berkuasa, kaya raya dan tenar apakah kita tetap menyuarakan kebenaran, keadilan, langit dan bumi baru

 

Lidia, kepala penjara, dan para pejabat Romawi yang mendengar berita Injil, mereka berkolaborasi untuk mendistribusikan kasih Allah dalam konteksnya. Ini sangat mungkin terjadi dalam konteks kita hari ini. Bersatulah untuk menebarkan kebaikan Tuhan dan menghadirkan Yerusalem baru kini dan di sini!

 

Jakarta, 30 Mei 2025 Minggu Paskah VII, Tahun C  

Rabu, 28 Mei 2025

MEMBUAT UTUH DAN JELAS

John Spilsbury, pria yang hidup di Inggris pada abad ke-18. Ia punya minat mengajar pelajaran geografi sangat luar biasa. Namun, ia mengalami kesulitan dalam mengajarkan peta kepada anak-anak. Ide kreatifnya menolong anak-anak untuk antusias belajar geografi. Sekitar tahun 1760 Spilsbury membuat peta dengan cara memotongnya menjadi bagian-bagian kecil, lalu anak-anak merangkainya menjadi utuh. Dan, wow… peta itu terbentuk. Puzzle!

 

Ya, meski penemu puzzle tidak dapat diidentikfikasi sebagai satu orang tertentu, tetapi nama John Spilsbury selalu dihubungkan dengan puzzle mula-mula. Sejak penemuannya, puzzle berkembang menjadi berbagai jenis dan ukuran, termasuk puzzle jigsaw, puzzle silang kata, puzzle logika, dan lain sebagainya.

 

Puzzle sangat erat kaitannya dengan teka-teki yang memerlukan pemecahan masalah, kesabaran, keuletan, ketelitian, pemikiran kreatif dan logis, analisis dan penalaran untuk mencapai jawaban atau solusi. Bagi orang yang menyukainya, ini merupakan tantangan sekaligus menghibur!

 

Bak puzzle, mungkin itulah yang dihadapi oleh para murid Yesus sampai di penghujung kehadiran-Nya secara fisik. Kepingan-kepingan dari “gambar besar” tentang Mesias tidak juga selesai dibingkai. Buktinya? Hanya beberapa saat menjelang perpisahan dengan Yesus, mereka masih keukeuh dengan gambar mesias ideal yang mereka bayangkan, “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel!” (Kisah Para Rasul 1:6). Padahal, Yesus bukan hanya memberi klu, melainkan potongan demi potongan gambar diri-Nya dinyatakan kepada mereka. Dalam Injil Lukas, Yesus menegaskan bahwa diri-Nya adalah Mesias. Ya, Mesias yang bukan mesias politis yang akan menggulingkan takhta kekaisaran Romawi. Bukan! Melainkan Mesias yang menderita, Ia harus menempuh jalan penderitaan dan bangkit pada hari ketiga!

 

Betapa sulitnya para murid menyusun puzzle itu. Padahal, Yesus telah menuntun mereka mulai dari yang tersingkap dalam Taurat Musa, Nabi-nabi, dan Mazmur. Empat puluh hari sejak kebangkitan-Nya, Yesus hadir di tengah-tengah mereka. Ia menuntun dengan sabar, menguatkan dengan lembut dan memulihkan dengan luka-luka-Nya. Tentu saja, Yesus mengharapkan mereka untuk mengenal diri-Nya dengan utuh dan tahu percis apa yang diperjuangkan-Nya. Sebab jika mereka gagal mengumpulkan puzzle itu dengan baik, maka tidak mungkin mereka dapat mewujudkan Kerajaan Allah yang sejati.

 

Dengan pengalaman hidup bersama Yesus baik sebelum dan sesudah kebangkitan setidaknya para murid mampu melihat gambaran besar Sang Mesias dan apa yang diperjuangkan-Nya. Jawaban Yesus yang tidak mempedulikan permintaan para murid untuk memulihkan Kerajaan Israel bisa jadi semacam shock therapy. Bukan itu yang harus mereka perjuangkan melainkan meneruskan karya pelayanan-Nya. Dengan demikian mereka menjadi saksi-saksi yang benar. Untuk menjadi saksi-saksi yang benar, diperlukan pengenalan yang utuh tentang Mesias yang sejati dan perjuangan-Nya. 

