Kamis, 16 April 2015

KEBANGKITAN ADALAH PENERIMAAN

Sepotong ikan goreng! Teman nasi yang mudah didapat khususnya di kalangan masyarakat kelas bawah. Bicara kandungan gizi, lauk yang satu ini tidak kalah dari steak, barberque, hot dog, kambing guling, dan yang sejenisnya. Ikan goreng sangat sederhana dan mudah dalam penyajian. Ikan goreng itulah menu atau lebih tepatnya hidangan untuk menyakinkan keragu-raguan para murid tentang Yesus yang bangit!

Sepotong ikan goreng! Yesus tidak memakai hal-hal yang rumit untuk membuktikan kebangkitan-Nya. Ia memilih menyatakan diri dengan apa yang setiap orang lakukan, makan! Itu pun dengan makanan yang sangat sederhana. Apa yang ada pada saat itu. Mengherankan, di kemudian hari orang memakai hal atau perkara yang rumit untuk menjelaskan tentang kebangkitan Yesus. Ikan goreng selain makanan pertama yang disantap Yesus sesudah kebangkitan-Nya, sekaligus juga senjata pamungkas untuk membuktikan kepada para murid bahwa diri-Nya benar-benar hidup seperti yang dulu. Rupanya, sebelum sampai ikan goreng, Yesus beberapa kali menyadarkan para murid bahwa diri-Nya bangkit.

Peristiwa ini terjadi setelah Kleopas dan temannya yang menuju ke Emaus berjumpa dengan Yesus yang bangkit. Mereka memutuskan untuk tidak menetap di Emaus. Mereka kembali ke Yerusalem. Di Yerusalem mereka bertemu dengan kesebelas murid Yesus yang sedang berkumpul bersama- sama pengikut Yesus yang lain. Barangkali mereka sedang membicarakan peristiwa yang mengejutkan tentang Guru mereka. Mengingat Yesus telah menampakan diri kepada beberapa murid. Mungkin juga murid-murid yang berjumpa dengan Yesus, termasuk Kleopas dan temannya dipenuhi antusias berbagi cerita tentang perjumpaan itu. Namun, perlu dicatat bahwa tidak semua murid itu mengalami perjumpaan sehingga ada meragukan perjumpaan dengan Yesus yang bangkit itu. Akibatnya, mereka tidak dapat begitu saja menerima kebangkitan Yesus.

Nah, ketika cerita seru itu terjadi, tokoh sentral yang sedang dibicarakan, Yesus tiba-tiba hadir di tengah-tengah mereka dan berkata, “Damai sejahtera bagi kamu!” Apa reaksi mereka? Alih-alih bersukacita, mereka takut dan mengira yang menampakkan diri itu adalah hantu (Lukas 24:36-37). Menjawab ketakutan ini, Yesus menegur dan bertanya, mengapa mereka ragu-ragu? Yesus meyakinkan dengan meminta mereka untuk meraba tubuh-Nya. Kemudian ia memerlihatkan tangan dan kaki-Nya untuk menegaskan bahwa dugaan mereka salah. Yang hadir di tengah-tengah mereka bukan hantu karena hantu tidak ada daging dan tulangnya (Luk.24:39-40). Selain untuk meyakinkan kehadiran-Nya, pernyataan Yesus ini adalah untuk menepis pandangan kaum Gnostik Kristen yang menolak adanya unsur jasmani pada kebangkitan Yesus. Mereka meyakini bahwa tubuh jasmani tidak mempunyai tempat dalam kehadiran Yang Kudus.

Bagaimana reaksi para murid ketika Yesus sudah memerlihatkan tubuh-Nya sendiri? Reaksi itu terungkap melalui kalimat, “…mereka belum percaya karena girangnya dan heran..”(Luk.24:41). Mungkin, kita bertanya dan heran terhadap sikap orang-orang yang ada di situ, mengapa mereka sulit sekali percaya bahwa yang hadir di situ adalah benar-benar Yesus yang disalibkan dan mati itu. Oop, tunggu dulu sebelum menghakimi. Sangat mungkin, kalau kita juga hadir di sana, kita pun sama seperti mereka. Sulit untuk percaya! Mengapa? Bayang-bayang kematian itu telah mencengkram nalar, logika dan hati manusia!

Sepotong ikan goreng! Ternyata merupakan senjata ampuh untuk menepis keragu-raguan para murid.  Di tengah masih adanya orang yang ragu-ragu, Yesus meminta makanan, kata-Nya, “Adakah padamu makanan di sini?” Lalu mereka memberikan sepotong ikan goreng kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka.”(Lukas 24:41-43). Ikan goreng telah menunjukkan manusia konkret, bahwa yang hadir di tengah-tengah mereka bukanlah hantu, tetapi Yesus! Manusia yang membutuhkan makanan, layaknya seperti kita semua! Kisah duduk makan bersama dengan para murid ini di kemudian hari menjadi jaminan obyektif bagi para murid dalam memberitakan kesaksian kebangkitan Yesus. “Yesus itu telah dibangkitkan Allah pada hari yang ketiga, dan Allah berkenan, bahwa Ia menampakkan diri, bukan kepada seluruh bangsa, tetapi kepada saksi-saksi, yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Allah, yaitu kepada kami yang telah duduk makan dan minum bersama-sama dengan Dia, setelah Ia bangkit dari antara orang mati.” (Kisah Para Rasul 10:40-41).

Masalah paling pokok dalam kebangkitan Yesus adalah penerimaan. Menerima berarti menyakini dan mengimani bahwa Yesus sungguh-sungguh hidup, Ia mengalahkan maut! Setelah para murid tidak lagi ada kesangsian terhadap diri-Nya – sama seperti terhadap dua orang yang menuju Emaus – Yesus menjelaskan kembali tentang ucapan-ucapan-Nya sebelum peristiwa salib yang telah tertera dalam Taurat, kitab nabi-nabi dan Mazmur. Setelah itu, Yesus sendirilah yang membuka pikiran mereka dan mereka mengerti!

Yesus tidak membiarkan para murid terombang-ambing dari keraguan, kesedihan dan kekecewaan. Setiap peristiwa perjumpaan Yesus yang bangkit dengan para murid-Nya selalu saja terjadi perubahan radikal. Yang sedih dibuat-Nya sukacita, seperti Maria Magdalena. Yang ragu-ragu dikuatkan imannya, seperti Tomas dan murid-murid dalam cerita Lukas 24 ini. Yang kecewa seperti Petrus karena telah menyangkal-Nya, dikuatkan dan diteguhkan kembali. Yang putus asa dan kehilangan semangat, seperti Kleopas dan temannya, dikobarkan kembali. Dampak perjumpaan dengan Yesus yang bangkit itu luar biasa mengubahkan para murid.

Apakah kebangkitan Yesus itu mempunyai dampak dalam hidup kita? Mengubahkan secara total kehidupan kita? Ataukah hanya sekedar pelengkap dari sebuah dokma atau ajaran agama? Mestinya, perubahan itu nyata bahkan radikal. Kesediah berubah menjadi kegembiraan; keraguan berubah menjadi optimisme; keputusasaan berubah menjadi penuh pengharapan; kehilangan semangat berubah menjadi semangat yang menyala-nyala. Selama hal ini tidak menjadi pengalaman empirik, selama itu berita kebangkitan tidak menyentuh persoalan manusia.

Setelah para murid mengalami perubahan total dalam kehidupan mereka, Yesus meminta mereka sebagai saksi-Nya, “Kamu adalah saksi dari semuanya ini.”(Lukas 24:48). Tentu saksi tentang kebangkitan dan karya penyelamatan melalui-Nya. Yesus menyadari – sama seperti diri-Nya yang mengemban misi dari Bapa-Nya – bahwa para murid-Nya pun akan mengalami tantangan dan hambatan yang tidak mudah. Oleh karena itu Yesus meminta agar para murid tetap berkumpul di Yerusalem sampai mereka diperlengkapi oleh kekuasaan dari tempat tinggi (Luk.24:49). Mereka mematuhinya sampai peristiwa Pentakosta, Roh Kudus dicurahkan. Sejak saat itulah para murid memberitakan Injil dengan disertai kuasa Roh Kudus. Selanjutnya, mereka menjadi saksi mulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ujung-ujung bumi.

Jatuh bangun para murid dapat menerima dan meyakini kebangkitan Yesus. Tidak mudah untuk begitu saja percaya. Namun, setelah diubahkan, mereka menjadi saksi-saksi Tuhan yang andal sampai ke ujung-ujung bumi. Bagi kita berlaku hal yang sama: kebangkitan itu sederhana, masalah penerimaan dan kemudian aktualisasi dalam hidup nyata. 

Sama seperti para murid dulu menerima, meyakini dan menjadikan kebangkitan itu sebagai momentum perubahan radikal. Setelah itu mereka diutus, demikian pula dengan kita. Utusan itu tidak pernah berhenti dalam suatu zaman dan dalam kurun waktu tertentu. Di sepanjang zaman dan tempat manusia tetap membutuhkan penyelamatan. Sebagaimana Yesus menggunakan hal-hal sederhana, pakailah juga hal-hal sederhana dalam kehidupan ini untuk memberitakan karya keselamatan-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar