Kamis, 15 Januari 2015

DIPANGGIL UNTUK MENGIKUT YESUS

Ketika pemilihan umum usai, Komisi Pemilihan Umum menyatakan siapa pemenang dari pesta demokrasi itu dan kemudian Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik sang presiden dan wakilnya, maka kurang dari tiga puluh hari sang presiden harus mengumumkan susunan kabinet. Para menteri dan pejabat setara dengan menteri. Mereka yang diangkat ini adalah orang-orang kepercayaan yang mengerti dan memahami visi, misi sang presiden. Mereka adalah orang-orang yang memahami kata hati dan keinginan presiden, mereka adalah orang-orang kepercayaan presiden. Oleh karena itu sang presiden diberi hak prerogatif, hak kebebasan untuk memilih. Idealnya begitu. Namun, dalam politik kontenporer masih ada saja “pesanan-pesanan” khusus dari orang atau kelompok berpengaruh dalam partai pendukung.

Pilihan sang presiden tidak selalu sesuai dengan kehendak sebagian orang. Ada yang mengukur dengan pengalaman, track record, ada yang menyaratkan keterwakilan agama, suku, golongan, gender dan seterusnya. Ada juga yang menghendaki latar balakang pendidikan yang mumpuni untuk membackup tugas-tugas yang diemban kelak. Yang lain menginginkan sopan-santun penampilan dan gaya komunikasi. Apa yang terjadi jika hal-hal ideal itu diabaikan oleh sang presiden? Tentu, banyak kritik ketidakpuasan.

Apa yang terjadi Presiden Jokowi mengangkat Susi Pudjiastuti, si pemilik Susi Air itu? Begitu banyak komentar-komentar miring. Mengapa presiden mengangkat orang yang SMA saja tidak tamat, penampilannya cenderung urakan, perempuan yang tidak santun, perokok lagi. Apakah tidak ada lagi orang yang berpendidikan, pengalaman di bidang kelautan dan berpenampilan lebih baik? Itulah ringkasan komentar miring. Apakah dengan demikian membatalkan keabsahan Susi Pudjiastuti menjadi menteri? Oh, ternyata tidak! Alih-alih sakit hati, marah, balik menyerang komentar, Susi menjawabnya dengan pembentukan satgas ilegal fishing, penenggelaman kapal-kapal pencuri ikan, perbaikan birokrasi, moratorium izin penangkapan ikan dan serangkaian reformasi fundamental di bidang perikanan dan kelautan. Dia berhasil menjawab keraguan publik dengan komitmen dan kompetensi!

Yesus bukan presiden! Namun, jelas Ia punya hak prerogatif dalam menentukan siapa orang-orang pertama yang akan mendukung tugas panggilan-Nya. Sehari sesudah membaptis Yesus, Yohanes tampil lagi di tempat yang sama (Yohanes 1: 35). Ada dua orang murid bersamanya. Yohanes bergumam, “Lihatlah Anak domba Allah!” Tanpa pamit, dua murid ini mengikut Yesus. Merasa ada yang mengikuti, Yesus menoleh dan bertanya, “Apakah yang kamu cari?” Mereka menjawab, “Di manakah Engkau tinggal. Yesus mengajak mereka untuk mengikuti-Nya. Salah seorang di antara mereka adalah Andreas, saudara Simon Petrus. Andreas kemudian mengajak Simon untuk berjumpa dengan Sang Mesias, Yesus. Pada keesokkan harinya Yesus memutuskan untuk pergi ke Galilea dan di sinilah kembali Yesus memanggil orang-orang lain untuk mengikuti-Nya. Begitu sederhananya Yesus memanggil murid-murid yang pertama ini.

Injil Markus menampilkan setting pemanggilan murid-murid pertama ini di tepi danau Galilea (Markus 1:16-20). Yesus tampil di tepi danau Galilea. Di sana diperkirakan terdapat 330 perahu nelayan. Ya, karena sebagian besar peduduk daerah itu adalah nelayan. Para nelayan menggunakan dua jenis jala. Sagēnē, sejenis pukat yang ditarik oleh dua perahu. Jenis ini biasanya digunakan oleh mereka yang bermodal besar. Sedangkan yang satu lagi amfiblēstron, jala ini jauh lebih kecil. Meskipun kecil dibutuhkan keterampilan khusus untuk bisa menebarkan jala tipe ini. Jala ini ditebarkan dengan kedua tangan, membentuk seperti payung lalu menghujam ke danau. Inilah yang dipergunakan oleh para kandidat pilihan Yesus.

Seperti orang bertanya kepada Jokowi, mengapa memilih Susi Pujiastuti, mungkin kita bertanya mengapa Yesus memilih kaum rendahan, nelayan sebagai orang-orang pertama yang diajak-Nya berbagi visi dan misi? Tidak adakah kaum intelektual berpengaruh lagi kaya sehingga memudahkan pekerjaan-Nya dapat segera terlaksana. Sekali lagi, ini adalah hak prerogatif Yesus. Namun, kita bisa belajar mempelajari orang-orang pilihan Tuhan ini. Dari mana kita mulai?