 

Tampaknya Yesus mengerti kapasitas mereka memahami diri-Nya. Tidak mungkin mereka bisa mengenal dengan utuh dan jelas tanpa pertolongan kuasa Roh Kudus. Yesus menyatakan kembali janji-Nya bahwa Roh Kudus akan turun dan menyatakan segalanya dengan utuh dan jelas. Roh Kudus juga yang akan memberi kekuatan agar mereka mampu menjadi saksi-saksi kebenaran yang selama ini dikerjakan oleh Yesus Kristus. Hanya saja mereka harus memberi diri, menyiapkannya dengan bertekun di dalam doa.  

 

Kerajaan Allah adalah inti perjuangan, kesaksian dan pewartaan Yesus. Itu memang sudah berlalu, menjadi bagian dari sejarah pelayanan Yesus. Kenaikan Tuhan Yesus ke surga bukan berarti selesai sudah segala karya-Nya di bumi ini. Tidak demikian! Para murid tidak dibiarkan menatap langit di mana Yesus terangkat ke surga. Suara langit, yang tidak lain adalah suara Tuhan sendiri meminta mereka pergi untuk menyiapkan diri dalam melanjutkan karya Kristus itu. Selanjutnya, episode baru dalam karya penyelamatan Allah bagi dunia ini terjadi.

 

Sampai hari ini kita mendengar berita gembira dari kesaksian turun-temurun tentang Kerajaan Allah oleh karena ada orang-orang yang bersedia berdoa dan bertekun dalam persekutuan. Ada kuasa Roh Kudus yang bekerja di antara mereka. Lalu, mereka terus berkarya melanjutkan apa yang diperjuangkan oleh Yesus. Saat ini, kita yang telah menerima berita gembira itu mestinya ada dalam ziarah yang sama; menjadi saksi-saksi kebenaran tentang Injil Kerajaan Allah; menghadirkan gambar utuh dan jelas dari kasih Allah kepada dunia ini.

 

Namun, sangat mungkin hari ini kita sedang berhadapan dengan puzzle kehidupan dan misteri kehadiran Roh Kudus. Kepahitan, tekanan, penderitaan dan ketidakadilan akan memunculkan gambaran pengharapan mesianik seperti para murid. Kita akan bertanya juga, “Tuhan, maukah Engkau memulihkan kejayaanku? Aku telah bosan dengan penderitaan ini, maka jadikan aku pemenang atas segala derita ini!” Salahkah pengharapan demikian? Saya kira, sama seperti Yesus menanggapi permintaan para murid-Nya dahulu. Tidak ada kata-kata Yesus yang menyalahkan mereka. Namun, Yesus menunjukkan sesuatu yang lebih besar, yang lebih agung dan mulia, yakni : Kerajaan Allah! Yesus menunjuk fokus yang lain, bukan diri sendiri. Fokus itu adalah Kerajaan Allah di mana kasih dan damai sejahtera menjadi landasannya.

 

Bisa jadi, puzzle yang sedang kita susun merupakan gambar diri yang belum pulih. Iri hati, takut, dan ingin mendominasi menjadi semacam kerangka di mana puzzle itu kita letakan. Maka tidak heran, mukjizat, kuasa dan pertolongan Roh Kudus kita pahami sebagai alat untuk memuluskan segala minat kita. Akibat darigambaran puzzle yang tidak utuh ini akan memunculkan kesaksian-kesaksian tentang kesuksesan, kekayaan, keberhasilan, dan penaklukkan sebagai tujuan utama dari iman dan bukan kesediaan diri untuk meneruskan karya Kristus. Inilah pentingnya bertekun di dalam doa. Doa yang bukan mengatur kuasa Roh Kudus melayani kita, tetapi doa dengan hati yang terbuka untuk dibimbing oleh suara Roh Kudus. Dengan cara demikianlah kita dapat menemukan gambaran utuh dari apa yang Tuhan mau kita kerjakan. Di situ pula dengan jelas kita akan mengerti visi Allah bagi dunia ini.

 

Kenaikan Tuhan Yesus ke surga bukan sebuah perpisahan, melainkan pemberian mandat istimewa kepada seluruh pengikut Kristus. Marilah kita tanggapi mandat ini sambil terus bergandengan tangan, bertekun dalam doa dan berani memberitakan Injil Kerajaan surga!

 

Jakarta, 28 Mei 2025 Hari Kenaikan Tuhan Yesus ke surga, tahun C