Jumat, 07 Oktober 2011

MENANGGAPI PANGGILAN PENUH RAHMAT (MATIUS 22:1-14)

Saya dapat memastikan bahwa Anda suatu kali pernah diundang dalam sebuah pesta pernikahan. Bagaimana jika dalam waktu yang bersamaan Anda mempunyai dua atau tiga undangan dan sementara itu juga Anda mempunyai janji atau pekerjaan yang harus segera di selesaikan? Mana yang akan Anda pilih? Memilih hadir pada salah satu undangan atau tidak akan menghadiri semuanya, supaya adil dan kini Anda mengerjakan pekerjaan yang belum terselesaikan. Memilih jelaslah berhubungan dengan prioritas! Prioritas menyangkut pemahaman mana yang paling penting dan mendesak serta yang paling menguntungkan bagi si pengambil keputusan.

Ketika Anda memilih untuk hadir pada salah satu undangan, padahal dalam waktu yang bersamaan ada undangan-undangan yang lainnya, itu artinya ada nilai lebih bagi Anda untuk menghadiri undangan tersebut ketimbang yang lainnya. Mungkin Anda mengenal lebih baik, akbrab sehingga mengutamakan untuk menghadirinya. Atau di balik undangannya itu ada nilai ekonomis tertentu yang akan Anda peroleh.

Bagaimana dengan si pengundang? Saya kira sama. Orang yang menyelenggarakan kenduri pasti mempunyai prioritas. Ketika kita menyelenggarakan pesta pernikahan atau perayaan apa saja, pastilah tidak semua orang kita undang hadir. Jika itu terjadi, kita dapat membayangkan bagaimana sulitnya menata acara dan menjamu setiap undangan. Dari orang-orang yang diprioritaskan diundang maka orang yang mempunyai kenduri itu sudah pasti mengharapkan undangannya itu direspon dengan baik, yakni menghadiri pesta perayaan. Bagaimana perasaan Anda, jika Anda mengundang kerabat dan sahabat, namun mereka mengabaikannya? Pasti Anda merasa kecewa!

Kembali kepada prioritas, ketika Anda menerima undangan dari sahabat dan orang yang Anda hormati, apalagi ia adalah sosok pesohor. Tentunya Anda akan merasa terhormat. Jauh-jauh hari Anda akan mengagendakan momen itu. Jika ada acara lain yang bersamaan waktunya, mungkin sekali Anda akan menggesernya ke hari yang lain. Anda juga pasti akan memilih pakaian atau gaun yang terbaik untuk menghadiri pesta itu. Mengapa itu semua Anda lakukan? Ya, jawabnya adalah prioritas!

Namun, apa yang terjadi dalam kisah yang disampaikan Yesus tentang perumpamaan perjamuan kawin? Ternyata undangan sang raja tidak direspon dengan baik. Mereka yang mendapat prioritas undangan mengabaikan undangan itu. Raja pun mengulangi kembali undangan itu dengan menegaskan bahwa perjamuan istimewa telah disiapkan, namun lagi-lagi mereka memprioritaskan yang lain ada yang mengurus ladangnya dan ada juga yang pergi mengurus bisnisnya. Mereka tidak melihat undangan raja sebagai prioritas utama. Bahkan ada di antara orang yang diundang itu justeru menangkap dan membunuh suruhan raja ini. Sungguh tragis!

Mengapa mereka tidak merespon dengan baik undangan raja itu? Tentu ada banyak alasan. Bisa saja mereka menganggap bekerja di ladang dan mengurusi perusahaan itu jauh lebih penting ketimbang duduk makan bersama dengan raja. Atau mereka sama sekali tidak menaruh hormat kepada raja. Bisa juga undangan itu menggangu dan mengusik rasa nyaman sehingga mereka merasa perlu untuk menangkap dan membunuh utusan raja itu.

Kisah ini adalah perumpamaan. Perumpamaan adalah cerita contoh yang sering dipakai oleh Yesus untuk menyampaikan berita Injil-Nya. Tentu bukan untuk mempersulit pendengarnya, melainkan agar lebih mudah memahami. Makna perumpamaan itu: Raja yang mengadakan perjamuan kawin itu ialah Allah, perjamuan kawin melambangkan kebahagiaan di zaman Mesias, sedangkan anak raja itu tidak lain adalh Mesias; hamba-hamba yang disuruh raja ialah para nabi dan rasul; para undangan yang tidak mengindahkan undangan atau menganiaya hamba-hamba raja itu orang Yahudi yang memusuhi Yesus, sedangkan mereka yang dikumpulkan dari jalan adalah orang berdosa dan kaum kafir; kota yang terbakar ialah Yerusalem yang dimusnahkan.

Kembali Tuhan mengecam kebebalan orang Yahudi zaman-Nya. Semua orang Yahudi memiliki pengharapan kedatangan Kerajaan Allah. Apa yang mereka nantikan itu kini tiba, yaitu dalam bentuk undangan masuk dalam perjamuan Allah. Jelas yang Yesus inginkan ialah para pendengar-Nya meresponi diri-Nya sebagai penggenap Kerajaan Allah itu. Itulah hal terpenting dan paling berharga yang dapat manusia peroleh dalam hidup ini. Itulah prioritas utama. Alih-alih mereka menanggapi dengan penuh sukacita,  mereka menolak undangan Yesus, bahkan kelak mereka malah membunuh-Nya karena alasan-alasan yang tidak dapat diterima.

Ajakan keselamatan. Undangan Tuhan Yesus bukan saja bagi mereka, tetapi juga kita. Sikap bodoh dan jahat seperti yang dilukiskan dalam perumpamaan ini bisa juga merupakan sikap dan tindakan kita. Bisa saja kita menolak untuk lebih sungguh-sungguh mendekat kepada Kristus dengan terlibat melakukan berbagai bentuk pelayanan. Seringkali kita sudah merasa cukup dengan memberikan persembahan, mendukung melalui dana untuk setiap program kemanusiaan dan penginjilan, namun kita enggan memberi diri terlibat langsung dalam pelbagai pelayanan itu. Menjadi Kristen bukan sekadar mengaku atau menerima tradisi Kekristenan. Menjadi Kristen berarti menyambut undangan Allah dalam Tuhan Yesus secara sangat pribadi dengan demikian mengubah prilaku meniru apa yang Yesus lakukan. Selain kesibukan sehari-hari, merasa diri sudah cukup baik pun bisa menjadi alasan untuk mengabaikan tuntutan mutlak Tuhan Yesus atas hidup kita.

Ingatlah dalam perumpamaan itu, Raja masih tetap melakukan inspeksi. Raja mendapati ada seorang undangan yang tidak mengenakan pakaian pesta. Lalu, Raja menegurnya mengapa ia bisa masuk dengan tidak menggunakan pakaian pesta. Lalu Raja memerintahkan hamba-hambanya untuk membinasakan orang itu (Matius 22:11-13). Mungkin bagian ini terasa ganjil buat kita. Mengapa Raja itu begitu sadis, bukankah mereka yang hadir pada saat itu adalah orang-orang pinggiran yang tidak mungkin punya pakaian pesta? Mengapa Raja menuntut memakai pakaian pesta? Dalam undangan itu tetap ada jarak waktu di mana seorang yang diundang masih punya kesempatan untuk berbenah dengan pakaian yang paling layak ia punya. Tentu Raja sangat mafhum, bukanlah pakaian pesta di dalam istana kerajaan yang ia harapkan, melainkan mempersiapkan diri dengan bersih dan rapih. Sekali lagi ini perumpamaan, pakaian pesta yang dimaksud adalah prilaku sikap hidup yang baik dan benar sebagai anak-anak Tuhan.

Banyak orang yang diundang namun mereka tidak menyadari bahwa Allah masih mengadakan inspeksi. Dalam Pengakuan Iman kita disebutkan bahwa “…..dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati..” Benar kita diampuni dan dibenarkan oleh Tuhan bukan karena kebaikan kita melainkan karena darah Kristus! Namun, adalah hal yang aneh jika manusia yang ditebus Kristus itu justeru dalam hidupnya melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan kehendak Allah. Masih hidup sama seperti orang yang tidak mengenal Tuhan. Mengaku Kristen tetapi bertentangan dengan ajaran dan sikap hidup Yesus. Mengaku Kristen tetapi tetap egois, munafik, iri hati dan sulit mengampuni. Ini sama artinya dengan orang-orang yang diundang, ia datang ke undangan itu namun, tidak mengenakan pakaian pesta! Oleh sebab itu Yesus mengingatkan, “Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.”(Mat.22:14). Jadi berusahalah menjadi orang Kristen yang menyambut panggilan-Nya dengan melakukan kehendak-Nya sepenuh hati karena kelak engkau akan memperoleh kemuliaan yang tidak dapat layu!

3 komentar:

  1. Terima kasih buat pak Nanang atas tulisannya, kiranya menjadi berkat yg luar biasa dan boleh menambah refrensi untuk memberitakan kebenaran firman Tuhan .........Salam Soli Deo Gloria.

    BalasHapus