1.  Kita harus memperhatikan siapa mereka. Adalah benar bahwa mereka rakyat sederhana. Nelayan dengan jala yang sangat sederhana. Mereka adalah orang biasa yang mencari remah-remah rezeki di danau Galilea. Mereka bukan kaum terpelajar apalagi ahli agama dan pandai berdebat. Mereka kaum awam. Abraham Lincoln pernah berkata, “Allah pasti menyukai orang-orang biasa – Ia menciptakan banyak sekali orang-orang seperti itu”. Seakan Yesus berkata, “Berikan AKu dua belas orang biasa dan bersama dengan mereka, jika mereka menyerahkan diri total kepada-Ku, AKu akan mengubah dunia ini!”

Seseorang, Anda dan saya seharusnya tidak berpikir muluk-muluk tentang dirinya sendiri, Yesus Kristus dapat menjadikan siapa pun menurut kehendak-Nya asalkan siapa pun dia, mau menyerahkan diri kepada-Nya.

2.  Kita harus memperhatikan apa yang sedang mereka kerjakan ketika Yesus memanggil mereka. Mereka sedang mengerjakan pekerjaan mereka sehari-hari, yakni menangkap ikan dan menambal jala. Kita juga mengingat, TUHAN memanggil Musa ketika ia sedang menggembalakan kambing domba Yitro, sang mertua. Hal yang sama terjadi pada diri Daud, ketika semua kakaknya tidak lolos fit and proper test oleh Samuel, dia sedang menggembalakan domba, lalu dipanggil. Lain lagi Amos, ia berkata, “Aku ini bukan nabi….., aku ini seorang peternak dan pemungut buah ara hutan. Tetapi TUHAN memanggil aku dari pekerjaan menggiring kambing domba, dan TUHAN berfirman kepadaku; “Pergilah…(Amos 7:14,15)

Panggilan Allah dapat datang kepada siapa pun, bukan hanya di rumah Allah, bukan pula di tempat rahasia, tetapi di tengah-tengah pekerjaan sehari-hari. Bapa-bapa reformasi mengatakan bahwa dalam pekerjaan kita Dia memanggil kita untuk memberitakan Injil-Nya. Yang namanya panggilan TUHAN tidak harus dibatasi oleh dinding-dinding gedung gereja dan biara.

3.  Kita harus memperhatikan bagaimana Yesus memanggil mereka. Ajakan Yesus adalah, “Ikutlah AKu”. Para kandidat murid pertama ini dipastikan sudah mendengar apa yang dilakukan Yesus. Orang-orang ini pasti, suatu kali pernah ikut bersama dengan rombongan orang banyak untuk mendengarkan ajaran Yesus, melihat Yesus melakukan mujizat dan seterusnya. Yesus tidak berkata, “Aku memiliki sistem teologi yang perlu kalian teliti, AKu punya sistem etis yang akan kubagikan kepada kalian. Sebaliknya, Ia berkata, “Ikutlah AKu!” Semua dimulai dengan reaksi dari pribadi lepas pribadi terhadap-Nya. Semua dimulai dengan sesuatu yang menyentak hati yang melahirkan kepastian yang tidak tergoyahkan.

Menjawab panggilan-Nya, jelas bukan dengan teori dan jawaban dimulut saja. Memerlukan sebuah gerak, melangkah…mengikuti-Nya. Ini hanya bisa “dijawab” ketika seseorang jatuh cinta kepada Yesus. Anda dan saya tidak mungkin mengikuti-Nya bila tidak ada cinta. Mengapa? Karena berjalan di belakang-Nya merupakan perjalanan yang curam dan terjal. Hanya cinta yang dapat mengatasinya!

4.  Akhirnya, kita harus memperhatikan apa yang ditawarkan Yesus kepada mereka. Yesus menawarkan tugas kepada mereka. Ketika Yesus memanggil mereka dari seorang nelayan menjadi murid-Nya bukanlah untuk bersenang-senang melainkan panggilan untuk melayani. Ada orang mengatakan bahwa yang diperlukan oleh manusia adalah “sesuatu yang bisa menginvestasikan hidupnya”. Jadi, Yesus memanggil pengikut-Nya bukan supaya mereka hidup dalam kemakmuran, bergelimpang harta-benda, hidup senang dan nyaman atau bermalas-malasan tanpa melakukan kegiatan. Yesus memanggil mereka untuk sebuah tugas yang menuntut mereka meninggalkan yang lain-lainnya, mengkhususkan diri kepada-Nya. Mereka harus siap berkorban dan akhirnya mati bagi-Nya dan bagi sesama mereka.

Sebagian orang mengira bahwa menjawab panggilan-Nya, itu berarti masuk dalam dunia serba sukses. Ingatlah, ketika kita menjawab panggilan-Nya, Anda dan saya menjadi pengikut-Nya. Pengikut itu adanya di belakang! Itu artinya, kita akan melangkah dan berjalan di jalan yang sama yang telah dilalui Yesus!

Dulu, Yesus menyatakan panggilan kepada orang-orang sederhana untuk terlibat aktif bersekutu dengan-Nya. Di sana mereka belajar gaya hidup, kepedulian, keprihatinan, ucapan, pikiran, sikap dan keberpihakan Yesus. Mereka ada bersama Yesus untuk belajar kehidupan dan pada saatnya, mereka diutus untuk berbagi Injil kehidupan kepada semua makhluk. Sampai hari ini pun panggilan-Nya tetap berlaku bagi semua orang karena misi-Nya untuk dunia ini belumlah rampung. Hanya ada dua kemungkinan menjawab, “ya” atau “tidak”! Sekarang apa yang Anda jawab? Semoga tidak salah memilih atau terlambat menjawab!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar